Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Drum Band Dilombakan di PON 2016, Tanya Kenapa?

21 September 2016   12:23 Diperbarui: 21 September 2016   14:23 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisruh Pelaksanaan PON XIX Jabar menjadi topik hangat di berbagai media. Miris karena berita tentang kisruh ini lebih menyita perhatian daripada keberhasilan atlit-atlit kita memecahkan rekor nasional ataupun lahirnya bintang-bintang olahraga yang baru.

Mulai dari yang paling hangat adalah ricuh yang terjadi di cabang Polo Air. Menpora Imam Nahrawi menyebutnya sebagai tindakan yang sangat memalukan. “Sungguh memalukan, bukan beradu prestasi tetapi malah emosi yang nampak” kata Menpora, seperti yang dikutip dari berbagai media.

Sumber persoalan menjadi semakin luas. Mulai dari fasilitas yang tersedia, persiapan panitia hingga kualitas wasit yang memimpin pertandingan. Untuk Wasit, menurut Panitia jumlah wasit yang bertugas mencapai 2000 orang, namun kualitasnya masih terus dipertanyakan. “Cerita wasit yang baru disertifikasi sebelum PON itu biasa terjadi” kata Fritz Simanjuntak, seorang pengamat Olahraga yang diwawancarai Metro TV tadi pagi.

Jumlah wasit yang sebagian “dipaksakan” dan kurangnya Fasilitas semakin diperparah ketika KONI dan Panitia PON XIX semakin nekad untuk mempertandingkan jumlah cabang Olahraga yang cukup banyak.

Cabang Olahraga Yang Terlalu Banyak

Sebagai informasi, PON XIX ini secara resmi mempertandingkan 44 cabang olahraga dengan tambahan 12 cabang eksibisi. Sebanyak 2472 medali akan diperebutkan, yang terdiri dari 756 medali emas, 756 medali perunggu, dan 979 medali perunggu.

Dengan jumlah cabang yang cukup banyak, panitia merasa kelabakan untuk menangani 756 nomor yang dipertandingkan ini.  Kepala Bidang Pertandingan PON XIX Jabar, Yudha Munajar dalam sebuah wawancara juga mengiyakan persoalan tersebut walaupun Yudha menjelaskan bahwa Panitia tidak mempunyai otoritas untuk menentukan cabang olaharaga yang akan dipertandingkan.

Mengenai jumlah cabang yang terlalu banyak ini sudah diperdebatkan jauh sebelum PON dilaksanakan.  Jika PON XIX dirasa sebagai barometer untuk penentuan pembinaan atlet untuk sasaran yang lebih besar seperti Sea Games, Asian Games dan bahkan Olimpiade maka orientasi cabang tersebut harus merujuk kepada cabang olahraga yang akan dipertandingkan di ajang-ajang besar tersebut.

”Alangkah baiknya jika cabang olahraga yang dipertandingkan sedikit tapi cabang olahgara Olimpiade. Jadi dari segi kualitaspun akan jauh lebih baik”  kata Ketua Umum KONI Provinsi DKI Jakarta, Raja Sapta Ervian (Satelit Post)

Pada PON 2016 ini dipertandingkannya 44 cabang olahraga jauh lebih banyak dan berbeda dari pertandingan Olimpiade maupun Asian Games yang hanya mempertandingkan 36 cabang olahraga. 44 cabang olahraga itu belum ditambah dengan 10 cabang eksibisi lagi.

Cabang Olahraga Non-Olimpiade Menunjukkan Orientasi PON Bergeser ? 

Drum Band di PON, dipertanyakan dan dikritisi (sbr gbr : Brilio)
Drum Band di PON, dipertanyakan dan dikritisi (sbr gbr : Brilio)
Hal itulah yang memicu keheranan saya ketika melihat berita PON 2016 ini yang menampilkan Drum Band. Bukan sebagai pengisi acara pembukaan semata, tetapi Drum Band ternyata menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Nomor pertandingan Drum Band ini meliputi Lomba Ketahanan dan Ketepatan Baris Berbaris serta Lomba Berbaris Jarak Pendek. Dimana sisi seni Drum Bandnya, saya pun tidak bisa memahami.

Belum selesai dengan Drum Band, cabang-cabang seperti Dansa dan Kriket semakin menambah keheranan saya. Cabang-cabang olahraga ini jelas belum banyak dikenal di Indonesia, namun terkesan dipaksakan tampil di PON 2016 ini. Padahal biasanya ada tingkat yang harus dilalui sebuah cabang untuk tampil, yaitu mempunyai Kejuaraan Nasional sebagai bagian dari seleksi atlit di cabang tersebut untuk layak tampil di PON. Jangan harap Kejuaraan Nasional, Kriket sebagai agenda Kejuaraan Internasional saja, jarang kita dengar. Entah apa yang diharapkan jika kita bertanya tentang strategi jangka panjang pembinaan olahraga dengan ditampilkan jenis olahraga ini di PON 2016.

Mengenai beberapa cabang non-Olympic ini beberapa KONI daerah memberikan kritik pedas. Diloloskannya cabang-cabang non prestasi ini, membuktikan bahwa penyelenggaraan PON 2016 tidak lagi memiliki orientasi yang jelas dalam pembinaan olahraga di tanah air. Padahal, banyak pihak yang mengharapkan agar PON 2016 berlangsung bukan saja fair play, jujur namun bertanggung jawab. Bertanggung Jawab dalam arti, setiap cabang Olahraga mempunyai tujuan yang jelas untuk memajukan prestasi olahraga Indonesia di kancah Internasional.

Perlunya Pola yang Jelas dalam Pemilihan Cabang Olahraga yang dipertandingkan di PON

Persoalan ini sudah mengundang kajian dari Kemenpora. Pemerintah mendorong KONI untuk mengkaji ulang pemilihan cabang yang dipertandingkan. "Ke depan kami harus melakukan perbaikan event, termasuk PON. Paling gampang mengacu terhadap jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games maupun Olimpiade," kata Djoko Pekik Irianto, Deputi Peningkatan Prestasi Kemenpora. (TopSkor.co.id)

Sayangnya, hal ini hanya bisa dimungkinkan dilaksanakan di PON XX di Papua nanti karena waktu yang terkesan pendek untuk mencari pola yang tepat demi mewujudkan PON sebagai ajang yang menjunjung prestasi dan berorientasi jelas dalam pembinaan atlit olahraga.

Cabang olahraga Non-olimpiade juga membela diri bahwa walaupun tidak dipertandingkan di Olimpiade namun keanggotaan mereka secara Internasional sudah diakui. Bahkan, mereka difasilitasi untuk ikut pertandingan bertaraf internasional seperti Asian Beach Games maupun Kejuaraan Bela Diri Internasional. ”Oleh karena itu kita membutuhkan pola yang tepat untuk memfasilitasi ini” jelas Djoko merespon pembelaan itu.

Selain itu menurut pengamat olahraga Fritz Simanjuntak, KONI harus membenahi keanggotaannya terlebih dahulu.”KONI kesulitan karena anggotanya terlalu banyak. Sehingga bingung mau memfasilitasi yang mana” jelas Fritz.

Persoalan-persoalan ini seharusnya dievaluasi segera sesudah PON XIX berlangsung. Kemenpora dan KONI harus bekerja cepat untuk mewujudkan Pola yang tepat karena sehabis PON Jabar, PON Papua sudah menanti.

Kita berharap agar solusi untuk persoalan ini dapat dicapai sehingga tidak menjadi salah satu sumber masalah di dalam pelaksanaan PON nantinya. Sayang sekali jika PON yang sudah menghabiskan dana yang besar ini dinilai sebagai ajang yang tidak berorientasi jelas untuk menghasilkan atlit yang dapat berprestasi di ajang besar seperti Sea Games, Asian Games maupun Olimpiade.

Maju Terus Olahraga Indonesia !

Salam

Sumber Tulisan : 1. Cabang Olahraga Non Olympic tidak dipertandingkan di PON

                              2. Pemerintah usul cabor PON adalah yang dipertandingkan di Olimpiade

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun