Jika ada hal lain yang menggantikan itu, maka saya menjadi pihak yang paling menyesalinya dan hal itu saya anggap telah sakit, meskipun mungkin belum sekarat.
Seremonial mungkin bisa menjadi salah satunya. Tayangan video amatir ketika Gubernur Jakarta, Anies Baswedan yang diminta untuk tidak turun ke lapangan untuk penyerahan piala oleh Paspampres bisa saja menjadi salah satunya.
Netizen bereaksi beragam, mulai dari melihat hal itu sebagai hal yang wajar karena ada aturan protokoler yang harus ditaati ataupun melihat ini sebagai tindakan politik untuk menghalang-halangi Anies untuk mendapat ruang lebih untuk memperkuat citranya. Gila!
Kata-kata poor Anies, Congratz Anies Sandy bertebaran kemana-mana. Pengamat politik amatir bahkan menyebut bahwa tindakan ini akan menjadi blunder bagi Jokowi untuk pilpres 2019 nanti. What??.
Siapa yang paling tersakiti dengan kejadian ini? Anies?. Saya rasa bukan, yang paling tersakiti adalah sepak bola itu sendiri.
Kejadian ini sekejap membuat pecinta bola sendiripun langsung lupa akan perjuangan para pemain di lapangan. Berita ini bahkan  menggantikan berita tentang cerdasnya Teco memainkan strategi di Persija dan perlunya perbaikan signifkan dari Bali United yang diperkuat oleh pilar timnas seperti Lilipaly dan Spasojevic. Seremonial unggul atas sepak bola itu sendiri.
Saya sadar bahwa tak dapat dipungkiri panggung seremoni sepak bola dari tunamen kelas tarkam sampai dunia mempunyai kemiripan. Para pejabat ingin mengambil panggung tersebut. Â Waktu pertandingan 90 menit terkadang kalah dari waktu ketua RT/RT, Lurah, Camat dan Bupati untuk memberikan sambutan.
Ketua RT yang sering memarahi anak-anak bermain bola karena dianggap terlalu ribut dan buang-buang waktu, bahkan dengan bangganya mengatakan bahwa dialah aktor di balik penyelenggaraan dan keberhasilan turnamen.
Salaman dengan para pemain sebelum dan sesudah pertandingan yang intinya untuk mendukung serta meminta mereka untuk memberikan terbaik di lapangan, terkadang diisi dengan obrolan-obrolan yang tak perlu. Kapten harus menemani sang pejabat, lalu memperkenalkan siapa-siapa nama pemain, asal kampung dan lain sebagainya. Untungnya, nama istri dan jumlah anak tidak ditanyakan sang pejabat. Basa basi yang menyita waktu.
Lalu apakah seremoni itu adalah hal yang tidak penting?. Sastrawan Inggris, William Shakespeare mencoba menjawabnya untuk kita. "The sauce to meat is ceremony; Meeting were bare without it." arti singkatnya Seremoni ibaratnya seperti saus tomat dan sejenisnya.
Jika hanyalah saus mengapa harus diributkan bahkan menggantikan kehangatan keluarga yang harganya lebih mahal dari adanya sebotol saus di atas meja makan?. Meributkan tentang adanya saus jelas melukai kehangatan itu sendiri. Siapa yang dapat melakukannya, mereka bukan keluarga , mereka bukan penikmat sepak bola.