Bagi para pemain Atletico, gesture penyemangat dari Simeone sering menjadi sumber tenaga yang terasa penting untuk menaikan performa tim. Kali ini di final,sumber tenaga itu tak ada. Simeone harus menonton dari jauh tidak di tempat semestinya.
Atletico lagi-lagi menunjukan bahwa kualitas mereka tak sebanding dengan Marseille di luar hal teknis dengan tetap tampil hebat meskipun tanpa Simeone. Griezmann Cs tetap tampil seperti ada Simeone di pinggir lapangan, tampak bersemangat. Atletico terlihat lebih siap untuk menghadapi hal-hal tak terduga seperti ini dibandingkan Marseille.
Sebenarnya dengan menjadi juara Liga Eropa, Atletico berhak untuk lolos ke Liga Champions musim depan dari jalur ini. Tetapi hak ini sudah didapat Atletico terlebih dahulu setelah menjadi runner-up La Liga musim ini. Atletico akan memulai musim depan kembali dari habitat mereka, Liga Champions.
Atletico jauh lebih baik dari Marseille, tetapi respek juga perlu diberikan kepada Marseille terutama para pemainnya yang terus berjuang hingga akhir pertandingan. Final ini memang tanpa gelar juara, tetapi tangisan Lucas Ocampos, Thauvin dan para pemain muda lainnya seperti menandakan sebuah harapan.
Harapan dari klub yang pernah menjuarai Liga Champions pada tahun 1993 untuk tetap berkeinginan meraih prestasi lebih baik di kompetisi lain di masa depan, dan semua mungkin dimulai dari kegagalan di final Liga Eropa kali ini. Semoga.
Akhirnya, selamat buat Atletico dan respek buat Marseille.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H