Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Akhir Penantian 17 Tahun AS Monaco

18 Mei 2017   07:26 Diperbarui: 18 Mei 2017   08:01 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengoleksi gelar terbanyak Liga Perancis atau Ligue 1, Saint-Etienne menjadi saksi langsung dari terpuaskannya dahaga AS Monaco untuk menjadi juara.

Bermain di kandang AS Monaco, Stade Louis II, Saint-Etienne dibabat 2 gol tanpa balas oleh tuan rumah. Dengan 92 poin dari 37 kali bertanding, pasukan berjuluk Les Rouge et Blanc (Si Merah dan Putih) ini dipastikan tidak dapat dikejar oleh pesaing terdekat, Paris Saint Germain (PSG).

PSG sendiri adalah juara bertahan yang mendominasi Liga Perancis dalam empat tahun terakhir penyelenggaraan. Sejak tahun 2013, superioritas klub dari ibukota ini tak terbendung. Namun dengan poin 86 poin dengan jumlah pertandingan yang sama, PSG tak mampu mengejar AS Monaco dengan sisa hanya satu pertandingan.

Bermain di Stade Louis II, AS Monaco bermain dengan motivasi tinggi. Apalagi publik sudah menduga bahwa 99,9% AS Monaco akan menjuarai Liga setelah pada pertandingan sebelumnya, pasukan Leonardo Jardim ini mampu menghajar Lille 4-0, dan menjaga keunggulan poin dari PSG.

Gol  dari striker andalan mereka, Kylian Mbappe pada menit ke-19 dan Valere Germain di injury time memastikan mereka meraih gelar setelah menunggu sejak tahun 2000. Pada musim 1999/2000 itu, skuad AS Monaco yang dilatih oleh Claude Puel berhasil mneyisihkan PSG yang bersaing ketat untuk meraih gelar.

Kala itu, Fabian Barthez, Ludovic Giuly, Marco Simone dan David Trezeguet adalah sedikit dari pemain yang membawa AS Monaco meraih kejayaan untuk kali terakhir di liga domestik. Seperti Mbappe, Trezegol muda menjadi mesin gol ampuhbagi AS Monaco saat itudengan 22 gol.

Romansa kepahlawanan 17 tahun lalu itu, terulang kembali saat ini. Pelatih berusia 43 tahun, Leonardo Jardim berhasil membawa anak-anak muda AS Monaco mewujudkan misi yang tak mudah.

PSG yang menunjukkan hegemoninya dengan kekuatan dari Qatar dalam diri Nasser Al-Khelaifi  diprediksi akan terus menancapkan superioritasnya karenai kekuatan uang yang mungkin tak terhitung jumlahnya.

Sebaliknya Monaco, meski boleh mengangkat kepala karena kekuatan uang Dmitry Rybolovlev yang adalah seorang pengusaha potasium asal Rusia namun kekuatan uang Rybolovlev itu ada batasnya juga.

Kekuatan uang dengan reputasi AS Monaco yang belum sementereng PSG membuat pemain-pemain andalan mereka dengan mudahnya berpindah ke lain hati. Mulai dari James Rodriguez, Anthony Martial, Yannick Ferreira Carrasco dan Geoffrey Kondogbia adalah nama-nama pemain yang harus pergi karena alasan itu.

Meskipun uang Rybolovlev dapat membuat Monaco masuk  ke papan atas Ligue 1 setelah pada 2011 divisi kedua liga Perancis, namun dalam keadaan itu target realistis bagi AS Monaco adalah 4 besar Liga  dan menjadi pengorbit pemain-pemain muda berbakat.

Dalam segala keterbatasan itu, Leo Jardim melebihi semua ekpetasi. Selain berhasil membuat PSG harus tertunduk malu di liga domestic, prestasi AS Monaco di pentas Liga Champions juga mengkilap. Melaju ke semifinal, AS Monaco hanya terhenti karena penampilan Juventus yang lagi di puncak permainan.

Dengan rentetan 11 kemenangan berturut-turut yang menjadi sejarah klub, penampilan ofensif Leo Jardim juga dipuji setinggi langit. Pasukan Jardim berhasil mencetak gol dalam 31 pertandingan di liga domestik, sesuatu yang sangat spesial.

Dengan skuad muda dan bertalenta,  AS Monaco meraih gelar kedelapan dalam sejarah klub. Meskipun masih jauh dari 10 gelar yang dipunyai oleh Saint Ettiene dan Marseille, namun AS Monaco kembali menasbihkan dirinya sebagai klub yang walaupun bermodalkan pemain muda, mampu menjadi juara.

Sesuatu yang dikatakan oleh Wakil Presiden Monaco, Vadim Vasilyev sebagai DNA klub. “Monaco memang dikenal akan para pemain akademinya. Lilian Thuram dan David Trezeguet adalah pemain jebolan akademi kami. Monaco memang serius ingin mencari dan mengembangkan talenta terbaik dari pesepak belia. Hal ini sudah jadi bagian dari DNA kami,” kata Vasilyev.

Namun pertanyaannya adalah sampai kapan AS Monaco bisa bertahan dengan DNA ini di dunia sepak bola yang lebih haus prestasi daripada sekedar DNA.

Kita lihat saja musim depan, apakah DNA ini masih bisa membuat Monaco berjaya.

Selamat Monaco..  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun