Dalam segala keterbatasan itu, Leo Jardim melebihi semua ekpetasi. Selain berhasil membuat PSG harus tertunduk malu di liga domestic, prestasi AS Monaco di pentas Liga Champions juga mengkilap. Melaju ke semifinal, AS Monaco hanya terhenti karena penampilan Juventus yang lagi di puncak permainan.
Dengan rentetan 11 kemenangan berturut-turut yang menjadi sejarah klub, penampilan ofensif Leo Jardim juga dipuji setinggi langit. Pasukan Jardim berhasil mencetak gol dalam 31 pertandingan di liga domestik, sesuatu yang sangat spesial.
Dengan skuad muda dan bertalenta, AS Monaco meraih gelar kedelapan dalam sejarah klub. Meskipun masih jauh dari 10 gelar yang dipunyai oleh Saint Ettiene dan Marseille, namun AS Monaco kembali menasbihkan dirinya sebagai klub yang walaupun bermodalkan pemain muda, mampu menjadi juara.
Sesuatu yang dikatakan oleh Wakil Presiden Monaco, Vadim Vasilyev sebagai DNA klub. “Monaco memang dikenal akan para pemain akademinya. Lilian Thuram dan David Trezeguet adalah pemain jebolan akademi kami. Monaco memang serius ingin mencari dan mengembangkan talenta terbaik dari pesepak belia. Hal ini sudah jadi bagian dari DNA kami,” kata Vasilyev.
Namun pertanyaannya adalah sampai kapan AS Monaco bisa bertahan dengan DNA ini di dunia sepak bola yang lebih haus prestasi daripada sekedar DNA.
Kita lihat saja musim depan, apakah DNA ini masih bisa membuat Monaco berjaya.
Selamat Monaco..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H