Hasilnya memang terlihat jelas, Ian Kabes tanpil menggila dalam pertandingan melawan Mitra Kukar kemarin serta penampilan Yustinus Pae dan Ricardo Salampessy yang konsisten.
Di sisi lain memang Persipura diisi oleh para pemain baru atau diorbitkan dari tim muda mereka. Boas Atururi, Ronaldo Wanma, Todd Ferre dan Prisca Womsiwor masuk dalam defile ini. Â Meski belum terlalu berpengalaman, tetapi pemain-pemain ini seperti ingin membuktikan bahwa mereka pantas ada di starting XI Persipura. Beberapa kali terlihat, Atururi ketika dimainkan sebagai cadangan atau pemain inti selalu tampil memuaskan.
Di sisi lain, selain Abdolaye Maiga, Marcel Sacramento dan Hilton Moreirra selalu tampil maksimal. Hilton yang sudah berusia 37 tahun seperti lahir kembali di Persipura dengan mengenakan nomor punggung 10. Hilton rajin ikut menyerang dan juga bertahan, mobile dan tidak malas.
 Sedangkan Sacramento kembali menemukan ketajamannya di Persipura. Pemain asal Brasil berusia 30 tahun ini, sampai pertandingan ke-5 sudah mencetak  4 gol. Jika semakin padu dengan Boaz dan Hilton, keran gol Sacramento sepertinya tak akan berhenti. Sacramento seperti termotivasi ingin membuktikan bahwa tima-tim seperti Madura United akan menyesal tidak menggunakan tenaganya.
Kedua, faktor Peter Butler yang cukup menentukan. Pelatih asal Inggris ini memang tidak mengkilap sebelumnya di Indonesia selain pernah membuat Persiba Balikpapan tampil cukup diperhitungkan. Tetapi pengalaman pelatih yang pernah melanglang buana hingga melatih timnas Bostwana di Afrika ini tidak bisa dianggap sebelah mata.
 Melatih tim seperti Persipura bukanlah hal yang mudah. Anak-anak Papua ini memiliki skill istimewa tetapi sering memuja kebebasan. Di sinilah dibutuhkan pelatih yang memahami mereka, memahami budaya dan juga menjadi pembimbing yang baik bagi mereka. Butler belum bisa dianggap berhasil tetapi Butler seperti mau belajar untuk itu.
Butler berhasil memadukan para pemain senior dan pemain muda dengan baik. Formasi 4-3-3 ala Butler juga membuat Persipura memang menari dengan jiwa mereka yaitu permainan menyerang. Butler memicu para pemain muda untuk tampil lepas namun tetap terkontrol dalam pengawasannya. Atururi, Ronaldo, Mandowen dan Wonsiwor mampu tampil baik dengan bimbingan Butler.
Butler juga detail. Butler tak segan mengeluarkan buku catatannya yang konvensional dan berdiri di pinggir lapangan dan mencatat apa yang terjadi di lapangan. Butler seperti ingin memperlihatkan bahwa dia adalah pelatih yang menaruh perhatian penuh dan mamu membuat tim dan para pemain dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Butler bukanlah aktor, tapi dia bisa jadi sutradara yang sempurna bagi Persipura.
Tak ada gading yang tak retak, demikian juga Persipura. Terlalu jauh untuk yakin bahwa mereka akan  menjuarai Liga 1 musim ini. Meskipun telah tampil baik seperti menahan Sriwijaya FC di Palembang, tetapi mental anak-anak muda Persipura belum sepenuhnya diuji. Mereka masih sangat emosional dan terkadang terlihat tidak berhati-hati. Laga-laga besar seperti melawan Persija dan Persib bisa dijadikan ukuran bagi mereka.
Di sisi lain, kedalaman skuad harus diperhitungkan oleh Butler. Meski Butler sudah berhasil melakukan beberapa rotasi namun untuk beberapa posisi, Butler harus serius memperhitungkannya. Terutama sektor striker utama dan penjaga gawang.
Marcel Sacramento harus dicarikan pengganti yang paling tidak mendekati kemampuannya. Bagaimana jika Sacramento cedera?. Sama seperti posisi Hilton, meski di posisi itu, masih ada Ian Kabes yang dapat menggantikannya.