Om Minggus dengan Kegigihannya
Namanya Om Minggus, jujur jika saya perhatikan sepintas dari segi fisik, maka Om Minggus tergolong paling lemah di antara semua peserta pelatihan. Kedua kakinya lemah tergulai. “Sejak lahir, Pak” jawab dia tanpa malu, ketika saya coba bertanya secara pribadi dengannya mengenai kedua kakinya.
Hufft….. Kami salah duga, sebagai instruktur kami akhirnya sangat kagum dengan Om Minggus. Walaupun tidak piawai menggunakan mesin tetap/besar karena dibatasi kekurangan untuk cepat bergerak, tetapi keahlian Om Minggus menggunakan alat tangan bagi kami sudah di atas rata-rata.
Kerapian, kecepatan dan keakuratan menggunakan alat tangan seperti gergaji, siku hingga ketam tangan dan yang lain terlihat dengan jelas. Almost Perfect!
“Dulu saya jual bensin eceran di pinggir jalan, Pak” kata Om Minggus memulai cerita. “Sambil menunggu pembeli, saya mulai belajar menggergaji dan yang lain. Hingga akhirnya dapat membuat kursi dan daun jendela sendiri,” lengkap Om Minggus.
Om Minggus menunjukkan bahwa kegigihan untuk terus berusaha akan mengalahkan kelemahan fisiknya. Selama pelatihan, Om Minggus menjadi salah satu 'idola' saya.
“Ada sesuatu yang sangat kuat di dalam dirinya yang bisa menutup kelemahan dan keterbasan fisiknya,” pikir saya dalam hati terinspirasi dari cerita Om Minggus. Terima kasih Om, sudah hadir di bengkel kami.
Om Nadus dengan Senyumannya
Ternyata kami salah duga. Om Nadus mengajarkan kami sesuatu. “Terpotong karena mesin giling, Pak,” cerita Om Nadus dengan senyuman khasnya. Lelaki tanpa telapak tangan kanan itu selama dua bulan pelatihan di tempat kami tidak pernah terlihat tidak tersenyum. Dia memaksa kami selalu tersenyum selama kami melatih dan mengajar. Tambahan bibir yang setiap hari memerah dengan sirih pinang membuat Om Nadus terlihat sangat menghibur. Haha. Snack tradisional di Kupang yang dia pilih untuk memaniskan mulutnya daripada harus membeli rokok bukan tanpa alasan. "Ini murah dan sehat," kata Om Nadus cerdas.