Benarkah akan demikian? Meminjam jargon bola itu bulat, kejutan selalu dapat terjadi. Ada 3 (tiga) hal menarik yang dapat dijadikan alasan jikalau penikmat kejutan mengharapkan hal itu dapat dilakukan oleh Arab Saudi nanti.
Arab Saudi di kualifikasi ditukangi pelatih asal Belanda, Bert Van Marwijk. Sayang sesudah itu pelatih asal Belanda itu gagal menemui kata sepakat untuk kontrak baru dengan Federasi  Sepak Bola Arab Saudi.
Sempat dilatih mantan pelatih timnas Argentina, Edgardo Bauza, akhirnya Juan Pizzi lah yang ditunjuk membawa Arab Saudi tampil di Rusia karena Bauza mempunyai rekor buruk dalam berbagai pertandingan uji coba. Namun jangan remehkan kemampuan Pizzi.
Pelatih asal Spanyol ini adalah pelatih yang sanggup membawa Chile menjadi juara Coppa America Centenario pada tahun 2016, meski saat itu diragukan.Â
Kemampuan utama Pizzi adalah mampu membuat para pemain tampil percaya diri dan sanggup menampilkan permainan terbaik  mereka. Kekuatan inilah yang dibutuhkan oleh Arab Saudi saat ini.
Di tangan Pizzi diharapkan para pemain Arab Saudi bisa tampil lepas dan bahkan membuat kejutan seperti yang dilakukan oleh Saed Al Owairan Cs pada Piala Dunia 1994.
Sembilan pemain timnas dikirim untuk bermain dan berlatih dengan berbagai klub di kompetisi kasta teratas dan kedua dengan insentif yang diberikan oleh klub penerima.
Trio La Liga, yakni Villarreal, Leganes, dan Levante menerima gelandang Salem Al Dawsari, striker Yahia Al-Shehri dan Fahad Al-Muwallad. Meskipun dianggap sedikit terlambat namun terobosan ini diharapkan akan mendapatkan efek klimaks positif ketika para pemain ini tampil di Piala Dunia Rusia nanti.
Dukungan penuh dari pemerintah ini dipercaya  secara psikologis akan menaikan mental para pemain, apalagi pada PD 2006 dan PD 2010 The Green Falcons harus absen karena tidak lolos kualifikasi.Â