Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sejarah, Zaadit, dan Lelucon Kartu Kuning di Sepak Bola

5 Februari 2018   10:29 Diperbarui: 5 Februari 2018   13:36 1963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu Kuning Kedua Graham Poll pada Simunic sebelum kartu ketiga I Gambar : dailymail

"Saya tidak mengerti apa yang dia maksudkan," ucap kapten Argentina, Antonio Rattin di tengah pertandingan perempat final antar Inggris melawan Argentina di Piala Dunia 1966. Dia yang dimaksudkan oleh Rattin adalah wasit Jerman, Rudolf Kreitlein.

Kreitlein meminta Rattin agar segera keluar lapangan sesudah melakukan pelanggaran keras. Sayangnya, Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Kreitlein yang hanya bisa berbahasa Jerman dan Inggris kesulitan menjelaskan keputusannya kepada Rattin. Rattin tak segera meninggalkan lapangan.

Wasit kedua, Ken Ashton kemudian masuk ke lapangan. Ashton yang mampu berbahasa Spanyol membujuk Rattin untuk meninggalkan lapangan. Ratin akhirnya mau keluar lapangan.

Sesudah kejadian membingungkan dan menggelikan itu, Ashton berpikir keras untuk bagaimana caranya agar komunikasi antara wasit dan pemain dapat berjalan lancar. Apalagi ketika sang pemain melakukan pelanggaran. Ide yang diinspirasi oleh warna lampu lintas mampu dicetuskan Ashton.

Wasit diminta untuk dibekali kartu kuning dan kartu merah, sebagai simbol dari peringatan keras atau sanksi ringan kepada pemain yang melakukan pelanggaran dan sanksi berat hingga pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari lapangan. FIFA menyambut ide Ashton, hingga diaplikasikan di Piala Dunia 1970.

Di negara asal Ashton yakni Inggris, penggunaan kartu kuning sempat dihentikan pada 1981 dan 1987. Alasannya juga menggelikan, wasit terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain.

Sejarah lahirnya kartu kuning yang menggelikan ini sontak muncul ketika saya membaca berita dilayangkannya kartu kuning bahkan dengan peluit oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa kepada Presiden Jokowi saat memberikan pidato di acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia, Depok, pada Jumat (02/02).

"Ini adalah sebuah simbol bahwa kami memberikan peringatan kepada Pak Jokowi bahwa masih banyak pekerjaan-pekerjaan, masih banyak PR yang belum selesai, dan peringatan ini kami fokuskan, kami khususkan pada tiga isu yang menjadi tuntutan kami," kata Zaadit.

Ketiga isu yang dimaksud Zaadit adalah masalah tersebut adalah isu gizi buruk di Asmat, isu penghidupan kembali dwifungsi Polri/TNI, dan penerapan peraturan baru organisasi mahasiswa.

Respon warganet beragam ada yang menyebut Zaadit kurang sopan, ada juga yang menyebut tindakan Zaadit sebagai sebuah lelucon dan ada juga menyebutnya sebagai sebuah tindakan kreatif. Bahkan dalam bahasa mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, itu sebuah kegalauan."Itu anak muda mahasiswa sedang mengekspresikan kegalauannya. Itu biasa saja," ujar Anis.

Jika melihat dari kaca mata sepak bola, FIFA telah mengatur 7 (tujuh) alasan dari pemberian kartu kuning. Mulai dari perilaku tidak sportif, kata-kata dan tindakan yang menyalahi, pelanggaran terus menerus dari aturan yang ditetapkan, menunda pertandingan dengan memperlambat, tidak menghormati jarak pemain dari titik tendangan sudut atau tendangan bebas dan terakhir dan memasuki lapangan atau sengaja meninggalkan lapangan tanpa izin wasit.

Alasannya jelas tapi dalam penerapannya sungguh tidak mudah dilakukan dan diterima. Baik untuk sang pemberi (wasit) atau sang penerima kartu kuning (Pemain). Bahkan lahir lelucon segar di seputaran pemberian kartu kuning tersebut.

Misalnya Lelucon yang dibuat oleh wasit asal Inggris, Graham Poll ketika memimpin pertandingan Piala Dunia 2006 antara Kroasia melawan Australia. Pemain Kroasia, Josep Simunic harus menerima kartu kuning hingga tiga kali baru diusir keluar lapangan. Simunic bingung, turnamen heboh dan Graham Poll yang linlung pada tahun yang sama akhirnya memilih untuk pensiun.

Kisah kartu kuning yang lupa dibawa ketika akan diberikan oleh wasit juga mengundang kekonyolan di lapangan. Pada Piala FA tahun 2011 dalam pertandingan Everton melawan Birmingham City, wasit Peter Walton ingin menghadiahi kartu kepada pemain Birmingham Jordon Mutch. Tetapi setelah dicari-cari, kartu kuningnya raib entah ke mana.

Walton, Virtual Yellow Card I Gambar : daily mail
Walton, Virtual Yellow Card I Gambar : daily mail
Walton tak hilang akal, meski terkesan terpaksa. Walton tetap memilih mengangkat tangannya seperti sedang menghadiahi kartu. "Yellow card," kata Walton pada Mutch. Tetapi di mana kartu? Tanpa kartu. Kejadian itu dikenal sebagai hukuman Virtual Yellow Card.

Kembali ke tindakan Zaadit, soalan nada protes juga menyinggung soal kepantasan Zaadit memberikan kartu kuning. Pantaskah Zaadit memberikan kartu kuning kepada Presiden, ketika seharusnya sang Presiden yang harus memberikan nasihat, dorongan dan motivasi yang mendorong sang mahasiswa? Pantaskah pemain memberikan kartu kuning kepada wasit? Ah, jika itu terjadi itu adalah sebuah kegilaan, namun jangan heran, kegilaan itu pernah terjadi di sepak bola.

Dalam sebuah pertandingan Liga Premier musim 2003, Alan Shearer yang saat itu berseragam Newcastle United pernah memberikan kartu kuning kepada wasit Matt Messias. Matt tidak sengaja menabrak pemain Birmingham, Robbie Savage sehingga tergeletak cukup lama di lapangan. Pertandingan dihentikan, dan sang wasit nampak bingung. Shearer mengambil kartu kuning dari kantung celana Matt lalu berlagak seakan menghukum sang wasit. Lalu Keduanya tersenyum. Kocak.

"Tindakan seorang mahasiswa UI (Zaadit) yang demonstrasi sangat tidak menghormati bapak Presiden RI yang hadir memberikan penghormatan kepada keluarga besar UI," kata Mendagri Tjahjo Kumolo, berkomentar tentang tindakan Zaadit. "Kalau mau unjuk rasa menyampaikan aspirasi sah saja. Tapi harusnya di luar tempat acara resmi. Tidak di tempat acara yang terhormat bagi civitas akademika UI dan menghormati kehadiran tamu," tambah Tjahjo.

Zaadit menunjukan ketidakpantasan? Lupakan sajalah karena respon Jokowi meneduhkan. "Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan kirim semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya," kata Presiden Joko Widodo santai nan jenaka.

Ah, sejarahnya kan sudah kocak, artinya jika ingin memprotes sesuatu di luar sepak bola janganlah coba memakai kartu kuning, cukup saja kekonyolan itu tampak di lapangan sepak bola. 

Referensi :

1 -2 -3- 4-5 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun