Pindah dari rumah yang sudah ditinggali sekian lama tentu akan menimbulkan berbagai perasaan. Perasaan senang dan sedih akan bercampur aduk menjadi satu. Rumah baru yang akan ditinggali mungkin akan lebih bagus, tetapi sejelek apapun rumah lama, tetap ada kenangan indah yang terukir di sana.
14 Mei 2017. "Kami mencintaimu Tottenham, kami sungguh-sungguh" teriak sekitar 30 ribu pendukung Tottenham Hotspurs kala menjamu Manchester United dalam laga lanjutan Liga Premier Inggris. Laga itu menjadi laga yang akan selalu dikenang karena akan menjadi laga terakhir Hotspurs di Stadion White Hart Lane.
Di antara ribuan penonton itu nampak sosok berusia 65 tahun yang terus bersemangat bernyanyi dengan para fans sepanjang pertandingan. Sosok itu bernama Osvaldo “Ossie” Ardilles, pria Argentina yang tak mau ketinggalan hadir di malam terakhir White Hart lane.
Ossie Ardilles adalah gelandang legendaris yang sangat terkenal di Inggris di era akhir 70-an. Setelah sukses membawa Argentina menjuarai Piala Dunia 1978, Ossie diboyong ke Inggris oleh klub berjuluk, The Lilywhites itu. Gaya dribble bolanya yang meliuk-liuk seperti ular itu membuat dia dijulukis Python.
Ossie lah yang membawa The Lilywhites menjuarai FA Cup edisi 1981 setelah di final mengalahkan Manchester City di Wembley.
Para fans memuja Ardilles, dan Ardilles mencintai mereka. Kecintaan terhadap Ardilles yang memberikan seluruh raganya untuk Tottenham menginspirasi terciptanya sebuah lagu mars berjudul “Ossie's Dream (Spurs Are On Their Way To Wembley)”. Lagu yang bukan saja menunjukkan bahwa Spurs didirikan untuk menggapai kejayaan (simbolisasi Wembley) tetapi juga sebuah single yang membuat Ardilles semakin mendapat tempat istimewa di White Hart Lane.
Mimpi Ossie adalah mimpi pemain dan tentu bagi mantan pemain. Mimpi yang terus tertera di hati para veteran yang telah menjadi besar bersama Spurs, yang juga diundang pada momen istimewa di malam itu. Terlihat di White Hart Lane hadir rekan setim Ossie pada masanya, Glen Hoodle. Ada juga, Dimitar Berbatov, Garry Mabbut dan David Ginola yang hadir untuk menyampaikan salam perpisahan untuk White Hart Lane.
Rumah penuh kenangan bagi mereka itu akan segera dirobohkan. Rencananya, Tottenham akan membangun stadion anyar yang lebih megah di tempat yang sama. Stadion baru ini akan menampung hingga 61.000 penonton, kemegahan yang diinginkan oleh ketua klub, Daniel Levy lebih dari para rival, terkhususnya Arsenal. Sebagai informasi, Emirates milik Arsenal saat ini berkapasitas 60.432 penonton.
Rumah dimana mimpi The Lilywhites terus dirajut. Musim ini, Spurs tampil apik hampir sempurna. Dikenal sebagai tim langganan penghuni papan tengah, Pocchetino membuat Spurs tampil menakutkan bagi semua tim di liga premier, apalagi jikalau tampil di White Hart Lane.
Di “jalur hati suci (White Hart Lane)”, selama 19 kali tampil, pasukan Spurs mampu menjaga kesucian di kandang mereka. Meraih 14 kali kemenangan berturut-turut, catatan Spurs di kandang mencapai 17 kali kemenangan dan dua kali imbang, sebuah pencapaian impresif sejak tahun 1964/1965.
Penampilan gemilang Spurs membuat mereka kokoh di peringkat dua liga premier, kali terakhir Spurs menempati peringkat kedua adalah ketika berkompetisi pada tahun 1962/63.