Babak kedua PSMS mulai mencoba untuk merubah gaya bermain. Jarak antara lini depan, lini tengah dan belakang direduksi dengan pressing ketat terhadap para pemain Persija, terutama Simic dan Ramdani. Hasilnya, ruang bagi Marko Simic menjadi lebih sempit. Duet bek tengah PSMS, M. Robi dan Lobo terlihat lebih berani beradu fisik dengan Simic.
Awalnya berhasil, namun strategi pressing ini membutuhkan lini tengah yang secara fisik dan skill mampu memperagakannya secara konsisten. Harus diakui untuk hal ini lini, tengah PSMS tidak memiliki kemampuan untuk itu. Sedangkan, lini tengah Persija terlihat mumpuni.
Ramdani Lestaluhu dibiarkan ruang gerak yang bebas oleh Teco, baik itu bertukar peran dengan Riko Simanjuntak maupun dengan Novri Setiawan. Lalu bagaimana ketika ada ruang yang kosong yang ditinggal mereka ketika tim sedang asyik menyerang?. Rohit Chand dan Sandi Suthe selalu ada di sisi dimana PSMS mengintip untuk menyerang balik.  Kedua pemain ini seperti tak pernah habis tenaganya, hal ini membuat lini tengah Persija telrihat  seimbang sempurna di pertandingan ini.
Hal ini berbeda jauh dengan lini tengah PSMS. Peran dari Suhandi hampir tidak terlihat di lapangan. Sedangkan Alwi dan Legimin Rahardjo meskipun mempunyai daya juang, namun harus diakui pengalaman Alwi dan kekuatan fisik Legimin masih kalah dari para pemain Persija.
Legimin Rahardjo mungkin mampu berduel dengan pemain lawan , namun untuk mengejar dan memotong bola-bola cepat, Legimin terlihat kerepotan . Akibatnya, Frits Batuan yang seharusnya fokus di depan harus turun lebih jauh dari posisinya untuk membantu pertahanan atau menjemput bola. Serangan balik yang seharusnya cepat dari PSMS, menjadi lebih lamban.
Di leg kedua, Coach Jajang harus berpikir untuk menambah gelandang lebih muda dan pekerja di lini tengah jika ingin mengimbangi lini tengah Persija. Dan apabila harus, Â pelatih juga jangan sungkan untuk mengganti skipperLegimin, jika dianggap sudah lelah atau tidak efektif lagi di lapangan.
Harus diakui bahwa Teco lebih cerdas dan berani melakukan pergantian pemain dengan mengeluarkan Rohit Chand dan mengganti dengan pemain yang lebih muda dan bertenaga. Hasilnya, 1 gol tambahan dihasilkan Persija di babak kedua.
3. Marko Simic yang memang Super
Pembeda lain dari pertandingan ini adalah "Super Simic". Marko Simic menjadi fenomena di turnamen ini. Simic menambah keran golnya menjadi 8 gol sekaligus menjadi top skor sementara turnamen ini. Rasanya Simic akan sulit dikejar untuk meraih gelar top scorer.
Fenomena Simic bukan saja berbicara tentang ketajamannya, tetapi harus diakui dari kecerdasannya. Sebagai seorang target man, Simic bukanlah striker yang malas. Simic sering membuka ruang, menjemput bola bahkan membantu pertahanan ketika timnya diserang.
Gaya bermain ini semakin komplit, karena Simic mampu mencetak gol hampir dalam segala skema. Sebagai pegambil tendangan bebas, menyundul dalam skema bola mati, tendangan luar kotak atau predator di kotak penalti, Simic mampu melakukan semuanya. Malah saya berpikir, entah dianggap tidak nasionalis, tetapi jika Simic bisa dinaturalisasi, naturalisasi saja sekarang.Â