Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sandiaga Uno dan Sesuatu di Dalam Celana

26 Agustus 2016   20:31 Diperbarui: 26 Agustus 2016   20:41 3085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu masuk SMP , saya mendapat  seragam lengkap dari Sekolah dimana saya diterima. Baju seragamnya terasa pas, tapi beda jauh dari celana yang saya terima. Celana pendek biru itu kependekan. Saking pendeknya, beberapa teman mengira  saya memakai celana renang berbahan kain katun berwarna biru ke sekolah. Malu hati saya mengingat pengalaman itu.

Beberapa teman lain malahan memohon orangtuanya untuk menjahitkan celana baru yang lebih proporsional. Sedangkan saya berusaha menikmati celana tersebut, karena sepanjang bisa dipakai takkan mungkin dijahitkan yang  baru oleh orang tua saya.

Celana ini beberapa saat menjadi bahan olokan, hingga para pengolok akhirnya bosan. Bosan karena paha kurus saya yang terlihat hampir utuh karena celana pendek itu mulai tidak menarik lagi. Syukurlah. Haha.

Saya terhibur  bukan karena mulainya hilangnya olokan itu, tetapi karena motivasi dari Rizal, teman saya di kelas. Laki-laki bugis kecil  ini celananya tidak pendek tetapi ada tanda setrika hitam di bagian pantat celana. Katanya, Bibinya yang lupa mengangkat setrika arang punyanya di rumah, tetapi saya yakin dia sendiri yang melakukannya makanya tidak dibelikan yang baru. 

Berulang kali dibully karena celana bekas setrikaan itu, dia berhasil menutup mulut haters dengan permen yang dikeluarkan dari celana “cacatnya” itu untuk diberikan ke seantero kelas. Wuihh...

Mengenai keberhasilannya menghalau haters, Saya ingat kata bangganya, “ Ah, lu tausah peduli dengan celana pung model, yang penting apa yang di dalam celana itu” kata Rizal dengan bahasa Kupang  tapi dengan logat bugis yang kental. ("Pung" artinya punya-Bhs.Kupang).

Tentu maksud di dalam celana adalah banyaknya permen yang disimpannya di saku celana. Hebat.

Melihat dinamika mendekatnya pilgub DKI Jakarta 2017 muncul nama Sandiaga Uno yang semakin mengerucut menjadi lawan paling “kelihatan”  dari Ahok nantinya setelah Risma tidak mau maju sebagai Cagub DKI Jakarta.

Sorotan masyarakat dan media akan terang benderang ke arah Sandiaga Uno. Pilihannya untuk mau dicalonkan oleh Gerindra terkadang menjadi balutan yang agak “cacat” untuk dilihat. Hal ini dikarenakan melihat gerak-gerik Gerindra yang terkesan “buruk” di tingkat DPRD DKI dengan tertangkapnya kader mereka karena disangkakan Korupsi.

“Celana” yang dipakai Sandiaga Uno pun terkesan kependekkan. Sampai saat ini Sandiaga masih jelas didukung hanya oleh Gerindra. Dukungan terbaru DPW PKB DKI  tidak serta merta membuat “Celana” itu bertambah elok untuk dilihat.

Tetapi kembali cerita diatas, bukan masalah “Celana” yang menjadi titik penting dari Sandiaga Uno tetapi apa yang ada di dalam celana itu yang perlu menjadi perhatian.

Menurut saya isi di dalam celana Sandiaga jelas berukuran besar. Sandiaga seorang pengusaha. Hingga saat ini saja kekayaan Sandiaga diperkirakan mencapai 795 Juta Dollar.

Lebih daripada itu kualitas isi dalam celana itu high quality,  Sandiaga lulus Summa Cum laude dari Universitas di Amerika Serikat. Kerja keras dan kepintarannya membuat Sandiaga berisi dan tahan lama di tengah krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia.

Pengalaman pernah dipecat atau diPHK dari pekerjaan membuat Sandiaga semakin kuat dan istimewanya pria berumur 47 tahun ini bukan dimodali karena kekayaan orang tuanya. Pure kepintaran dan kerja kerasnya. Salut.

Dengan kekayaan besar ini, maka Sandiaga akan lebih mudah mengeluarkan bermacam-macam pilihan dari dalam celananya. Bukan saja Permen seperti yang dilakukan oleh Rizal teman saya.

Tetapi cerita mengenai Rizal teman saya tidak sampai disitu saja, suatu saat Rizal tidak “ramah” lagi. Terlalu banyak permintaan permen dan semakin banyak permen yang dimodali orangtuanya membuat Rizal jadinya Ngebossy-bertindak boss di kelas bahkan di seantero sekolah.  Rizal bukan teman yang asyik lagi seperti dulu. Hikss.

Di tengah kehilangan Rizal sebagai teman, akhirnya muncullah Rano yang menjadi teman baik saya. Rano tidak punya sesuatu semenarik dan sebanyak Rizal di dalam celananya. Tetapi Rano tidak segan-segan mengeluarkan permen dan kepingan uang logamnya yang terbatas untuk saya atau teman yang memerlukan walaupun akhirnya dia tidak mempunyai apa-apa lagi. “Tidak perlu seberapa banyak yang kita punyai di dalam celana tetapi seberapa kita mau tulus untuk memberi” begitu gambaran saya tentang apa yang telah dilakukan Rano.

Sekarang, masyarakat Jakarta akan disuguhkan akan gambaran pertarungan profil Cagub dan Partai pengusung. Pemandangan ini terlihat seperti melihat sebuah celana dengan warna dan bentuk yang berbeda, tetapi seringkali lupa tentang apa yang ada di dalam celana tersebut.

Jikalau pada akhirnya yang di dalam celana itu kelihatan, janganlah cepat puas karena waktu akan membuktikan bahwa yang di dalam celana juga tidaklah cukup. Ada unsur-unsur penting lain yang terus akan diuji oleh waktu.

Apabila beruntung, maka masyarakat DKI akan mendapatkan paket lengkap, Celana, isinya dan ketulusannya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun