Berita dari sebuah media online nasional pada hari minggu cukup menarik perhatian saya, apalagi setelah diunggah melalui media sosial oleh Kompasianer Ardiansyah Taher. Berita itu menyoroti tentang menjamurnya jersey KW di Indonesia yang menjadi sorotan publik Polandia.
Membaca judulnya saja, tentu pikiran kita akan mengarah pada sosok fenomenal, Egy Maulana Vikri. Egy baru saja dikontrak oleh klub Polandia, Lechia Gdansk. Bukan itu saja, Egy juga mendapat kehormatan untuk memakai jersey bernomor 10 di seragam kebanggaan Lechia yang disponsori perusahaan energi Polandia, Energa.
Lalu apa persoalannya? Ada beberapa hal. Pertama, soal ekspektasi sebagian orang Polandia yang meyakini pasar penjualan jersey Lechia, akan meningkat sesudah Egy datang. Kemungkinan besar tidak menjadi kenyataan. Satu  jersey lengkap Egy dengan nama dan nomor punggung Egy dibanderol  marketing Lechia seharga 279,99 polish Zloty (PLN) atau sekitar 1,1 juta rupiah.
Artinya jika 100 orang saja membeli jersey itu, maka omset menjadi 100 juta lebih, bayangkan misalnya 1000, atau bahkan ratusan ribu penjualan, maka Lechia akan kaya raya. Tetapi tentu tidak semudah itu, fakta yang dibahas oleh kolumnis Polandia, Piotr Borkowski adalah sebaliknya.
"Hanya beberapa hari dan pasar di Indonesia sudah mulai menjual jersey palsu," tulis Borkowski. Harganya tentu saja jauh dari harga asli, jersey KW itu dijual sekitar 150 ribu rupiah dan didiskon lagi jika diambil dalam jumlah yang banyak. Di poin ini, publik Polandia khususnya klub bisa kecewa dengan mispersepsi soal keuntungan yang terjadi.
Kedua, soal disinggungnya kemiskinan Indonesia. Borkowski  mengatakan bahwa salah satu faktor utama yang mengakibatkan hal ini terjadi adalah persoalan kemiskinan di Indonesia. Hal ini berarti jika pendapatan rata-rata rakyat Indonesia 4 juta per bulan, adalah sebuah kemungkinan kecil, rakyat Indonesia mau membeli jersey dengan harga sejutaan.
Dari 2 faktor ini, Borkowski di dalam tulisannya seperti  yang dilansir media hendak mengatakan bahwa Lechia Gdansk seharusnya sadar bahwa Indonesia adalah pasar jersey KW atau palsu yang sangat besar.  Selain itu, pecinta bola Indonesia tidak terbiasa untuk membeli Jersey asli dengan harga yang mahal. Jika bisa mendapatkan yang lebih murah tapi lumayan, meski palsu, mengapa tidak?
Pertama, memang harga jersey Egy memang terlalu mahal. Ini bisa dibandingkan dengan harga Jersey nomor 10 kepunyaan Neymar, pemain termahal dunia. Saat  baru dikontrak PSG, Jersey mega bintang asal Brasil tersebut dijual 100 Euro, Rp 1,6 juta per buahnya. Sekarang harga menurut  website resmi klub dibanderol senilai 85 Euro atau sekitar Rp 1,4 juta. Selisih sedikit kan?
Tentu saja kita harus maklum jika Lechia memang ingin mengeruk keuntungan dari pembelian Egy apalagi pasar Indonesia dan Asia dinilai masih potensial. Tentu saja potensial dari bagian lain, seperti publikasi dan lain-lain, namun dari penjualan merchandise, perlu ditinjau kembali. Pihak Lechia juga mungkin terlalu bermimpi bisa mengeruk keuntungan seperti MU yang mampu menutup pembelian Paul Pogba dari penjualan jerseynya. Uang untuk pembelian Pogba saja, disinyalir didapatkan dari penjualan jersey Zlatan Ibrahimovic.
Lechia bukan MU dan Egy bukanlah Pogba.
Oleh karena itu, salah satu yang harus dipikirkan manajemen klub Lechia adalah cara penjualan. Apakah dengan cara menurunkan harga dengan cara  menggandeng produsen pembuat kaos di Indonesia, tetapi dengan label khusus yang menandakan bahwa kaos itu original atau asli dari Lechia.Â
 Jika ini dapat dilakukan, maka harga jersey bisa sedikit diturunkan harganya karena adanya pemangkasan dari biaya kirim dan biaya produksi. Perlu dicoba.
Salah satu hal lain yang dapat dilakukan adalah tour ke Indonesia. Memperkenalkan Lechia yang kurang dikenal, sekaligus menjual pernak-pernik Egy sebagai simbol klub langsung ke Indonesia, bisa juga akan efektif mendongkrak pemasukan . Cara-cara seperti ini, akan mendekatkan klub ke publik Indonesia dan diharapkan meningkatkan penjualan merchandise.
Kedua, semakin disadari bahwa Egy bukan hanya sebagai seorang pesepak bola saja tetapi sebagai duta bangsa. Cerita tentang kemiskinan Indonesia, budaya beli jersey KW mungkin menohok, namun di sisi lain, kehadiran Egy di Polandia membuat Indonesia semakin dikenal. Sekarang persoalannya adalah dikenal jeleknya atau bagusnya.
Kesempatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan bagaimana kultur dan kekayaan Indonesia melalui Egy. Pemerintah harus cermat memperhatikan ini. Apakah dengan menggandeng Kementerian Pariwisata sehingga Egy dapat diberdayakan sebagai duta pariwisata  untuk memperkenalkan wisata Indonesia ke Polandia atau Eropa.  Meski hal ini harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu karirnya sebagai seorang pesepakbola.
Di sisi yang lain, seharusnya Lechia Gdansk juga bisa memperkenalkan kota Gdansk dan negara  Polandia ke Indonesia dan Asia, melalui Egy. Saling share budaya, wisata ini bisa terjadi, dan bukan melalui jalur formal tetapi informal, seperti medsos juga akan sangat efektif.
Bayangkan jika jumlah pengikut Instagram yang melonjak dari belasan ribu hingga 200 ratusan ribu itu (orang Polandia dan Indonesia), diisi dengan postingan yang memperkenalkan tentang budaya, kultur dan kebiasaan antar kedua negara yang saling mengisi dan membangun. Akan berdampak positif sekali bagi berbagai pihak.
Mengapa ini belum gencar dilakukan oleh Lechia? Pendapat saya, pihak Lechia Gdansk masih belum yakin dengan Egy effect ke depannya. Sehingga strategi pemasaran mereka belum terlalu dimaksimalkan. Pihak Lechia mungkin masih menunggu kontribusi nyata apa yang bisa dilakukan seorang Egy di Gdansk. Pemberian nomor 10, bisa jadi hanya sebuah pemanis dari coba-coba yang dilakukan oleh klub, coba-coba berhadiah.
Artinya, kita perlu berharap, sesudah Juni nanti, saat Egy resmi bermain, Egy dapat beradaptasi dengan baik dan dapat menunjukan kualitas yang diinginkan. Jika berjalan lancar, maka banyak keuntungan yang akan didapatkan. Bukan saja keuntungan bagi Lechia dan Egy, tetapi bagi kedua negara.
Terakhir, mungkin bagi penjual jersey KW Egy, bisa direm sedikit produksinya. Minimal sesudah Egy membuktikan sesuatu di Gdansk sesudah Juni nanti. Â Jika memungkinkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H