Keberhasilan itu membuat nama Chan mendunia. Apalagi setelah Chan dinobatkan menjadi pelatih wanita terbaik di tahun 2016 oleh Asosiasi Sepak bola Asia (AFC). Selain itu Guinnes World Records juga memberikan penghargaan sebagai pelatih wanita pertama yang menjadi juara di kompetisi utama sepak bola pria.
Walaupun begitu, sebenarnya Chan bukanlah yang pertama yang “berani” terjun sebagai pelatih dalam kompetisi sepakbola pria. Pada tahun 2014, wanita asal Portugal bernama Helena Costa ditunjuk menjadi pelatih klub divisi dua Perancis, Germont Ferrad.
“Penunjukkan ini bicara lebih dari seorang Helena Costa menjadi pelatih sepak bola bagi kaum pria. Saya berharap ini adalah sebuah langkah pertama, langkah besar. Saya membuka pintu pertama kali dan berharap banyak lagi wanita lain yang mengikuti jejak saya” ujar Helena Costa, ketika diwawancarai New York Times pada Mei 2014.
Sayang, setelah sebulan melatih Helena Costa harus mundur karena merasa tidak mendapat hormat yang cukup ketika melatih, dan akhirnya digantikan oleh pelatih wanita lain bernama Corinne Diacre. Namun benar yang dikatakan oleh Costa, dia telah membuka pintu lain bagi pelatih wanita seperti Chan Yuen-ting di Hong Kong.
Sebenarnya Chan Yuen-ting juga mengalami persoalan yang sama sewaktu awal melatih. Ketika baru pertama kali melatih, banyak yang bernada sinis akan kemampuan Chan. “ Kamu hanya seorang pelatih wanita, apalagi baru berusia 27 tahun” cerita Chan tentang sindiran yang kebanyakan keluar dari para jurnalis di Hong Kong.
Pada awal melatih, banyak pemain yang sedikit bingung dan tidak nyaman karena dilatih oleh wanita. Mengaku stress dan tertekan pada awal kepelatihan itu, Chan juga bersyukur karena semua pemain tetap bersikap professional dengan mau mendengarkan dan melakukan strategi dan pola latihan yang dia berikan. Apalagi dalam pertandingan pertama, Chan berhasil membawa Eastern SC menang dengan skor 6-1 yang membuat transisi kepelatihannya berjalan mulus dan akhirnya menjadi juara.
Chan yang berlatar belakang sarjana geografi dari Chinese University Of Hongkong ini selama ini memang ada di belakang layar atau hanyala sebuah “kantong the”. Walaupun mempunyai pengalaman sebagai pemain di timnas wanita Hong Kong periode tahun 2008-2013, Chan hanya dipercaya sebagai seorang analis data ketika pertama kali terjun di dunia manajemen sepak bola.
Chan terus memberikan yang terbaik dalam kesempatan sekecil apa pun. Memberikan prestasi sebagai seorang analis data di klub Hong Kong, Pegasus FC, Chan diberikan kesempatan untuk menjadi asisten manajer. Di sini pun, Chan menunjukan bahwa dia bisa memberikan kontribusi maksimal. Malahan, bersama tim U-18 klub itu, Chan berhasil memberikan 3 trofi, kali ini sebagai pelatih!.
Semakin Chan diberikan kesempatan yang lebih menantang atau lebih “panas”, Chan semakin berprestasi, begitu kira-kira. Akhirnya Chan dipercaya untuk masuk ke “air panas” dan Chan semakin kuat.