Bukan itu saja, Busby berhasil mengorbitkan anak-anak muda yang dalam "kabinet" lain tidak mungkin dipercaya. Anak-anak muda ini akhirnya disebut dengan The Busby Babes (bocah-bocah Busby). Â Sangat muda, usia rata-rata 22 tahun dengan kapten Duncan Edwards yang baru berusia 18 tahun. Mereka berani dan mendominasi sepak bola Inggris.
Pada tanggal 6 Februari 1958, MU di bawah kendali Busby sempat goncang. Delapan anggota Busby Babes meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat di Muenchen, Jerman setelah menyelesaikan babak perempat final Piala Champions di Beograd. Tragedi yang dikenal dengan "Tragedi Munchen 1958". Namun di dalam segala tekanan, Busby berusaha untuk terus maju, meski kehilangan orang-orang terbaiknya. Di situlah jiwa kepemimpinan Busby semakin kelihatan.
Busby berhasil terus memotivasi "pasukannya" untuk bangkit. Busby Babes generasi dua dengan trio andalan George Best, Dennis Law, dan Bobby Charlton kembali membawa MU menuju kejayaan. Man United di bawah Busby menjadi klub Inggris pertama yang memenangkan Piala Champions tahun 1968 di Wembley dengan mengalahkan Benfica, 4-1. Setahun sesudah itu, Busby memilih pensiun sebagai pelatih, meski dibujuk kembali untuk melatih pada 1970-1971.
Busby adalah teladan. Di kala goncang dia tetap menjaga MU agar dapat bertahan dan fokus pada hari depan. Bekerja dan bekerja.Â
"Menang bukanlah segalanya, seharusnya tidak ada kesombongan dalam kemenangan dan tidak ada keputusasaan dalam kekalahan." ujar Busby tentang bagaimana dia men"doktrin" anak asuhnya.
 Sir Matt Busby akhirnya meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Cheadle, Stockport, Inggris, pada tanggal 22 Januari 1994 setelah bertarung melawan penyakit kanker.
Presiden mengambil tempat duduk dan memesan segelas es jeruk. Tidak berapa lama kemudian, ia memesan semangkuk mi rebus. Sembari berbincang-bincang dengan beberapa wartawan Istana Kepresidenan, Jokowi melahap semangkuk mi dengan kuah yang mengepul.
Orang nomor satu ini kembali menunjukan kesederhanaanya. Setelah lelah menghadiri sejumlah acara dan meninjau proyek infrastruktur di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Jokowi ingin menghabiskan waktu dengan para pembantu-pembantunya. Ada Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Staf Khusus Presiden Johan Budi, dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar juga berada satu meja.
Tidak terasa, Presiden Indonesia itu menyantap habis semangkuk mi rebus itu. "Ini enak ini, tetapi puedes buanget," ujar Jokowi sambil tersenyum. Khas.
Saya lantas teringat salah satu filosofi mie rebus dari sebuah tulisan. Dimulai dengan sebuah pertanyaan, "Mengapa membeli mie di warung selalu enak?". Ini jawabannya; Kita selalu butuh orang lain, walau mungkin orang itu tidak bisa menyelesaikan masalah yang kita miliki.