Saya ternyata masih belum terlalu memahami Perspura. Dalam tulisan saya sebelumnya di Kompasiana tentang klub asal Jayapura ini berjudul Persipura, Peter Butler dan Reputasi Juara, nada pesimisme seolah menjadi not utama dari tulisan tersebut.
Apa musababnya?. Tentu saja melihat geliat transfer dan minimnya sponsor klub berjuluk mutiara hitam ini. Transfer Persipura sebelum Liga 1, seperti sebuah toko swalayan yang sedang cuci gudang. Bukan karena toko itu hendak menjual stok lama dan mengganti dengan baru tetapi karena toko itu sepertinya mau bangkrut.
Nama-nama pemain potensial dilego, ke klub pesaing. Nelson Alom, Osvaldo Haay , Ruben Sanadi dan Ferinando Pahabol dijual ke Persebaya Surabaya menyusul Rony Beroperay yang pindah ke Barito Putera. Sebelumnya kiper asal Korea andalan mereka, Yoo Jae-hoon juga memilih hengkang dan bergabung ke Mitra Kukar dan ditutup dengan striker, Marinus Manewar yang menyebrang ke Bhayangkara FC.
Bagaimana mungkin klub bisa berprestasi dengan politik transfer seperti itu?. Memang masih ada Boaz Salossa, tetapi Boaz bukanlah superman yang mampu menolong klub sendirian ketika klub seperti tidak mau menolong dirinya sendiri. Persipura memang membeli Hilton Moreira dan Marcel Sacramento tetapi harapan seperti apa yang bisa diharapkan dari Hilton yang sebelumnya saya anggap karatan dan Sacramento yang "diusir" dari Madura United?
Dalam keadaan seperti ini rasanya terlalu muluk berharap Persipura dapat bersaing dengan klub-klub yang lebih royal dan pintar dalam hal transfer pemain seperti Persija, Persebaya, Bali United, Arema ataupun Persib Bandung.
************
Ternyata saya salah. Persipura tidak seperti yang saya sangka. Sampai selesainya pekan ke- 5, Persipura bertahan di puncak Klasemen. Kemarin siang, Persipura mengalahkan Mitra Kukar dengan skor 2-1. Tampil hebat, konsisten tanpa diduga oleh saya sebelumnya.
Dalam 5 kali pertandingan, Persipura berhasil mengoleksi 11 poin dari hasil 3 kali pertandingan. Hasil yang membuat pecinta sepak bola Indonesia pasti kembali terkesiap bahwa Persipura patut untuk kembali diperhitungkan.
Meski baru sekali menyaksikan pertandingan Persipura selama 90 menit dan beberapa cuplikan pertandingan mereka, tetapi menurut saya klub-klub lain jangan pernah menganggap remeh Persipura. Paling tidak ada 2 alasan yang layak dikemukakan.
Pertama, motivasi dan keinginan pembuktian dari para pemain yang besar . Komposisi pemain Persipura terisi dari pemain senior, pemain lama dan beberapa pemain muda dan baru. Pemain senior ini dipimpin oleh Boaz Salossa. Di garis ini berdiri antara lain Ricardo Salampessy, Yustinus Pae dan Ian Kabes.
Hasilnya memang terlihat jelas, Ian Kabes tanpil menggila dalam pertandingan melawan Mitra Kukar kemarin serta penampilan Yustinus Pae dan Ricardo Salampessy yang konsisten.
Di sisi lain memang Persipura diisi oleh para pemain baru atau diorbitkan dari tim muda mereka. Boas Atururi, Ronaldo Wanma, Todd Ferre dan Prisca Womsiwor masuk dalam defile ini. Â Meski belum terlalu berpengalaman, tetapi pemain-pemain ini seperti ingin membuktikan bahwa mereka pantas ada di starting XI Persipura. Beberapa kali terlihat, Atururi ketika dimainkan sebagai cadangan atau pemain inti selalu tampil memuaskan.
Di sisi lain, selain Abdolaye Maiga, Marcel Sacramento dan Hilton Moreirra selalu tampil maksimal. Hilton yang sudah berusia 37 tahun seperti lahir kembali di Persipura dengan mengenakan nomor punggung 10. Hilton rajin ikut menyerang dan juga bertahan, mobile dan tidak malas.
 Sedangkan Sacramento kembali menemukan ketajamannya di Persipura. Pemain asal Brasil berusia 30 tahun ini, sampai pertandingan ke-5 sudah mencetak  4 gol. Jika semakin padu dengan Boaz dan Hilton, keran gol Sacramento sepertinya tak akan berhenti. Sacramento seperti termotivasi ingin membuktikan bahwa tima-tim seperti Madura United akan menyesal tidak menggunakan tenaganya.
Kedua, faktor Peter Butler yang cukup menentukan. Pelatih asal Inggris ini memang tidak mengkilap sebelumnya di Indonesia selain pernah membuat Persiba Balikpapan tampil cukup diperhitungkan. Tetapi pengalaman pelatih yang pernah melanglang buana hingga melatih timnas Bostwana di Afrika ini tidak bisa dianggap sebelah mata.
 Melatih tim seperti Persipura bukanlah hal yang mudah. Anak-anak Papua ini memiliki skill istimewa tetapi sering memuja kebebasan. Di sinilah dibutuhkan pelatih yang memahami mereka, memahami budaya dan juga menjadi pembimbing yang baik bagi mereka. Butler belum bisa dianggap berhasil tetapi Butler seperti mau belajar untuk itu.
Butler berhasil memadukan para pemain senior dan pemain muda dengan baik. Formasi 4-3-3 ala Butler juga membuat Persipura memang menari dengan jiwa mereka yaitu permainan menyerang. Butler memicu para pemain muda untuk tampil lepas namun tetap terkontrol dalam pengawasannya. Atururi, Ronaldo, Mandowen dan Wonsiwor mampu tampil baik dengan bimbingan Butler.
Butler juga detail. Butler tak segan mengeluarkan buku catatannya yang konvensional dan berdiri di pinggir lapangan dan mencatat apa yang terjadi di lapangan. Butler seperti ingin memperlihatkan bahwa dia adalah pelatih yang menaruh perhatian penuh dan mamu membuat tim dan para pemain dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Butler bukanlah aktor, tapi dia bisa jadi sutradara yang sempurna bagi Persipura.
Tak ada gading yang tak retak, demikian juga Persipura. Terlalu jauh untuk yakin bahwa mereka akan  menjuarai Liga 1 musim ini. Meskipun telah tampil baik seperti menahan Sriwijaya FC di Palembang, tetapi mental anak-anak muda Persipura belum sepenuhnya diuji. Mereka masih sangat emosional dan terkadang terlihat tidak berhati-hati. Laga-laga besar seperti melawan Persija dan Persib bisa dijadikan ukuran bagi mereka.
Di sisi lain, kedalaman skuad harus diperhitungkan oleh Butler. Meski Butler sudah berhasil melakukan beberapa rotasi namun untuk beberapa posisi, Butler harus serius memperhitungkannya. Terutama sektor striker utama dan penjaga gawang.
Marcel Sacramento harus dicarikan pengganti yang paling tidak mendekati kemampuannya. Bagaimana jika Sacramento cedera?. Sama seperti posisi Hilton, meski di posisi itu, masih ada Ian Kabes yang dapat menggantikannya.
Selain itu, Dede Sulaiman sebagai kiper juga dapat menjadi titik lemah. Bukan meremehkan Dede Sulaiman tetapi, Persipura sudah memberikan standar tinggi karena kiper sebelumnya Yoo Jae-hoon. Saran saya, jikalau Maiga terlihat tidak banyak berkontribusi besar bagi lini pertahanan, maka Persipura dapat mencari tambahan dalam menjaga gawang mereka dan kuota itu diisi sesudah Maiga dilepas. Jika berhasil mencari yang cocok, maka Ricardo Salampessy Cs pasti akan semakin percaya diri menjaga lini pertahanan.
Akhirnya, kita perlu menunggu kiprah selanjutnya dari Persipura. Mempertahankan posisi pasti lebih sulit daripada meraihnya. Tetapi jika Persipura dapat terus termotivasi dan semakin padu maka hal itu akan terbalik bagi para pesaing.
Catatan-catatan ringan ini seperti hendak mengingatkan pesaing mereka, seperti Persija Persib dll, bahwa Persipura pantang untuk dianggap remeh. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H