Kota Kupang itu Kota Panas. Beberapa teman dari luar kota bahkan menyebut kota ini memiliki dua buah matahari, bukan satu. Dua matahari ini cukup membuat kota ini bertahan di angka 30 derajat celsius bahkan lebih seiring sengatan sang mentari.Â
Matahari seperti dibenci pada waktu siang, namun menjelang sore benda yang sama sungguh ditunggu dan dinikmati kehadirannya. Kata beberapa teman yang sama, di kota ini peristiwa tenggelamnya matahari menjadi sangat indah untuk dinikmati.
Sunset denga pilar dermaga lama I Dokpri
Salah satunya tempat yang cocok menikmati keindahan sunset di Kota Kupang adalah di Pantai Kopan atau sebelumnya dikenal  dengan nama Pantai Tedis, merujuk pada sebuah Kafe tua bernama
Tedis Bar yang  terletak di tepian pantai. Sedangkan kata Kopan sendiri mungkin berasal dari kata Lai Kopan, raja pertama kerajaan Helong yang memerintah Kota Kupang sebelum Portugis datang ke Nusa Tenggara Timur.
Apa yang membuat sunset di Pantai Kopan terlihat indah nan eksotis?Â
Pantai ini terletak di teluk dengan aliran sungai di tepinya. Ini membuat air laut disini terlihat tenang. Di lepasan pandang ke barat letak matahari tenggelam nampak juga sebuah pulau kecil bernama Pulau Semau. Di balik pulau inilah, matahari perlahan-lahan akan tenggelam.
Keramaian di Pantai Kopan I Dokpri
Pulau Semau yang tak banyak penghuninya itu tampak diam pasrah ketika matahari seperti hendak bersembunyi di baliknya. Garis-garis awan terbentuk indah, tiap harinya tampak berbeda dengan semburat cahaya yang kadang jingga, kadang keemasan. Cahaya sinarnya memancar menyusuri pilar-pilar dermaga lama yang sudah tak  terpakai lagi.
Sedangkan dari Pantai Kopan nampak mercusuar mungil yang juga berdiri diam menikmati detik-detik perubahan warna hingga langit menjadi gelap sehingga mersucuar itu terpaksa menyorotkan cahaya buatan manusia dari tempatnya. Istimewa.
Menikmati kuliner di tepi Pantai Kopan I Dokpri
Bukan itu saja, ada hal lain yang menjadi seperti magnet bagi ratusan orang dari jumlah sekitar empat ratus ribu penduduk kota Kupang yang setiap sore datang berjejal duduk memenuhi lapak-lapak jualan yang tersedia ketika  sunset tiba. Hal itu adalah aneka kuliner tersedia di Pantai Kopan seperti jagung manis maupun jagung pulut yang dibakar maupun digoreng.  Rasanya sedap, tak percaya rasakan sendiri.
Kata beberapa teman dari Jawa, rasa jagung Kupang memang khas. Di tengah tanah Timor yang kering, ada zat-zat hara yang membuat jagung ini memiliki rasa manis yang khas. Bukti bahwa tak ada tanah yang  tak dapat menghasilkan, bukti keadilan Tuhan.
Wajah Pantai Kopan tahnu 1980an I Gambar : KupangtempoduluFB
Di Pantai Kopan juga dapat disaksikan beberapa bagunan
heritage, warisan wajah kupang masa lalu. Beberapa bangunan lama terletak di tempat dengan cerita-cerita masa lalu bahwa dari tempat inilah berlabuh pedangang-pedagang Arab dan Solor, sehingga menjadi awal muasal berdiri Kampung Arab dan Kampung Solor yang tak jauh dari tempat ini. Cerita-cerita yang membuat kawasan ini disebut sebagai kawasan Kota Lama.
Meski sudah malam tempat ini tetap ramai meski tak bisa menikmati lagi keindahan sunset. Tempat ini suatu saat akan terlalu kecil untuk menampung datangnya warga Kota Kupang yang mau berkunjung, menjadi rusak bahkan tak indah lagi seperti sekarang. Entahlah.
Namun biarpun tempat ini dapat menjadi lebih bagus atau bahkan lebih buruk dan tidak akan dikunjungi lagi suatu saat, namun matahari itu tetap sama. Tetap menunjukan keindahan sunset yang akan selalu indah setiap harinya.Â
Sunset di Pantai Kopan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya