Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Kontrak Baru Jose Mourinho

28 Januari 2018   13:29 Diperbarui: 30 Januari 2018   09:52 2249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jose Mourinho, Kontrak Baru di MU I Gambar : Talksport

Pembaruan kontrak Jose Mourinho oleh Manchester United (MU) hingga 2019-2020 menyisakan sejuta tanya meskipun  Mourinho sendiri mengatakan pembaruan kontrak itu adalah hal yang wajar. "Ini adalah kontrak spesial untuk saya karena saya sudah terbiasa menandatangani kontrak baru dengan klub setelah terlebih dahulu meraih prestasi besar," ujar Mourinho, khas arogansi The Special One.

Prestasi besar apa yang dimaksud oleh Mourinho? Gelar Europa League yang mudah dilupakan? Ada yang lain? Hampir tidak ada. Bahkan inkonsistensi di Liga Premier Inggris (EPL) sehingga MU kalah bersaing dengan klub sekota, Manchester City sering dianggap akan abadi jikalau MU masih bersama Mourinho. Mourinho tidak lebih cerdas daripada Pep Guardiola. Mou selalu kalah.

Lalu mengapa Chief Eksekutif MU, Ed Woodward percaya diri terus mempertahankan Mourinho dengan memperbaharui kontraknya?

Ada beberapa alasan yang dapat dimunculkan di permukaan. Pertama, MU terlanjur khawatir Mourinho akan pindah ke PSG, jikalau kontraknya tidak diperpanjang. Meskipun sekarang, MU di bawah Mourinho belum bisa bersaing dengan City, namun Mourinho tetaplah pilihan terbaik dari yang terburuk.

Calon-calon pengganti Mourinho, selain dianggap belum siap melatih klub dengan sejarah besar seperti MU juga belum menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Misalnya, Jurgen Klopp, pelatih Liverpool. Klopp yang sebelumnya terus digoda Woodward, sekarang masih belum menemukan formula terbaik bagi Liverpool yang juga tampil tidak konsisten. Terlalu riskan meminang Klopp yang masih tanpa prestasi.

Pilihan yang masih mungkin adalah merekrut Mauricio Pocchetino, pelatih Tottenham Hotspurs dan juga Massimiliano Allegri, pelatih Juventus. Namun, Pocchetino santer lebih senang menyeberang ke Real Madrid jika harus berpindah klub. Sedangkan Allegri, kelihatannya masih mempunyai mimpi panjang dengan Juventus.

Memperlakukan Mou dengan tak ramah di tengah ketiadaan pilihan ini dipercaya akan serta merta mengundang PSG untuk sekejap membujuk Mou ke Paris. Apalagi, selain masih kurang puas dengan Unay Emery, PSG dikenal sebagai surganya uang, bagi pelatih berkualitas dan mata duitan seperti Mou, maka rayuan PSG, dapat diibaratkan rayuan maut yang akan sulit ditolak.

Sisi lain yang dapat dilihat yaitu kepergian Mourinho keluar dari tanah Inggris tak dipungkiri  akan sangat merugikan EPL dari sisi komersialisasi. Bagaimana tidak, rivalitas Mou di MU dan Pep di City, sangat mudah dijual media bukan saja melalui adu taktik di lapangan tetapi juga perang urat syaraf antara keduanya. Jualan menarik yang tentu sangat dirindukan La Liga yang kehilangan aroma persaingan ini dan sekarang dituai EPL.

Kedua, Mou adalah magnet yang mampu menghadirkan pemain bintang plus uang bagi klub. Sudah bertahun-tahun fans Red Devils sangat membenci keluarga Glazer yang mengakuisisi MU sejak tahun 2005. Meski Malcom Glazer mampu menghadirkan berbagai gelar bagi MU sebelum tutup usia pada tahun 2014, namun pola pikir Glazer adalah sisi gelap yang tak disukai oleh penggemar MU.

Glazer dipercaya membeli MU hanya untuk menutup utang-utangnya. Glazer bukan seperti Abramovich yang mencintai dan juga memuja sepak bola. Bagi Glazer, keuntungan klub berupa pundi-pundi uang yang semakin banyak lebih penting daripada prestasi, tak lebih tak kurang.

Sepeninggal Glazer yang sempat  ditangisi fans dengan spanduk "See you in Hell", kendali Ed Woodward semakin kuat. Sayangnya bagi fans, Woodward adalah titisan terbaik Glazers jika tidak mau dikatakan cara berpikirnya serupa dengan Glazers. Bagi Woodward, MU secara finansial harus selalu untung meski tanpa prestasi, dan salah satu rumus mendatangkan keuntungan adalah keberhasilan mendatangkan  pemain bintang ke dalam skuad.  Pemain bintang akan mendongkrak pemasukan klub secara signifikan bukan saja dari tiket penonton yang diyakini akan naik, tetapi juga penjualan berbagai merchandise, seperti kaos pemain.

Mourinho menjadi magnet yang sangat kuat untuk merealisasikan hal ini. David Moyes dan Van Gaal dinilai gagal untuk melakukan hal ini sehingga lekas didepak, selain tentunya alasan prestasi MU yang tak karu-karuan di tangan mereka.

Cerita bergabungnya Alexis Sanchez ke MU adalah cerita terakhir salah satu keberhasilan magnet Mourinho setelah sebelumnya mendatangkan Paul Pogba dari Juventus dan Romelu Lukaku dari Everton.

Old Trafford sebagai Theater of Dreams mungkin sudah jarang terisi trofi bergengsi, namun tetap menjadi tempat impian bagi pemain-pemain bintang untuk mau datang ke sana kala Mourinho masih ada disana.

Jika hal ini kembali dipertemukan dengan rivalitas Mou dan Pep Guardiola, maka harus jujur Guardiola sendir harus mengaku kalah dari Mou.

Dalam kasus Sanchez , faktanya Guardiola yang lebih dahulu menginginkan Sanchez dibanding Mourinho namun magnet Mou melalui pendekatannya lebih mujarab daripada pendekatan Guardiola.

Apa rahasia Mourinho? Dalam sebuah artikelnya, kontributor The Guardian, Jonathan Wilson, sedikit menjelaskan kekuatan Mourinho ini. Saat belajar di Instituto Superior de Educao Fsica di Lisbon, Portugal, Mourinho menaruh perhatian penuh terhadap teori sang dosen, Professor  Manuel Sergio. Sergio mengajarkan kepada Mou bahwa pengetahuan sepak bola tidak cukup bagi seorang pelatih, seorang pelatih harus juga mampu menjadi seorang psikolog.

Secara khusus Sergio memberi kuliah tentang emosi dan bagaimana emosi itu bisa dimanipulasi. Mourinho mengamati dan belajar rahasia ini secara cepat. "Dengan rasa ingin tahu yang besar,  dia melihat dan mengamati seperti kucing yang hendak menangkap burung, bagaimana nantinya teori ini dapat diaplikasikan" ujar sang Profesor mengenai Mourinho yang dianggapnya cerdas.

Hasilnya terlihat sekarang, dalam kasus saga transfer Alexis Sanchez. Keputusan Sanchez yang lebih dipengaruhi oleh faktor emosional karena hubungan yang buruk dengan klub dan Arsene Wenger, berhasil dimanipulasi oleh Mourinho sedemikian rupa, sehingga Sanchez yang sebelumnya beralasan ingin meraih trofi EPL, lebih memilih MU  daripada Citynya Pep Guardioal. Padahal di atas kertas MU akan sulit mengejar City di puncak klasemen yang berarti gelar EPL bagi City, bukan MU.

Mourinho tak akan lama di MU?

Namun hal lain yang perlu dicermati adalah kebahagiaan pembaruan kontrak ini jangan terlalu direspon berlebih oleh penggemar MU dengan ekspetasi tinggi bahwa masa jaya Alex Ferguson akan berulang di tangan Mourinho. 

Mourinho bukan sir Alex dan sebaliknya. Salah satu yang membedakan adalah Mourinho tidak terbiasa untuk bertahan lama di satu klub.

Mourinho boleh bersombong diri bahwa pembaruan kontrak ini karena keberhasilan dia membawa MU berprestasi, tetapi dia harus ingat bahwa EPL pernah kejam pada dirinya ketika dia ditendang oleh Chelsea saat hanya membuat Chelsea meraih 15 angka dalam 16 kali penampilan pada tahun 2015.

Sehebat-hebatnya Mourinho, Mou tidak mempunyai kharisma seperti Wenger yang terus dipertahankan untuk  melatih Arsenal meski prestasi Arsenal di tangannya meredup. 

Arogansi Mourinho dengan janji-janji gelar plus pujian bagi dirinya sendiri membuat klub pengontrak akan berharap banyak pada dirinya. Ketika gagal, Mourinho akan dianggap membohongi klub dan dipaksa pergi.

Woodward dan pihak klub sebenarnya sedang berbahagia karena kedatangan Sanchez karena "bantuan" Mourinho, tetapi mungkin saja mereka juga sedang melihat saat yang tepat  Mourinho didepak. Ujiannya bisa saja dilihat dari performa MU di Liga Champions, jika gagal, bisa saja peruntungan Mourinho akan berubah di titik tersebut.

Namun, jika Mourinho masih mampu mendatangkan pemain bintang, semisal Ronaldo di musim depan, bisa saja Mourinho bisa lebih lama. Selebihnya, Mourinho tetaplah Mourinho, The Special One. Mau berhasil atau gagal. Minimal menurut dirinya sendiri.

Referensi :

1 -2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun