Guardiola sebenarnya sudah berusaha menghentikan Salah dengan memainkan 3 bek tengah plus dukungan dari para pemain sayap. Tetapi Klopp tak kalah cerdas. Mo Salah, Firmino dan Sane kerap berganti posisi, yang cukup membingungkan.
Hasilnya, Salah yang bermain di tengah berhasil memanfaatkan bola muntah hasil tusukan Sane dari sayap kanan. Gol di menit ke-56 yang mengubah pertandingan secara drastis dan membuat Liverpool semakin percaya diri. Â Â
Entah dengan cara apa lagi Salah dihentikan, tetapi siapapun yang akan menjadi lawan dari Liverpool nanti di Semifinal akan berharap agar Mo Salah tak maksimal bermain bahkan cedera. Mo Salah memang sedang on fire.
Ketiga, lini depan Manchester City yang kurang tajam. Entah kenapa Guardiola lebih memilih Jesus daripada Aguero, mungkin saja karena Jesus lah yang lebih sering mencetak gol ke gawang Liverpool dari Aguero. Tetapi intinya, Jesus, Aguero dan terutama Sterling.
Raheem Sterling seharusnya menjadi aktor penting, mengingat ada ikatan emosional dirinya karena pernah lama bermain di Liverpool sebelum pindah ke Manchester City pada tahun 2015. Namun setelah sembuh dari cedera bulan lalu, Sterling tidak mampu menemukan kembali permainan terbaiknya.
Di pertandingan melawan Liverpool, Sterling tidak menciptakan satupun satu tendangan ke gawang dan tanpa crossing ke kotak penalti, meski memiliki satu assist di awal pertandingan berbuah gol yang lekas dilupakan.
Begitu pula dengan Sergio Aguero. Sama seperti Sterling, Aguero juga sering tampil tidak konsisten setelah mengalami cedera. Cedera yang menghentikan permainan hebatnya di awal-awal hingga pertengahan musim. Selain itu harus diakui gaya main cepat yang dimainkan oleh City, seringkali terlihat tidak klop dengan permainan Aguero yang terkadang lebih suka sedikit lama menahan bola. Seusai pertandingan dan musim ini, saya rasa, City akan bernafsu sekali mendatangkan pemain depan baru.
Ketika lini depan City mengalami masalah, lini depan Liverpool tampil luar biasa musim ini. Ketiga pemain (Firmino, Mane dan salah) bermain sebagai sebuah kesatuan hebat dan tampil meneror setiap pertahanan tim lawan. Ketiga pemain berkontribusi terhadap 80 gol Liverpool di semua kompetisi dengan 22 diantaranya di Liga Champions. Luar biasa. Â
Kekalahan menyakitkan ini membuat Manchester City sudah mengalami tiga kali kekalahan secara berturut-turut, Â sebuah fenomena menurun bagi tim yang diasuh oleh pelatih cerdas seperti Guardiola. Masalah taktik? Mental? Begitu banyak pertanyaan yang akan mempertanyakan penampilan menurun City.
Pertanyaan paling menarik yang menarik yang dapat diajukan adalah sejauh mana Liverpool akan melangkah di Liga Champions?. Final? Juara?. Ah, masih sulit menjawabnya. Namun yang pasti kekuatan uang tidak bisa membawa klub melangkah jauh, dan juga kepercayaan diri yang tinggi dari tim yang tak terkalahkan musim ini (Barcelona) juga tak dapat membawa sebuah tim melangkah jauh.