Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lech Walesa, Lechia Gdansk, dan Egy Maulana Vikri

11 Maret 2018   21:21 Diperbarui: 12 Maret 2018   01:15 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Twitter.com/lechiagdansksa

Lech Walesa yang masih berusia 40 tahun saat itu berdiri di dalam Stadion, mengangkat kedua tangannya sembari jarinya membentuk simbol V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya."Solidarity"teriak ribuan orang ketika melihat pemimpin karismatik itu melakukannya.

Hari itu, 28 September 1983, Stadion Gdansk bergemuruh, bukan karena pertandingan yang terjadi di lapangan tetapi gejolak untuk berevolusi, bangkit dari kungkungan komunis ke negara yang menjunjung demokrasi. Padahal saat itu, klub kebanggaan mereka, Lechia Gdansk sedang bertanding melawan klub Italia, pada babak perdelapan, Piala Winner Eropa.

Meski harus menyerah kalah 2-3 dari Juventus di pertandingan itu (saat itu Juventus akhirnya menjadi juara), namun kemenangan sebenarnya adalah milik Lechia Gdansk.

Polandia yang saat itu berada dalam keadaan darurat militer dengan tentara yang berpatroli di jalanan kontras sekali dengan apa yang terjadi di dalam stadion. Saat itu melalui sepak bola, ribuan orang di dalam stadion meneriakan dukungan untuk perubahan sosial di sana, dengan mendukung solidaritas (Solidarno), gerakan serikat pekerja indenpenden pertama di blok soviet yang dipelopori Lech Walesa.

"Pertandingan ini memberi banyak sekali inspirasi. Ideologi baru dan kebebasan tanpa disadari lahir disana, karena rakyat tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan dengan bebas di jalanan, dan akhirnya dapat dilakukan di stadion." kata Jarzy Jastrzebowski, pelatih Lechia Gdansk. 

"Sesuatu yang tak akan dilupakan".

Pemerintah sudah bertindak untuk melakukan sabotase dengan tidak memperdengarkan suara yang berasal dari dalam stadion ketika disiarkan lewat Televisi, namun kekuatan solidarias itu terlalu besar untuk dihentikan. Mereka haus akan perubahan revolusi.

Lech Walesa bahkan diijinkan untuk hadir di stadion karena dianggap tidak akan dapat membangkitkan semangat revolusi melalui stadion. Padahal setahun sebelumnya, Walesa dipenjara karena kegiatannya ini. Pada bulan November 1982 Walesa dibebaskan dan diizinkan untuk bekerja di galangan kapal di kota Gdansk.

Pihak pemerintah komunis ternyata salah besar, pertandingan itu memberikan kekuatan yang besar untuk sebuah perubahan di Polandia. .

Lech Walesa di Gdansk, saat Lechia vs Juventus (Getty Images)
Lech Walesa di Gdansk, saat Lechia vs Juventus (Getty Images)
Mengapa harus di Gdansk?. Ternyata ini ada hubungannya dengan gerakan solidaritas yang awalnya diinisiasi di sebuah galangan kapal di dekat kota tersebut. Gdansk memang sebuah kota yang memiliki zatoka atau teluk yang indah yang bernama sama dengan kota tersebut.

Gdansk adalah tempat kelahiran dari organisasi yang paling berpengaruh dari perubahan revolusi untuk menggulingkan komunisme di Polandia, Gdansk adalah jantung dari lahirnya demokrasi itu sendiri.

Sesudah pertandingan di Gdansk itu, perjuangan tanpa henti terus dilakukan. Akhirnya melalui Round Table Agreement pada tahun 1989, mengilhami adanya tindakan demokrasi pertama yang terjadi di Polandia melalui pemilihan parlemen.

Gelombang revolusi semakin besar di Eropa Timur untuk menurunkan rezim komunis, dan akhirnya, pada tahun 1990, Lech Walesa menjabat sebagai presiden Polandia pertama dengan cara demokrasi. Suatu hal yang menjadi harapan baru bagi rakyat Polandia, demi masa depan lebih baik. Atas revolusi yang berhasil tanpa kekerasan itu, Lech Walesa dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1983.

Didirikan pada tahun 1945, paling tidak hanya kisah itulah yang paling bisa diingat dari  Lechia Gdansk. Prestasi terbaik mereka adalah satu kali menjuarai Polandia Cup sekali  Polandia Super Cup. Gdansk dapat dinilai sebagai klub medioker di Polandia.

Sekarang di Lotto Ekstraklasa, liga tertinggi di Polandia, Gdansk berada di posisi ke-14 klasemen sementara. Klub yang dilatih oleh Piotr Stokowiec ini harus bekerja keras agar terhindar dari degradasi musim ini. Total 27 poin baru dikumpulkan Lechia Gdansk dari 26 pertandingan, dengan sisa empat pertandingan yang harus dimainkan.

Di klub dengan sejarah seperti inilah pemain masa depan Indonesia, Egy Maulana Vikri akan merumput musim depan. Mimpi terbesar Egy untuk bermain di Eropa disauhkan di Gdansk, kota kecil di Polandia.

Beberapa jam lalu, Egy sudah resmi diperkenalkan oleh Lechia. Egy dan rakyat Indonesia tentunya berharap agar Lechia bukan menjadi klub pertama dan terakhir bagi karirnya di Eropa, namun Lechia dapat  menjadi jembatan dalam karier profesionalnya yang lebih baik di masa depan.

Pemain kelahiran Medan, 7 Juli 2000 ini sudah memutuskan pilihannya. Saatnya untuk dia membuktikan dan mengukir prestasi lebih besar di kota Gdansk, sesudah prestasi hebatnya di Gothia Cup Swedia 2015, Jouer Revelation Trophee pada Toulon Turnament 2017, dan Piala AFF U-18 Myanmar 2017.

Bagi Lech Walesa,  Gdansk menjadi tempat untuk awal sebuah perubahan besar bagi diri dan negaranya. Artinya bisa saja di kota kecil dengan WNI tak lebih dari 15 orang ini, seorang Egy Maulana Vikri mungkin saja berevolusi menjadi pesepakbola hebat dunia yang membanggakan tanah air tercinta, Indonesia. Semoga.

Referensi: 1 -2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun