Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membaca dan Menulis Penawar Klaustrofobia

29 Maret 2017   09:54 Diperbarui: 29 Maret 2017   18:00 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Claustrophobia, ketakutan akan ruang sempit dan tertutup/ Sumber : Shutterstock

Tiba-tiba rasa panik, gelisah disertai keringat yang mengalir deras  dan keinginan segera melepas sabuk pengaman melanda saya sebelum pesawat take off. Begitu pengalaman saya sebelumnya jika akan bepergian dengan pesawat. Saya merasa seperti terkurung dalam sebuah ruang yang sempit.

Berdasarkan referensi, apa yang saya alami disebut dengan Klaustrofobia (Claustrophobia). Sebuah kondisi psikis yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan akan ruangan tertutup atau ruangan sempit.

Sebenarnya jika masih anak- anak kondisi ini bisa dikatakan wajar seperti kondisi tidak mau tidur saat lampu dimatikan dan lain -lain namun akan menjadi tidak wajar jika sudah dewasa dan masih mengalami rasa takut yang berlebihan seperti saya.

Tempat-tempat yang dikatakan dapat memicu klaustrofobia adalah lift, terowongan, kamar hotel dengan jendela tertutup, mobil dengan centra lock dan pesawat.

Rasa takut, cemas dan gelisah yang disebabkan klaustrofobia  ini juga mempunyai sifat dari stadium yang ringan sampai berat.

Jika kita mengalami setiap hari dan ketakutan itu dapat membuat kita hingga anti menggunakan sesuatu seperti anti menggunakan lift dan memilih menaiki tangga serta jikalau terjadi bisa membuat kita pingsan, maka kita dapat digolongkan bersifat klaustrofobia berat.

Saya mungkin tergolong ringan, tetapi seorang teman kantor sesudah saya bercerita kondisi saya, dia mungkin tergolong berat karena setiap mau naik pesawat selalu merasa mual dan pusing. Sekarang dia memilih menggunakan kapal laut atau perjalanan darat jika ingin bepergian,

Menurut penelitian, kebanyakan phobia ruang tertutup ini umumnya adalah hasil dari pengalaman masa kecil kita. Seperti jatuh ke dalam kolam renang dan tidak bisa berenang, terpisah dari orang tua saat dalam keramaian dan lain sebagainya.

Teman saya bercerita bahwa dia pernah mengalami turbulensi besar ketika pernah bepergian dengan orang tua saat masih remaja. Itulah pengalaman traumatis di masa lalu baginya.

Saya pun mengingat kembali pengalaman traumatis masa kecil saya. Saya teringat waktu masih kecil, saya pernah dikurung di ruang kamar yang sempit jikalau nakal oleh kakak-kakak, walaupun hanya dipakai untuk becandaan ternyata hal itu yang memicu klaustrofobia.

Bagaimana penangan klaustrofobia?. Penanganan untuk penderita klaustrofobia terdiri atas dua jenis, penanganan secara medis dengan meminum obat atau penanganan melalui terapi.

Saya tidak akan menjelaskani secara medis dan terapi bagaimana cara bekerjanya karena bukan bidang saya, tetapi secara umum kedua penanganan ini hendak membuat si penderita klaustrofobia  agar dapat terus merasa dan berpikir rileks, nyaman dan tetap berpikir positif.

Sekarang saya sudah mendapat cara untuk dapat menolong saya sendiri. Bagi saya, membaca dan menulis itu terapi solusi yang ampuh bagi saya terutama ketika akan dan sedang bepergian dengan pesawat.

Sambil menunggu boarding saya akan membaca buku. Buku yang akan saya pilih dan baca tentunya adalah buku yang menurut saya ringan dan saya sukai. Akhir-akhir ini buku-buku tentang travelling adalah pilihan saya.

Buku ini ternyata dapat menyibukkan pikiran saya sebelum naik ke pesawat. Malahan, dengan membaca buku, ide-ide tulisan baru akan muncul meskipun itu belum dibuat mind mapnya. Ide-ide itu saya tuliskan di kertas kecil.

Normalnya, ide-ide tulisan itu mendominasi isi pikiran saya daripada ketakutan saya. Jika ide tulisan dari bacaan itu brilian, saya bahkan ingin cepat-cepat naik ke pesawat untuk segera menuliskan mind mapnya.

Di pesawat, ide-ide itu terus berputar-putar hingga saya akan  menuliskannya secara singkat di atas pesawat sebelum pesawat terbang. Tentu akan sulit langsung menuliskan menjadi sebuah cerita di pesawat, karena akan terganggu akan goyangan di dalam pesawat.

Oleh karena itu, membaca buku lagi adalah pilihan berikut. Malahan, dengan buku yang sama atau buku berbeda dengan genre yang sejenis akan membuat pikiran saya akan terus terisi dan memvisualisasikan sesuatu yang baru dan menarik.

Jujur, ide beberapa tulisan saya muncul ketika sedang dalam perjalanan di ruang sempit pesawat. Artinya, dengan membaca dan menulis terbukti mampu membuat saya mampu untuk melewati waktu di mana seharusnya saya mengalami klaustrofobia. Sekarang saya tak ragu lagi.

Jika anda penderita klaustrofobia dengan gejala seperti saya maka dapat mencobanya dan semoga juga berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun