Setelah  pemain senior seperti Benzema dan RIbery ditinggalkan oleh pelatih  timnas karena konflik, belum ada pemain yang dapat dijadikan pemimpin.
Meski  ada senioritas seperti Oliver Giroud dan Blaise Matuidi namun kedua  pemain ini masih belum dipercaya oleh Deschamps. Peran kapten bahkan  diberikan kepada Hugo Lloris yang berposisi sebagai seorang kiper.  Bandingkan dengan skuad 1998 yang seperti berlimpah pemain dengan  karakter  pemimpin seperti Didier Deschamps, Youri Djorkaeff, Emanuel  Petit dan Marcel Desailly dan Franc Lebouef.
Situasi yang akan  menyulitkan Perancis ketika berada dalam tekanan atau tertinggal. Tak  ada yang mampu memompa semangat atau memotivasi rekan-rekan setim dari  dalam lapangan. Seharusnya Pogba, namun Pogba masih terlalu muda untuk  melakukan itu. Raphael Varane? Varane masih di bawah bayang-bayang Ramos  di Madrid, sehingga jiwa kepemimimpinanya tak pernah kelihatan.
Ketiga, posisi target man yang masih lemah.
Griezmann  dan Mbappe bukanlah striker yagn terbiasa menjadi ujung tombak  sendirian di depan sekaligus tak ampuh dalam permainan bola daerah dan  bola atas. Perancis saat ini hanya menyisakan Oliver Giroud dalam posisi  tersebut.
Padahal, kekuatan permainan sayap Perancis perlu  didukung oleh pemain dengan karakter seperti itu. Riwayat Perancis juga  tak pernah kekurangan pemain seperti itu. Pada tahun 1998 muncul  nama-nama seperti Christophe Duggary dan Stephane Guivarch dengan yunor  seperti David Trezeguet dan tercatat ada Karim Benzema juga.
Karakter  pemain ini dipercaya akan ampuh ketika Perancis berhadapan dengan  tim-tim yang biasanya kesulitan mengatasi skema bola atas dengna  umpan-umpan dari sisi sayap, terkhususnya tim-tim dari Amerika Latin. Di  fase grup, Perancis akan berhadapan dengan Peru, dengan kekurangan  seperti ini Perancis bisa kesulitan.
********************
Laga  pertama di grup C antara Perancis melawan Australia baru saja selesai.  Perancis unggul tipis atas Australia 2-1 dengan gol-gol dari Griezmann  (Titik penalti di menit ke 58) dan Paul Pogba di menit ke-80. Australia  hanya dapat membalas melalui Penalti Mile Jedinak di menit ke-62.
Meski  menang, kadar emas yang tidak murni 24 karat milik Perancis terlihat  jelas di pertandingan ini. Lini tengah tanpa kreatifitas yang cukup  menyebabka lini depan masih terlihat kebingungan, dan lini belakang yang  masih muda sehingga membuat Umtiti panik dan menyentuh bola di kotak  penalti sendiri.
Perancis perlu perubahan jika ingin membuat  optimisme rakyat mereka terbukti benar. Perlu sedikit perubahan  pendekatan permainan sekaligus berharap bahwa kemenangan penampilan  perdana itu tidak hanya karena dibantu teknologi VAR dan Goal Technology.