Alasannya jelas tapi dalam penerapannya sungguh tidak mudah dilakukan dan diterima. Baik untuk sang pemberi (wasit) atau sang penerima kartu kuning (Pemain). Bahkan lahir lelucon segar di seputaran pemberian kartu kuning tersebut.
Misalnya Lelucon yang dibuat oleh wasit asal Inggris, Graham Poll ketika memimpin pertandingan Piala Dunia 2006 antara Kroasia melawan Australia. Pemain Kroasia, Josep Simunic harus menerima kartu kuning hingga tiga kali baru diusir keluar lapangan. Simunic bingung, turnamen heboh dan Graham Poll yang linlung pada tahun yang sama akhirnya memilih untuk pensiun.
Kisah kartu kuning yang lupa dibawa ketika akan diberikan oleh wasit juga mengundang kekonyolan di lapangan. Pada Piala FA tahun 2011 dalam pertandingan Everton melawan Birmingham City, wasit Peter Walton ingin menghadiahi kartu kepada pemain Birmingham Jordon Mutch. Tetapi setelah dicari-cari, kartu kuningnya raib entah ke mana.
Kembali ke tindakan Zaadit, soalan nada protes juga menyinggung soal kepantasan Zaadit memberikan kartu kuning. Pantaskah Zaadit memberikan kartu kuning kepada Presiden, ketika seharusnya sang Presiden yang harus memberikan nasihat, dorongan dan motivasi yang mendorong sang mahasiswa? Pantaskah pemain memberikan kartu kuning kepada wasit? Ah, jika itu terjadi itu adalah sebuah kegilaan, namun jangan heran, kegilaan itu pernah terjadi di sepak bola.
Dalam sebuah pertandingan Liga Premier musim 2003, Alan Shearer yang saat itu berseragam Newcastle United pernah memberikan kartu kuning kepada wasit Matt Messias. Matt tidak sengaja menabrak pemain Birmingham, Robbie Savage sehingga tergeletak cukup lama di lapangan. Pertandingan dihentikan, dan sang wasit nampak bingung. Shearer mengambil kartu kuning dari kantung celana Matt lalu berlagak seakan menghukum sang wasit. Lalu Keduanya tersenyum. Kocak.
"Tindakan seorang mahasiswa UI (Zaadit) yang demonstrasi sangat tidak menghormati bapak Presiden RI yang hadir memberikan penghormatan kepada keluarga besar UI," kata Mendagri Tjahjo Kumolo, berkomentar tentang tindakan Zaadit. "Kalau mau unjuk rasa menyampaikan aspirasi sah saja. Tapi harusnya di luar tempat acara resmi. Tidak di tempat acara yang terhormat bagi civitas akademika UI dan menghormati kehadiran tamu," tambah Tjahjo.
Zaadit menunjukan ketidakpantasan? Lupakan sajalah karena respon Jokowi meneduhkan. "Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan kirim semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya," kata Presiden Joko Widodo santai nan jenaka.
Ah, sejarahnya kan sudah kocak, artinya jika ingin memprotes sesuatu di luar sepak bola janganlah coba memakai kartu kuning, cukup saja kekonyolan itu tampak di lapangan sepak bola.Â
Referensi :