Pelatih Tim Nasional Inggris, Sam Allardyce hanya berumur 67 hari. Pelatih yang dijuluki Big Sam ini sayangnya bukan karena gagal mendulang prestasi dengan The Three Lions tetapi terlibat skandal yang tidak bisa diterima oleh induk organisasi tertinggi sepakbola Inggris, FA.
Skandal yang melibatkan mantan manajer Sunderland ini mengenai tindakan menawarkan bagaimana cara untuk melanggar aturan FA kepada Pihak Ketiga berkenaan dengan kepemilikan pemain. Hal ini terkuak ketika salah seorang Jurnalis yang menyamar sebagai seorang Pengusaha Timur Tengah menjebak Big Sam untuk menyetujui bisnis senilai keuntungan 400 ribu Pounds melalui sebuah wawancara yang direkam.
Tertangkap Tangan oleh Jurnalis The Telegraph
Wawancara ini merupakan skenario dari sebuah investigasi selama 10 bulan yang dilakukan oleh media Inggris The Telegraph untuk menggali bukti mengenai penyelidikan tehadap tindakan penyuapan dan Korupsi dalam sepak bola Inggris.
Dalam dua pertemuan tersebut yang berlangsung total selama empat jam, Allardyce mengatakan bahwa tidak masalah jika “menyalahi” aturan tersebut dan dia mengaku sudah melihat itu dilakukan sejak tahun 2008.
DI dalam wawancara yang cukup panjang itu, Allardyce juga menyindir bagaimana manajer terdahulu Roy Hodgson yang tidak pandai bicara di depan umum, lalu ada masalah psikologis yang dialami pemain Inggris yang harus diselesaikan serta mengatakan bahwa rehabilitasi stadion Wembley adalah sebuah tindakan yang “bodoh”.
Dalam detail wawancara yang dilakukan di sebuah restoran di Manchester ini, pelatih yang berusia 61 tahun ini berulang kali mengatakan bahwa Pihak Ketiga masih dapat mengambil keuntungan besar dari pembelian pemain-pemain dari Amerika Selatan, Portugal, Spanyol, Belgia dan seluruh Afrika.
Pihak ketiga yang dimaksud adalah Pihak yang akan mendapat keuntungan ketika pemain-pemain ini dibeli ataupun ketika dijual selain Klub dan sang Pemain sendiri. Sesuatu yang sangat tidak dibolehkan oleh pihak FA dan FIFA di seluruh dunia karena dapat disalahgunakan oleh beberapa pihak.
Sam Allardyce menjelaskan bahwa praktek semacam ini sudah dipraktekkan dalam transfer Enner Valencia dari sebuah klub Meksiko ke West Ham pada tahun 2014, dan sang “pengusaha fiktif” lalu bertanya, apakah akan ada masalah di kemudian hari?. “Tidak akan ada masalah” jawab Allardyce (The Telegraph).
Merasa bahwa ini merupakan bukti yang cukup kuat, The Telegraph lalu mengirim semua detail dari penyelidikannya itu kepada FA. FA lalu mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan Big Sam tepat ketika karir kepelatihannya memasuki hari ke-67. Allardyce yang menerima gaji 3 juta pound per tahun ditambah dengan bonus sebagai pelatih TImnas Inggris ini dianggap telah melakukan tindakan tercela.
Menurut catatan sebenarnya Allardyce memang bukanlah “malaikat”. Selama melatih West Ham, Sunderland dan Bolton Wanderers, Allardyce ditengarai pernah terlibat dalam tindakan yang membuat dia mendapat keuntungan pribadi dari pembayaran-pembayaran tidak sah yang melibatkan dirinya. Sayang, bukti atas kontroversi tersebut tidak cukup kuat seperti kasus yang sekarang.
Sungguh memalukan bagi Allardyce karena dia tercatat sebagai manajer yang paling cepat diberhentikan dalam sejarah sepakbola tim nasional Inggris. Akhirnya Manajer Inggris U-21, Gareth Southgate ditunjuk sementara untuk menggantikan Allardyce hingga FA kembali menunjuk pelatih baru.
Apa yang dapat kita Pelajari?
Menjadi pelajaran yang berharga bagi dunia sepakbola bahwa beginilah seharusnya sepakbola bersandar. Sepakbola harus jauh dari tindakan-tindakan yang tidak menjunjung nilai-nilai sportivitas. Nilai-nilai itu bukan saja terbentuk dari bagaiman perilaku pemain sepakbola di dalam dan di luar lapangan, tetapi juga perilaku manajer dan pejabat yang menangani sepakbola.
Kasus Sepp Blatter hingga Sam Allardyce kali ini membuat kita sadar bahwa tidak ada satupun orang yang akan kebal dari tindakan hukum ketika mencederai sepakbola. FA dalam halaman resminya juga menyatakan akan berhati-hati untuk memilih orang yang tepat untuk menangani The Tree Lions.
"The manager of the England men’s senior team is a position which must demonstrate strong leadership and show respect for the integrity of the game at all times,” tulis FA (The Telegraph)
Induk Sepakbola Inggris juga ingin membuktikan bahwa mereka mempunyai kemauan yang keras untuk membersihkan Sepakbola dari akar-akar pahit. Status sebagai negara yang mengaku Ibunya sepakbola membuat mereka akan serius untuk hal-hal seperti ini. Bagaimana dengan Indonesia?
Kita terus berharap agar induk organisasi kita, PSSI juga mempunyai semangat yang sama. Jangan terus berkelahi untuk sebuah jabatan tetapi sering menduakan transparansi dari pengelolaan sepakbola. Sebuah hal yang akhirnya membuat orang-orang opurtunis sangat senang dan akan memanfaatkan situasi ini. Dan orang-orang itu bisa saja ada di sekitar sepakbola Indonesia sekarang.
Jangan sampai akhirnya ada “Allardyce-Allardyce lain” di sepakbola Indonesia.
Salam
---
Referensi :
Sam Allardyce Sacked as England Manager
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H