Soal ini, Messi sedikit berbeda dengan Ronaldo. Walaupun senang berpuisi sendiri, Messi lebih senang membuat itu menjadi sebuah antologi. Sebuah karya bersama dengan rekan setimnya. Sesuatu yang mendapat pujian dari pelatihnya, Luis Enrique. “Orientasinya yang mengutamakan kepentingan tim membuat Messi selalu termotivasi, tahun demi tahun. Dia hanya ingin meraih gelar dan membantu tim dalam waktu bersamaan," kata Enrique.
Namun klub harus berhati-hati untuk tidak terlalu percaya kepada Messi hingga menggantungkan “keamanan” negara selamanya pada Messi seorang. Messi tetap manusia. Terkadang ketika Messi melakukan kesalahan maka klub akan menjadi korban. Jangan salahkan Messi, salahkan filosofi sepak bola yang terkadang tumpeng tindih dengan haus akan eksistensi dan kekuasaan.
Namun di atas semuanya itu bagi saya kedua pemain ini tetaplah panglima yang memberikan rasa luar biasa sepak bola. Kesetiaan dan juga kerja keras mereka demi klub terus diberikan hingga menjadikan El Classico tetap menjadi partai yang paling dinanti pecinta sepak bola di muka bumi. Soal kepemimpinan pun demikian, dalam setiap persoalan tersulit pun mereka tak pernah acuh bahkan melempar kesalahan. "Tapi Bukan Kami yang Punya".
Akhirnya, keindahan berkata-kata memang akan dikenang, tetapi kesetiaan tetap akan abadi…Terimakasih Totti..(Eh..salah kamar)..
Salam
Referensi : 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H