Kemegahan Stadion Wembley membuat Tottenham Hostspur terlihat percaya diri menjamu juara Italia, Juventus di sana. Hasilnya terlihat jelas, Juventus dibuat menderita dengan begitu banyaknya peluang yang bergantian dihasilkan oleh Harry Kane, Son Heung-Min dan Delle Alli. Bola yang dialirkan oleh Christian Eriksen mengalir dengan begitu sempurna yang membuat pertahanan Juventus kalang kabut terutama di sisi kanan yang dijaga oleh Andrea Barzagli.
Dalam keadaan seperti itu, gol sepertinya hanya tinggal menunggu waktu bagi Spurs, dan waktu itupun datang. Di awali sapuan bola dari Chiellini dari sergapan Delle Alli, bola kembali hinggap di kaki Son, sayap Spurs bernomer punggung tujuh ini mampu menjaringkan bola di gawang Juventus. Menit ke-39, Spurs unggul 1-0. Agregat menjadi 3-2 bagi Spurs, setelah sebelumnya imbang 2-2 di Turin. Berat bagi Juventus, dan Spurs semakin percaya diri.
Selama 10 sampai 15 menit awal di babak kedua pun, keadaan hampir serupa. Juventus masih kesulitan mengalirkan bola hingga lini belakang Spurs, Spurs tetap mendominasi. Tetapi saat yang tidak diduga pun tiba, Juventus yang hampir tidak mendapat peluang itu mampu mencetak gol ke gawang Hugo Lloris. Berawal dari crossing Liechsteiner, Khedira membuat assist dari sundulan dan diselesaikan Higuain dengan dingin. Skor menjadi 1-1 di menit ke-64.
Titik yang paling diingat dari semangat ini adalah ketika Gianluigi Buffon dan Chiellini berteriak, membenturkan kepala, simbol untuk memompa kembali semangat rekan-rekan setim di tengah gelombang serangan Spurs. Â Juventini pasti tahu, gesture itu, adalah gesture khas Juventus, simbol kebanggaan Italia.
Pergantian pemain demi taktik  dilakukan oleh kedua pelatih. Allegri memasukan Sturaro menggantikan Higuain di menit ke-80 dan Llorente dimasukan Pocchetino untuk menambah daya dobrak, minimal mampu menyambut crossing dari setiap sisi.
Tempat duduk Wembley yang berwarna orange itu sudah kosong, hanya tertinggal beberapa orang dengan simbol hitam putih, hijau dan kuning. Wajah sumringah muncul dari wajah mereka ketika mereka juga mulai beranjak keluar. Mereka Juventini.
Keunggulan Pengalaman Juventus
Ruud Gullit yang pagi tadi menjadi komentator Bein sport berulang kali menyebutkan kata experience, sesudah Juventus unggul. Sebuah kata yang selama babak pertama, jarang diucapkannya, Gullit ditemani Stefand Freund, mantan pemain Spurs, yang berulang kali menyatakan keyakinannya bahwa Spurs akan lolos. Kata itu berarti pengalaman. Juventus dianggap lebih berpengalaman dari Spurs. Fakta bahwa Spurs unggul ball possesions, unggul shots on target, namun akhirnya Spurs harus mengakui bahwa pengalaman sangat menentukan di babak knock out ini.
Pengalaman yang membuat Juventus tetap terlihat tenang saat seharusnya panik. Pengalaman yang membuat kecepatan Delli Alli, Son Heung-Min dan finishing mematikan dari Harry Kane terlihat seperti tak ada arti di babak kedua. Pengalaman yang membuat Juventini terus berteriak dan bernyanyi mendukung timnya dalam kondisi ketinggalan.
Pengalaman yang bisa membuat pemain tetap yakin dan percaya bahwa mereka akan tetap bisa lolos ketika kemungkinan itu semakin menyempit setiap menit berjalan. "Berhadapan dengan pemain fantastis seperti Delle Alli dan Harry Kane, tetap percaya bahwa kami bisa adalah pilihan terbaik" ujar Giorgio Chiellini seusai pertandingan.
Seusai pertandingan Mauricio Pocchetino menyatakan tetap bangga dengan penampilan timnya. Dia juga tidak menyangkali bahwa pengalaman Juventus berbicara banyak disini ketika peluang-peluang emas Spurs terbuang percuma di babak pertama, dan harus membayar mahal di babak kedua. "Kami akan terus belajar dan belajar terus. Dortmund, Madrid dan Juventus mengajarkan kami banyak hal " ujar Pocchetino pada Bein Sport. Spurs memang masih butuh pengalaman lagi, dan itu akan membuat mereka akan semakin hebat di masa depan.
Kekalahan ini juga menghentikan laju tanpa kalah Spurs dalam 18 pertandingan tanpa terkalahkan, kali ini dihentikan oleh Juventus.
Itulah sepak bola. Pelajaran baru setiap hari muncul dari olah raga paling menarik di jagat raya ini.  Kemenangan tidak selamanya diraih oleh tim yang mendominasi selama 90 menit, tim yang menciptakan peluang lebih banyak  tetapi tim yang tetap berjuang dan percaya bahwa saatnya akan tiba, untuk membalikan keadaan. Itukah arti "pengalaman" disini?. Bisa jadi.
Melajunya Juventus melengkapi 4 tim yang sudah lolos dari periode pertama selesainya leg kedua babak 16 besar Liga Champions. Liverpool, Real Madrid, Juventus dan Manchester City sudah menunggu kontestan lain yang baru akan bertanding di periode dua babak ini, pada 13 dan 14 Maret nanti. Â
Agregat gol 5-2, memang membuat City tetap lolos, tetapi hal ini bisa jadi warning, bagi Guardiola, bahwa penampilan tiki taka yang menarik dan produktivitas gol yang tinggi akan tidak ada harganya jika timnya harus kalah karena sering kehilangan konsentrasi di lini belakang mereka. Guardiola, berulang kali menggeleng-gelengkan kepala di pertandingan ini. Masih perlu ada koreksi juga di tim yang superior di Liga Inggris ini, sekaligus mengingatkan penikmat sepak bola, bahwa di lapangan hijau tidak ada yang tak mungkin terjadi.
Saatnya beristirahat sebentar dari hiruk pikuk liga Champions, ada tangis ada bahagia di sana namun itulah sepak bola. Sekali lagi selamat Juventus, dan terima kasih untuk penampilan hebat Spurs. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI