Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pecat Danny Blind, Derita Melanda Belanda

27 Maret 2017   10:53 Diperbarui: 27 Maret 2017   22:00 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14 Oktober 2015. Penonton yang memadati Stadion Amsterdam Arena terdiam dalam hening setelah pertandingan antara Belanda dan Ceko berakhir. Tidak dapat dipercaya, tim yang meraih posisi ketiga di Piala Dunia 2014 ini gagal lolos ke Piala Eropa 2016 setelah kalah memalukan dari Ceko 2-3.

“Semuanya harus realistis. Jika itu sudah dilakukan, semua orang akan sadar bahwa Belanda harus segera melakukan perubahan. Tapi semuanya sudah terjadi. Sekarang saatnya menatap masa depan," ujar pelatih Belanda, Danny Blind saat itu.

Namun janji perubahan dan masa depan itu tidak pernah terwujud seperti yang di harapkan oleh Blind. Malahan masa depan pelatih berusia 55 tahun itu akhirnya terhenti setelah resmi dipecat oleh Federasi Sepakbola Belanda [KNVB] pada minggu, 26 Maret 2017.

KNVB sudah tidak sabar lagi akan janji perubahan yang didengungkan oleh Blind apalagi setelah kembali kalah dari Bulgaria di kualifikasi Piala Dunia 2018 Grup A.

 "Kami menghormati apa yang Blind berikan pada kami dan bagi tim selama masa ia menjabat pelatih. Tapi karena hasil olahraga yang mengecewakan, dan sekarang berlanjut dengan tipisnya peluang ke Piala Dunia 2018 di Rusia, kami dengan berat terpaksa mengucapkan selamat tinggal kepada Blind," ujar Direktur KNVB, Jean Paul Decossaux

Peluang Belanda memang sudah tipis untuk tampil ke Piala Dunia 2018. Dengan kekalahan tersebut Belanda harus turun ke urutan keempat dengan poin 7 disalip Bulgaria dengan nilai 9. Belanda kini sduah terpaut 6 poin dari pemuncak klasemen Perancis (13) dan 3 poin dari peringkat kedua, Swedia.

Kekalahan yang dinilai menjadi mimpi buruk oleh pemain senior Belanda, Arjen Robben. "Kami datang ke sini dengan tujuan ingin meraih hasil positif. Namun, ini menjadi mimpi buruk. Saya sampai kehabisan kata-kata," kata Robben seusai pertandingan.

Belanda di tangan Blind memang bagaikan mimpi buruk. Menggantikan Guus Hiddink pada Juli 2015, Blind dinilai gagal membawa Belanda menjadi kekuatan yang kembali ditakuti di Eropa. Memainkan 17 kali pertandingan, Belanda di bawah Blind hanya mengukir 7 kemenangan yang sama dengan jumlah kekalahan mereka.

Apa musababnya?. Ada dua hal yang patut dijadkani perhatian dari performa buruk timnas Belanda ini. Pertama, faktor kualitas pelatih. Sedari awal memang Blind diragukan kemampuannya untuk melatih timnas sebesar Belanda. Meskipun cukup lama bersama timnas sebagai asisten pelatih Louis Van Gaal dan Guus Hiddink namun Blind dinilai belum sebanding dan layak melatih timnas Belanda.

Saat menjadi pelatih performa Blind kurang menjanjikan. Saat menangani Ajax Amsterdam pada musim 2005-2006, Blind hanya mampu memberikan gelar Piala Belanda serta tiket ke Liga Champions 2006-2007 usai finis di posisi empat klasemen Eredivisie dan lolos dari babak playoff. Semakin terbukti ketika Belanda mengalami kekalahan 0-1 dari Islandia di laga debutnya.

Soal pengalaman melatih Blind juga disorot oleh legenda Belanda, Ruud Gullit. Merujuk hasil mengecewakan yang ditorehkan oleh Blind, Gullit ikut berkomentar. “Anda buta untuk apa yang terjadi di sekitar Anda jika Anda hanya melatih di Belanda," sindir Gullit.

Komentar Gullit ini berkaitan dengan penampilan Belanda yang terlalu kaku dan tidak dinamis. Blind sangat sedikit dapat membuat Belanda menjadi tim yang dapat bermain secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan pemain yang dimiliki.

Lupakan sejenak Total Football ala Johan Cruff, karena penggemar Belanda akan sedih melihat penampilan mereka yang tanpa identitas sekarang. Belanda era Lois Van Gaal di Piala Dunia Brasil 2014 tampil mempesona dan berprestasi juga bukan karena Total Football tetapi karena counter attack hebat mereka.

Blind saat ini dinilai memaksakan untuk bermain ball possession meniru Spanyol tetapi gagal total. Membutuhkan jenderal di lapangan tengah untuk mendukung skemanya, Blind harus mendapati bahwa Wesley Sneijder sudah kehilangan ambisi untuk meraih prestasi dengan timnas dalam usia yang tidak muda lagi. Blind gagal menemukan bagaiman memperlakukan Belanda dengan kemampuan pemain saat ini.

Sesudah Blind dipecat, belum tahu siapa yang akan ditunjuk untuk melatih Belanda. Pelatih Belanda U-21, Fred Grim ditunjuk sebagai pelatih interim.

Louis Van Gaal (LVG) sebaiknya tidak usah dipakai lagi. LVG menurut saya sudah gagal untuk bisa bersaing dengan taktik-taktik dinamis dari pelatih muda yang semakin modern. Apalagi di tangan LVG, pemain masa depan Belanda seperti Depay dan Daley Blind gagal menunjukkan performa gemilang mereka.

Menurut Ruud Gullit, Ronald Koeman menjadi yang paling realistis jika KNVB masih ingin memburu tiket Piala Dunia 2018 yang tersisa 5 pertandingan.

"Koeman merupakan pelatih yang bisa beradaptasi. Dia sudah bekerja dengan Ajax, Feyenord, dan di luar negeri, serta pernah mengalami kemunduran. Dia satu-satunya yang bisa melihat bahwa Belanda melakukan hal yang salah dari perspektif luar. Itulah mengapa, saya pikir dia merupakan pelatih yang yang cocok untuk Oranje." ujar Gullit.

Namun pertanyaannya adalah apakah KNVB dapat membujuk Koeman angkat kaki dari Everton yang sekarang tampil trengginas di liga premier. Setelah ini, Belanda akan melawan Italia hari selasa nanti dalam pertandingan persahabatan. Baru di bulan Juni nanti, Belanda akan tampil di laga kualifikasi lagi. Kesempatan yang besar, jikalau ada perjanjian pra kontrak, sehingga sehabis musim Koeman dapat menukangi Belanda. Sebuah solusi yang saya rasa paling tepat.

Faktor kedua, adalah regenerasi yang berjalan lamban. Belum ada pemain muda Belanda yang membuat transisi pemain berkualitas terlihat manis seperti era lalu.  Kita masih ingat transisi dari Ruud van Nistelrooy, Roy Makaay, hingga Robin van Persie. Hal inilah yang membuat Belanda dikenal selalu mampu melahirkan penyerang hebat.

Tetapi sekarang?. Belanda harus menunggu agak lama. Bas Dost (27 tahun) saja yang digadang-gadang bisa menjadi pengganti nama-nama di atas harus terlempar dari Bundesliga dan sekarang merumput di liga Portugal. Apalagi Memphis Depay, tidak berkembang di MU, Depay harus rela dibuang ke Liga 1 Perancis, padahal di pundaknya diharapkan lahir seorang penyerang sayap sehebat Arjen Robben.

Di lini tengah, Wesley Sneijder yang sudah berusia 33 tahun masih dipanggil oleh Blind. Bukan karena kualitas tetapi karena pengalaman. Hal ini disebabkan pemain-pemain tengah Belanda sehebat Sneijder belum dapat dimunculkan. Regenerasi Belanda seolah berjalan pelan.

"Kami punya pemain-pemain hebat seperti Robben, Van Persie, Huntelaar, De Jong, dan Sneijder. Hanya saja, tidak ada pemain-pemain berusia 25-28 tahun yang amat dibutuhkan. Kami harus terima itu," kata, Danny Blind pasrah dalam sebuah kesempatan.

Kepasrahan dan kefrustrasian Blind itu membuat Blinda dianggap berjudi dengan resiko besar ketika memainkan para pemain yang masih belum matang.  Dalam pertandingan melawan Bulgaria, Blind berani memasang pemain bertahan berusia 17 tahun, Matthijs de Ligt sebagai starter.

Kritik tajam harus diterima oleh Blind, karena Matthijs de Ligt juga hanya mendapat kesempatan bermain yang sedikit kala membela Ajax Amsterdam.

“Saya menyadari bahwa terlalu cepat memainkannya. Tetapi saya bercaya bahwa suatu saat dia akan menjadi pemain bertahan yang hebat. Apalagi pemain yang lebih senior dan lebih hebat tidak memberikan kemampuan mereka yagn semestinya untuk pertandingan ini” kata Danny Blind, menjawab kritikan itu.

Jika mau dicari penyebabnya, maka sebenarnya ini dapat dideteksi dari jauh-jauh hari. Penampilan klub-klub Belanda yang melempen di kompetisi elit Eropa bisa menjadi ukurannya. Padahal dengan penampilan yang hebat, pemain-pemain muda Belanda dapat dilirik oleh klub-klub besar Eropa sekaligus mereka akhirnya mendapat pengalaman lebih.

Tentu penggemar sepak bola rindu bagaimana liga Belanda mampu melahirkan pemain-pemain hebat, seperti era lahirnya Romario, Ronaldo maupun penyerang lokal seperti Roy Makaay dan Nistelrooy.

Seperti kata Blind, perubahan harus dilakukan sambal timnas Belanda tetap melihat ke depan. Kedua faktor ini sebaiknya dapat diminilasir dan dicari jalan keluar dalam waktu yang cepat jika ingin Belanda sebagai tim besar tampil di turnamen besar.

Kita perlu menunggu dan melihat apa yang dapat KNVB lalukan untuk merawat timnas yang sedang sekarat ini.

Salam.

Referensi :1 I 2 I 3 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun