Juventus keluar dari Stade Louis II dengan rasa bangga dan bahagia. Juventus berhasil membuat sekitar 17 ribu pendukung AS Monaco terdiam setelah dua gol dari Gonzalo Higuain tak mampu dibalas hingga peluit panjang berbunyi. Juventus dipenuhi optimisme tinggi menjelang leg kedua minggu depan di Turin, sebaliknya AS Monaco berdoa agar dapat melakukan keajaiban di kandang Juventus.
Setelah menyaksikan pertandingan dini hari tadi, saya berpendapat Juventus memang pantas menang atas AS Monaco. AS Monaco yang tampil superior di kandang sendiri dengan menyingkirkan Manchester City dan Borrusia Dortmund terlihat mati kutu kala berhadapan dengan Juventus.
Paling tidak ada 3 hal yang menurut saya membuat anak-anak asuhan Max Allegri pantas menang atas AS Monaco.
Pertama, Perubahan Formasi Cerdas ala Allegri.
Pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim sebelum pertandingan berkoar-koar sudah mengenal cara permainan Juventus dan mendapatkan celah kelemahan yang dapat dimanfaatkan. Tentu saja yang dimaksudkan oleh Jardim adalah menyorot kepada formasi yang membuat Juve tampil apik selama tahun 2017, 4-2-3-1.
Mungkin bagi Jardim, formasi super ofensif Juventus ini akan kesulitan ketika menghadapi serangan balik cepat dari anak asuhnya. Dua bek tengah Juve didampingi dua bek sayap dipercaya bakal pontang-panting kala beradu cepat dengan gelandang sayap muda milik Monaco.
Namun apa yang diharapkan Jardim tak terjadi malahan Jardim mungkin saja terkejut dengan formasi yang dipakai Allegri. Alih-alih memainkan dua bek tengah, Allegri kembali memakai formasi klasik Juventus 3-5-2.
Max Allegri memang cerdas. Entah ingin bermain aman, atau sudah mengenal cara bermain AS Monaco, Allegri memasang trio bek legendaris mereka BBC (Bonnuci, Barzagli dan Chiellini) sejak awal pertandingan. Alex Sandro dan Daniel Alves menemani BBC dengan mobilitas tingkat tinggi yang rajin membantu penyerangan dan turut bertahan kala dibutuhkan.
Formasi ini terlihat ampuh. Meskipun dalam 15 menit awal, pemain Juve masih terlihat kikuk akan perubahan formasi ini, sesudah itu Juve sudah “sempurna” memainkan formasi ini. Formasi ini mampu menahan kecepatan dari para pemain sayap Monaco yang terkenal cepat, seperti Bernardo Silva dan Thomas Lemar.
Selain itu, Mbappe yang sempat merepotkan di awal pertandingan terlihat frustrasi menembus trio bek Juve. Mbappe mungkin sanggup melewati Barzagli, namun sesudah itu Chiellini dan Bonnuci sudah segera menutup ruang yang terbuka. Perlakuan yang sama juga dialami oleh Falcao, Falcao tak punya ruang gerak yang membuat penghasil 5 gol di Liga Champions musim ini tak mempunyai shot on target sama sekali.
3-5-2 ini berubah menjadi sangat defensif kala bertahan. Kadang-kadang terlihat menjadi 4-4-2 dengan Dani Alves lebih masuk ke dalam ataupun menjadi 5-4-1 ketika Mandzukic turut jauh membantu Alex Sandro dan Chiellini di sisi kiri pertahanan Juventus. 3-5-2 ini pun tidak murni kala menyerang, malahan kembali menjadi 4-2-3-1 kala Mandzukic bergerak lebih melebar ke kiri, dan Dani Alves maju lebih ke depan dan membiarkan Barzagli mengisi pos pertahanan sisi kanan. Tapi jangan berharap Barzagli naik ke depan seperti biasanya bek kanan, karena Barzagli sudah menjadi seperti tembok tebal permanen di sana.