Teco sadar benar peran Simic yang teramat penting. Sesudah mencetak hattrick, Teco menarik Simic keluar. Teco sadar bahwa Simic harus dipersiapkan juga secara fisik untuk leg kedua yang pasti akan lebih sulit bagi Persija.
Bagaimana cara menghentikan Simic?. Beradu fisik dengan Simic mungkin adalah sebuah keniscayaan, kecuali bek PSMS asal Brasil, Lobo konsisten melakukan itu di leg kedua. Selebihnya, saya pikir berusaha mengganggunya dalam sisi non teknis, seperti membuat Simic emosi, bisa jadi salah satu strategi.
Striker semodel Simic, selalu mudah terprovokasi, bisa dibandingkan dengan Luis Suarez atau Diego Costa. Siapa yang mampu melakukannya? Seharusnya Lobo. Terlihat beberapa kali Lobo berusaha memprovokasi Simic, sayang selain tidak dilakukan sejak babak pertama, Lobo malahan yang lebih gampang terprovokasi.
Cara kedua, meskipun sedikit lebih sulit, namun menghentikan aliran bola untuk Simic adalah salah satu cara terbaik. Hampir 80 persen bola untuk Simic dimulai dari pergerakan sayap aktif dari Riko maupun Novri Setiawan. Jika kedua sayap ini dimatikan di leg kedua, PSMS dapat berharap banyak. Namun jika tidak berhasil, dentuman Super Simic rasanya akan menggelegar lagi di kandang PSMS.
Hari senin nanti, giliran PSMS yang akan menjadi tuan rumah. Penikmat sepak bola berharap Coach Jajang akan menemukan ramuan terbaik bagi PSMS. Minimal membuat adrenalin penonton  meningkat dengan mencetak gol lebih dahulu. Selebih itu, marjin 3 gol terlalu berat bagi PSMS. Keajaiban?. Bisa saja terjadi. Arema pernah melakukan itu ketika berhadapan dengan Semen Padang di semifinal Piala Presiden 2017. Saat itu tertinggal 2 gol, Arema berbalik menghantam Semen Padang agregat skor 5-3.Â
 Apakah kali ini giliran PSMS yang melakukan keajaiban? Tak ada yang tahu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI