Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dukungan, Rivalitas Masa Lalu, dan Arti Persona bagi Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger

11 Maret 2018   15:22 Diperbarui: 11 Maret 2018   15:42 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada batas untuk rivalitas Wenger dan Fergie I Gambar: Sportkeeda

Di dalam tekanan, di tengah hujatan, cibiran dan permintaan untuk segera mundur, Pelatih Arsenal, Arsene Wenger mengatakan bahwa dia masih mendapat dukungan dari orang - orang tertentu.

Siapa yang mau mendukung opa yang sudah membuat Arsenal semakin hari semakin terlihat buruk?. Siapa yang mau mendukung Wenger ketika banyak pihak mengatakan bahwa kemunduran Wenger bukan saja akan menyelamatkan Arsenal tetapi menyelamatkan sepak bola itu sendiri? Hasil yang menjadi periode terburuk Arsenal sejak 16 tahun silam.

Menarik karena orang itu adalah Sir Alex Ferguson , mantan pelatih MU yang legendaris. "Saya memiliki hubungan baik dengan Ferguson untuk saat ini, terkadang ia mengirimkan pesan, ya, sebuah dukungan penting  ketika keadaan tidak berjalan dengan baik bagi saya," ungkap Wenger, seperti di lansir oleh The Sun, Sabtu (10/3/2018).

Rivalitas Masa Lalu Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger

Siapapun tahu bagaimana hubungan kedua orang ini, bahkan sejak Arsene Wenger yang belum terlalu dikenal pindah dari klub Jepang, Nagoya Grampus Eight ke Arsenal pada September 1996. Saat itu, ada pengamat yang memuji kepintaran Wenger tetapi tak sedikit yang bersikap skeptis cenderung kasar terhadap kehadiran Wenger yang saat itu berusia 47 tahun, termasuk Alex Ferguson.

"Mereka mengatakan dia orang yang pintar, bukan? Bicara dengan lima bahasa! Saya punya anak umur 15 tahun dari Pantai Gading yang juga bisa bicara lima bahasa!" kata Ferguson mencoba menyambut Wenger dengan sindiran keras.

"Di pendatang baru. Dia harus mempertahankan opini soal sepak bola Jepang-nya,". Fergie sepertinya bersikap sombong dan memandang remeh Wenger, karena ketika Wenger baru memulai petualangan di  Liga Inggris, Fergie sudah meraih 10 gelar di tanah Inggris.

Seperti gayung bersambut, Wenger lekas beradaptasi dan berespon balik. Di musim selanjutnya, Wenger mengeluarkan sindiran kepada MUnya Fergie. Wenger mengeluh akan dugaan keberpihakan FA dalam alokasi dan jadwal  untuk Setan Merah.  

"Ini sebuah kesalahan,  program liga diperpanjang sehingga United bisa beristirahat dan memenangkan semuanya." kata Wenger. Fergie pun  dengan cepat membalas, mengatakan kepada wartawan "Dia seorang pemula, dia hanya harus menjaga opininya ke sepak bola Jepang, bukan di sini."

Musim 1997 dan 1998 kedua pelatih ini bukan menyerang secara verbal saja, tetapi di lapangan kedua pelatih juga bersaing. JIka MU menjuarai Liga pada tahun 1997 maka tahun sesudahnya, Arsenal yang merebut gelar dari mereka.

Setelah tiga tahun berturut-turut Ferguson membawa Manchester United memenangkan liga, Arsenal kembali  mendapatkan status sebagai tim no.1 pada tahun 2002. Bahkan pada musim itu, The Gunners menyegel gelar liga melalui kemenangan 1-0 di Old Trafford.

Setelah kekalahan itu sekaligus kehilangan gelar, Fergie lagi-lagi menyindir tentang kelakuan  Wenger, "Dia tidak pernah datang untuk minum dengan manajer lawan setelah pertandingan. Dia satu-satunya manajer di Premiership yang tidak melakukannya. Ini adalah tradisi di sini. Akan baik baginya untuk menerima dan melakukan tradisi. "

Pada musim Premier League 2003/04 Arsene Wenger berhasil memimpin timnya untuk meraih gelar dengan tanpa kalah selama semusim. Prestasi yang kemudian membua mereka dijuluki "The Invincibles."

Namun Musim berikutnya, The Red Devils yang mengakhiri deretan tak terkalahkan Arsenal tersebut, MU mengalahkan mereka 2-0 di Old Trafford pada bulan Oktober. Pertandingan yang berlangsung sengit, dengan kejadian memalukan di ujung pertandingan.

Kedua tim bentrok di terowongan seelah peluit akhir pertandingan, makanan dan minuman dilemparkan dari arah pemain kedua tim, bahkan Sir Alex Ferguson terkena lemparan sepotong Pizza di wajahnya.
Pelaih MU asal Skotlandia itu  kemudian berkomenta tentang kejadian yang dia alami, "Perilaku mereka (Arsenal) adalah hal terburuk yang pernah saya lihat dalam olahraga ini, parahnya mereka juga  bebas dari hukuman." Semakin memanas.

Beberapa bulan setelah insiden yang disebut dengan "Pizza Gate" tersebut, Ferguson berulang kali menyebut Arsene Wenger dengan kata "memalukan" dan "aib" pada pers. Pelatih asal Perancis lantas  bereaksi dan terlihat sangat marah.

"Ferguson melakukan apa yang dia inginkan dan Pers semuanya medukungnya, saya tidak tertarik dengan apa yagn dia ucapkan dan sama sekali bukan masalah bagi saya, saya tidak akan pernah meladeni provokasi darinya lagi," ujar Wenger, suatu saat pada tahun 2005.

Kejadian itu terus berulang dan dikenal sebagai salah satu rival terpanas dalam sejarah liga Inggris.

Persona dalam hubungan Fergie dan Wenger

Sekarang, Wenger masih melatih sedangkan Fergi sudah lama pensiun. Fergie mendukung dan menghibur Wenger di dalam situasi paling sulit yang mungkin pernah dihadapi oleh Wenger dalam karir kepelatihannya.

Mengapa orang bisa berubah, dahulu rivalitas dan sekarang menjadi sangat baik. Untuk menjawabnya, saya lantas teringat dengan sebuah kata yaitu Persona. Persona adalah sisi kepribadian yang dominan pada saat tertentu. Persona terdiri atas beberapa sifat dan kebiasaan yang  menjadi satu identitas yang mewakili tindakan atas diri.

Manusia pada umumnya memiliki satu persona yang berubah seiring waktu. Persona ini bergerak dan berganti peran dan dominasi seiring waktu. Persona ini mewakili sifat dasar yang dominan. Sekarang bisa marah tetapi suatu waktu dalam perenungan dan pemikiran pribadi bisa menjadi sangat baik dan lembut.

Inilah yang terjadi dalam hubungan antara Fergie dan Wenger. Keduanya bisa terlibat dalam konflik yang begitu keras tetapi suatu waktu sadar dalam personanya bahwa ada saat untuk berhenti, saatnya untuk berdamai dan saling memberikan hubungan.

"Kami semua (Wenger dan Fergie)  menyadari betul bahwa kami berada di perahu yang sama. Saya bisa mengerti setiap manajer memiliki masalah mereka sendiri dan harus menghadapi situasi sehari-hari mereka sendiri," ujar Wnger yang sekarang sudah berusia 68 tahun.

Dukungan di saat sekarang dari sejarah rivalitas masa lalu ini, membuat kita dapat mengerti bahwa setiap orang dapat berubah. Sebagai manusia, kepribadian yang unik itu membuat konflik rentan terjadi.

Tetapi jika mampu lebih jauh kepada perenungan tentang arti hadir manusia itu sendiri, maka manusia bisa saling bergandengan tangan untuk saling memberi dukungan. Itulah yang sekarang terjadi di dua insan yang akan selalu dihormati dalam sejarah Liga Inggris. Wenger dan Fergie.

Referensi : 1 - 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun