Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Carlo Ancelotti dan Batas "Mia san Freude"

29 September 2017   07:07 Diperbarui: 29 September 2017   09:26 3730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini bukan Bayern" kata Karl Heinz Rummenigge sesudah pertandingan antara Bayern melawan PSG. CEO Bayern ini pantas kecewa karena juara Bundesliga dipermak PSG tiga gol tanpa balas saat melawat ke Paris.  Kekalahan ini seperti melengkapi penderitaan klub berjuluk Die Roten (Si Merah) yang tampil buruk di liga domestik maupun pentas Eropa.

Di pentas domestik, kekalahan dari Hoffenheim dan imbang melawan Wolfsburg menempatkan Bayern hanya berada di posisi ketiga klasemen Bundesliga, situasi yang jarang terjadi bagi klub yang mendominasi Bundesliga dengan torehan 26 gelar ini.

Di pentas Eropa, nasib Bayern tak jauh berbeda. Pemegang 5 gelar Piala/Liga Champions yang sangat disegani dan ditakuti ini tampil mengecewakan. Puncaknya adalah ketika Lewandowski cs dikalahkan PSG, 0-3.  

Padahal, Bayern bukanlah hanya dihitung sebagai salah satu konstestan Liga Champions. Bayern dianggap membawa martabat atau harga diri negara Jerman di pentas tersebut. Lebih dari itu, Bayern juga dinilai sebagai tolak ukur maju mundurnya persepakbolaan nasional Jerman. Jika Bayern tampil trengginas, maka kepercayaan diri rakyat Jerman terhadap tim nasionalnya ikut membesar.

Dalam situasi ini memang harus ada yang dipersalahkan atau dikorbankan. Carlo Ancelotti-lah orangnya. Ancelotti dianggap orang yang paling bertanggung jawab dari buruknya performa Bayern hingga saat ini. Pelatih berusia 58 tahun asal Italia ini akhirnya dipecat.

Pemecatan ini membuat Jerman menjadi tempat ziarah terpendek dalam sejarah karir kepelatihan Ancelotti dibandingkan perjalanan melatihnya di klub besar lainnya. Menukangi Bayern dalam  60 laga di segala kompetisi plus raihan satu gelar Bundesliga dan dua gelar Piala Super Jerman dianggap tidaklah cukup memuaskan. Mantan Allenatore AC Milan, Chelsea, PSG dan Real Madrid ini harus menerima bahwa prestasi dan nama besar dirinya sebagai seorang pelatih tidak mampu menahannya lebih lama di tanah Jerman.

Bagi semua pelatih, kabar pemecatan bukanlah kabar baik. Tetapi karakter Ancelotti di dalam dan di luar lapangan amatlah mirip. Ancelotti tidak terlihat berteriak protes akan keputusan tersebut, Ancelotti memilih diam merespon akan keputusan itu.

Entahlah apa yang Ancelotti pikirkan sekarang, namun Ancelotti yang terkenal dengan "kepemimpinan diam" itu pasti tahu bahwa ketika dia tidak dapat memenuhi keinginan klub, maka dia harus dipecat. Sekarang Ancelotti harus melepas nostalgia bahagia, ketika dengan antusiasnya CEO Rummenige memperkenalkan dirinya sebagai pelatih baru meski musim Bayern 2015/2016 belum berakhir di tangan Guardiola. Tetapi pasti Ancelotti ingat benar akan pesan Guardiola yang ditempel di ruang kepelatihan ketika resmi melatih Bayern, "Semoga Beruntung", tulis Guardiola.

Ancelotti akhirnya memang tidak beruntung. Ekspetasi dan nama besar Bayern yang menuntut kebaruan terus menerus, kecepatan dengan serangkaian  kategori keberhasilan dianggap tidak mampu diimbangi oleh seorang Ancelotti. 

"Performa tim sejak awal musim tidak memenuhi ekspektasi kami," ungkap Karl Heinz Rummenigge ketika memberikan konfirmasi tentang kabar pemecatan Ancelotti, Kamis 28 September.

Ancelotti dianggap tidak mumpuni menahkodai tim dan menggerakan filosofi Bayern, bertajuk Mia san Mia yang berarti Kita adalah Kita. Filosofi yang baru  dibuka ke khalayak ramai ketika ulang tahun Bayern ke 110, 27 Februari 2010.

Mia san Mia, Kita adalah kita, bagi para pesaing atau kompetitor khususnya di Bundesliga, filosofi ini dianggap terlalu arogan. Arogan karena seperti ingin mengatakan bahwa di tanah Jerman, Bayern-lah yang berkuasa. Memang fakta berbicara tentang hal itu, tetapi kebenaran tidaklah selamanya harus diteriakan, tapi cukuplah diresapi.

Bayern berkilah bahwa di dalam Mia san Mia, banyak filosofi lain yang menjadi bagian daripada filosofi besar itu. Seperti, Mia san Vorbilder yang berarti harus menjadi teladan bagi anak muda. Ada lagi, Mia san Tradition yang berarti semua orang di Bayern harus bangga terhadap tradisi yang telah ditorehkan sepanjang sejarah serta Mia san Innovation yang berarti semua orang harus meningkatkan kinerja dan sebagai salah satu klub terbaik di dunia harus menjadi tolak ukur bagi orang lain.

Namun ada satu yang menarik dari keseluruhan 16  bagian kecil filosofi Mia san Mia ini, yaitu  Mia san Freude. Mia san Freude berarti harus menikmati semua pekerjaan yang dilakukan dengan menyanjung semangat tim dan kekalahan harus diterima dengan lapang dada.

Filosofi ini seperti berarti bahwa bagi Bayern kekalahan itu bisa saja hal yang wajar dan harus diresponi dengan positif. Respon terhadap sebuah kegagalan akan melahirkan respon balik yang positif dan dipercaya akan jauh lebih besar dampaknya terhadap kebaikan tim. Seharusnya, 2 kekalahan musim ini dapat ditolerir jika Mia san Freude berarti juga adanya kesempatan untuk bereaksi balik.

Namun cara pandang yang berbeda terhadap filosofi ini tentunya ada juga. Batas dari Mia san Freude tetaplah ada, yaitu target besar tim. Dua kekalahan terlalu banyak bagi tim sebesar Bayern. Paling tidak, itulah yang dipahami oleh para petinggi Bayern. Ancelotti harus diberhentikan.

 "Saya ingin berterima kasih kepada Carlo atas kerja samanya. Carlo akan selalu menjadi teman saya. Tetapi kami harus membuat keputusan profesional demi kepentingan Bayern. Saya berharap tim ini bisa berkembang lebih positif, bermain dengan performa absolut, sehingga kami bisa mencapai target di musim ini," kata Rummenigge mengakhiri jumpa pers tentang kabar pemecatan Ancelotti.

Tak ada lagi Mia san Freude, yang terlihat sekarang adalah Mia san Familie yang berarti ikatan kekeluargaan berlaku sepanjang hayat. Ancelotti tetaplah sebagai teman dan keluarga, bisa saja suatu saat Ancelotti akan kembali melatih Bayern, tak ada yang akan tahu.

Sumber : 1 - 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun