Saya termasuk orang yang tidak terlalu tertarik menonton pertandingan bertajuk "friendly", persahabatan. Alasannya sederhana, yang namanya persahabatan itu biasanya setengah hati. Kecuali, pertandingan timnas kita, Indonesia. Setengah hati atau sepenuh hati, sulit untuk ditebak.
Termasuk pertandingan dalam jeda Internasional minggu ini. Sepertinya banyak orang yang juga setuju dengan saya, makanya kekalahan Portugal atas Belanda 0-3, kekalahan Jerman atas Brasil tidak terlalu menjadi sebuah persoalan besar.
Apalagi ditambah berita beberapa pemain yang dengan gampangnya diijinkan pulang ke klub masing-masing karena dianggap kelelahan, bahkan Lionel Messi yang tiba-tiba mengalami cedera hamstring. Semua orang tahu harga kaki Messi itu mungkin lebih berharga daripada pertandingan itu sendiri.
Namun, terlalu naif untuk memalingkan muka ketika melihat Argentina dipermak Spanyol 1-6 di Stadion Wanda Metropolitano. Meski tanpa Messi, seharusnya finalis Piala Dunia ini jangan sampai membiarkan mereka harus menyerah begitu mudah dari Spanyol.
Gol-gol dari Diego Costa, Thiago Alcantara, Iago Aspas dan hattrick dari Iso, hanya mampu dibalas oleh Nicolas Otamendi. Pertanyaannya adalah ada apa dengan Argentina, ada apa dengan Jorge Sampaoli? Ya, pelatih Argentina ini pantas dimintai pertanggungjawaban.
"Kami harusnya mengambil alih permainan ini. Hal semacam ini tidak boleh terjadi di Piala Dunia. Spanyol telah menampar kami," ucap Sampaoli singkat seusai pertandingan. PR besar menanti Sampaoli yang baru menangani Argentina, Mei tahun lalu.
Paling tidak ada 3 hal yang perlu menjadi perhatian Sampaoli, sesudah digampar Spanyol. Pertama, meracik formasi terbaik bagi Argentina. Dengan hanya 78 hari menjelang Piala Dunia 2018 Rusia, maka Sampaoli harus menentukan komposisi terbaik dari Argentina.
Di timnas Chile yang mengangkat namanya, Sampaoli fasih memainkan formasi 4-3-1-2 dan 3-4-1-2. Sampaoli mampu membuat menguasai bola lebih banyak dari tengah dan memberikan bola matang kepada dua striker.
Di Argentina, Sampaoli mewarisi formasi dengan 3 penyerang. Ini menjadi persoalan karena sampai detik ini, Argentina belum sekalipun terlihat digdaya dengan formasi 3 striker, atau 1 striker dengan dua penyerang sayap ini.
Melawan Spanyol, Sampaoli memainkan 4-3-3. Sayangnya, skema dengan 3 pemain tengah ini harus memiliki 3 gelandang yang kuat baik secara teknis maupun fisik. Argentina jelas kalah disini. Lucas Biglia dan Mascherano dianggap sudah terlalu uzur untuk membuat lini tengah yang kuat.
Solusinya, harus mampu mengajak pemain untuk lebih mau bertarung di tengah, masih ada Angel Correa atau jika perlu memainkan Javier Pastore disitu menemani Ever Banega.
Kedua, mencari penyerang depan yang sepadan dan sehati bagi Lionel Messi. Menjelang pertandingan melawan Spanyol, Sampaoli mengatakan bahwa Argentina harus bermain untuk mendukung gaya main Messi. Hal ini sepertinya hendak mengatakan bahwa tak ada tempat bagi Dybala, yang memiliki gaya main dengan Messi.Â
Ada isu Messi tidak menyukai Dybala, jika ini benar, Sampaoli lebih baik tidak memanggil Dybala. Untuk jangka pendek, membuat Messi nyaman adalah jalan terbaik.
Di sisi lain, selama ini yang paling pas untuk mendampingi Messi adalah Angel Di Maria. Hanya Di Maria jarang mendapat kesempatan bermain di PSG yang tentu mempengaruhi penampilannya. Sampaoli pantas berharap agar Di Maria dapat tampil menonjol di Piala Dunia nanti. Â Soal Aguero dan Higuain, sebenarnya mereka memiliki kualitas, namun sayang di timnas, mereka belum menunjukan penampilan terbaik mereka. Lebih banyak berdiskusi dengan para pemain ini, akan sangat baik, untuk menemukan kesatuan diantara mereka.
Ketiga, menentukan gaya menyerang, dari sayap atau dari tengah. Hal ini sempat diutarakan mantan penyerang Argentina, Hernan Crespo. Crespo mengatakan bahwa Sampaoli harus cepat menentukan gaya menyerang Argentina. Soalnya ini berkaitan dengan pemilihan pemain depan Argentina yang bejibun.
Jika Argentina hendak bermain dengan umpan terobosan dari tengah, maka Sergio Aguero dan Gonzalo Higuain dianggap paling tepat. Namun jika ingin bermain melalui umpan sayap, maka Mauro Icardi akan lebih cocok.Â
Mengapa hal ini penting, karena gaya main para striker hebat di atas memang tergantung dari gaya main mereka di klub masing-masing. Dengan waktu yang sempit, hanya 78 hari, konsep bermain ini harus segera diputuskan oleh Sampaoli.
Sesudah kekalahan ini, para pendukung Argentina harus harap-harap cemas, akan apa jadinya Argentina di Rusia nanti, bangkit atau tambah remuk. Namun di lain sisi, kekalahan ini baik, karena ini menjadi alarm yang baik untuk La Albiceleste agar segera berbenah.
Berdoa saja tangan "midas" Sampaoli dapat bekerja baik, dan tentu saja, Lionel Messi agar tetap bugar dan bisa tampil ajaib di Rusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H