Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menanti Pembuktian Marseille di Final Europa League

16 Mei 2018   06:14 Diperbarui: 16 Mei 2018   18:51 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dimitri Payet Cs ingin membuktikan sesuatu besok I Gambar : Completesport

Stadion Parc Olympique Lyonnais terlebih dahulu akan menggaungkan puncak dari kompetisi antar klub Eropa. Besok dinihari waktu Indonesia, final Europa League akan berlangsung antara klub asal Prancis, Marseille melawan klub Spanyol, Atletico Madrid. Meskipun final ini akan berlangsung tanah Prancis tetapi sepertinya tak ada satupun yang mengunggulkan Marseille.

Secara statistik Marseille kalah segala-galanya. Marseille tak pernah menjuarai kompetisi ini sedangkan Atletico sudah dua kali menjuarai kompetisi ini dalam delapan tahun terakhir yaitu di edisi 2009/10 dan 2011/12. 

Secara skuad, Marseille juga dianggap masih kalah dari Atletico. Antoine Griezman cs dianggap sekelas di atas hunian pemain milik Marseille. Apalagi di kualitas pelatih, Rudi Garcia bukan siapa-siapa di hadapan Simeone. Ibarat pertarungan David melawan Goliath.

Di saat data-data ini seperti mengatakan bahwa Atletico akan menundukan Marseille dengan mudah, pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane mengatakan sebaliknya, Zidane mendukung dan mengunggulkan Marseille. 

Alasan Zidane bukan karena fanatisme negara karena sebangsa Prancis namun Zidane mengatakan bahwa Marseille lebih memiliki ambisi dibandingkan Atletico. Marseille memiliki kesempatan untuk membuktikan sesuatu yang besar dan inilah kesempatan terbaik untuk melakukannya.

Apakah pembuktian yang dimaksud dan  patut ditunggu dari Marseille? Meskipun Zidane tidak menjelaskan secara terperinci, tetapi paling awal tentu ingatan para pecinta bola akan kembali mengingat kejadian pada 26 Mei 1993, ketika Marseille menjadi kampiun Liga Champions dengan mengalahkan AC Milan di final. Prestasi yang membuat Marseille menjadi klub Perancis pertama yang menjuarai ajang itu.

Sayangnya itu terasa mudah dilupakan dan Marseille hampir dihapuskan dalam sejarah. Berbagai skandal menjadi cerita dari keberhasilan Didier Deschamp menjuarai Liga Champions 1993 itu. Mulai dari skandal suap hingga tuduhan doping oleh seluruh pemain kecuali sang penyerang Rudi Voeller. 

Tuduhan bahwa untuk menjadi juara, Marseille telah melakukan berbagai kecurangan. Akhirnya memang Marseille dihukum degradasi ke divisi dua.

Saat ini Marseille sudah berada di final. Marseille ingin menjadi juara tanpa tuduhan-tuduhan seperti itu lagi. Meskipun dianggap underdog, Marseille ingin menjadi juara semata-mata karena memiliki kualitas yang lebih mumpuni, bukan karena faktor eksternal yang negatif.

Disinilah berbagai pembuktian perlu ditunggu. Pertama, pembuktian dari sang pelatih, Rudi Garcia. Garcia ingin membuktikan bahwa dia bukanlah seperti Raymond Goethels, pelatih Marseille 1993 yang menang karena mendisain suap para pemain lawan. 

Garcia juga ingin membuktikan bahwa meski ditendang dari AS Roma, dia bisa membawa Marseille menjadi juara dengan unggul adu otak dari Diego Simeone sekalipun.

Pembuktian kedua, adalah pembuktian dari para pemain yang dianggap buangan. Sebut saja nama Dimitri Payet yang sebelumnya pernah bersinar di Liga Inggris namun karena mulai menurun dipulangkan ke kampung halamannya lagi. 

Di Liga Eropa, Payet menjadi pemain dengan assist terbanyak, Payet tentu ingin membuktikan bahwa dia masih bisa tampil maksimal. Selain itu masih ada nama-nama seperti Rolando, Luis Gustavo dan Adil Rami.

Pembuktian ketiga adalah pembuktian para pemain muda untuk lebih mendapat perhatian klub-klub lebih besar. Pemain kelahiran di atas tahun 1992 yang menjadi tulang punggung Marseille seperti Jordan Amavi, Boubacar Camara, Lucas Ocampos dan Florian Thauvin pasti akan memberikan kemampuan terbaik mereka. Jikalau juara, bukan tak mungkin bursa transfer mendatang, mereka akan berganti ke klub dengan nama yang lebih besar.

Pada tahun 1993, hal ini memang terjadi. Didier Deschamps, Marcel Desailly dan Alen Boksic berpindah ke klub lebih besar. Desailly ke AC Milan dan dua pemain lainnya ke Juventus. Harapan yang sama juga tentu diinginkan oleh barisan muda milik Marseille ini.

Terakhir, tentu pembuktian untuk selalu menjadi yang pertama bagi Prancis dalam hal menjuarai kompetisi di Eropa. Setelah pada 1993 mampu menjadi klub Prancis pertama yang menjuarai Liga Champions saatnya bagi Marseille untuk mencetak sejarah lagi dengan menjadi klub Prancis pertama yang menjadi juara Liga Eropa yang sebelumnya bernama UEFA Cup.

Harapan akan pembuktian-pembuktian inilah  yang akan menjadi sumber tenaga yang tak terduga bagi Marseille untuk mengalahkan klub sekuat Atletico Madrid. Bagi penikmat sepak bola tanpa embel-embel fanatisme pada kedua klub yang akan bertanding besok pasti akan menunggu pembuktian ini menjadi kenyataan besok karena sepak bola akan lebih menarik akibat catatan-catatan sejarah baru yang tercipta dan tentunya kejutan. 

Saat klub yang tak diunggulkan dapat menjadi juara. Saat pembuktian dari David menjadi nyata di hadapan Goliath.

Kita tunggu pembuktian dari Marseille.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun