Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dari Kupang ke Jakarta dengan Rasa Kompasiana

21 Agustus 2016   09:13 Diperbarui: 21 Agustus 2016   09:30 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Firefox Room di Kompas (Sbr gbr : arnold)

“Mas, dimana? Tanya mas Boy. “Di pintu karyawan, sama satpam” begitu jawab saya melalui sms kepada mas Boy seorang moderator Kompasiana yang  dihubungi Mas Nurul untuk menjamu menemani saya yang lagi bertandang ke Kompas Gramedia, Sabtu kemarin.

Akhirnya saya dan mas Boy  bertemu setelah dipisahkan waktu beberapa menit. Tepat 11.00 WIB.  Saya dan mas Boy sebenarnya dipertemukan oleh mas Nurul melalui sms. Sesudah bersalaman hangat, mas Boy langsung bertanya “ Sudah makan?”. Saya sih sebenarnya sudah ada mode on dengan jawaban kata “Belum” apabila ditanya soal makan, tetapi karena sedikit gugup dan dengan maksud pencitraan di awal pertemuan, saya lalu menjawab “ Sudah, tadi pagi”. “Ah yang benar?” tanya mas Boy, “Benar sih” jawab saya pasrah. Ah, lupakanlah soal makan. Karena saya bukan di rumah makan tapi Kompasiana bro....nanti jadi gagal Fokus nantinya. Hmm..kantin Kompas sebenarnya juga tutup hari Sabtu, info penting ini sebenarnya sudah saya dapatkan dari Satpam. 

Nah, sepertinya Mas Boy bukan saja terkejut karena saya sudah makan, tetapi juga terkejut kenapa saya langsung diarahkan ke pintu karyawan tanpa melalui lobi oleh si satpam. “Dia belum tahu yaa...” kata saya dalam hati. Aroma Kompasianer Kupang itu baunya menyengat, baru turun aja dari Go jek, Satpam sudah pada tahu ini pasti orang Kompasiana asli daerah yang jauh alias utusan daerah, makanya diarahkanlah lewat belakang...Hahaha.

Tetapi jika mau jujur sebenarnya bukan karena itu, tetapi karena Weekend makanya Lobi ditutup. Jadi walaupun anda tamu, anda akan diarahkan ke belakang karena di depan tidak ada nona-nona manis di meja resepsionis yang akan menyapa anda “ Selamat datang, Selamat pagi, selamat siang dan selamat malam”. 

Yang akan ada hanya Satpam “manis”  di belakang yang akan langsung bertanya “Ada perlu apa pak?”. Nah, setelah tarik napas panjang, saya jawab “ Saya temannya mas Nurul” sambil berharap satpam  ini mengenal admin sohor ini. Haha.  “Oh...saya baru ke atas, tapi Kompasiananya ditutup mas” jawab Satpam jujur tapi di telinga saya terdengar menjadi sekilas awan kelabu.  “Oh..kalo gitu coba saya hubungi mas Nurul ya” jawab saya cepat, secepat menutupi rasa was was saya sebelum saya kemungkinan diusir pulang dengan cara medium. Cara medium itu tidak kasar tapi juga tidak halus, Indonesia banget. Haha.

Singkat cerita, saya akhirnya bertemu Mas Boy. Kami lalu masuk lewat pintu belakang tetapi dengan nuansa pintu depan. Saya diharuskan menitipkan KTP untuk ditukarkan dengan Visitor name tag. Pintu gedung hanya akan terbuka dan tertutup dengan sendirinya oleh sensor ID karyawan, Kompasianer “asing” seperti saya hanya mempunyai hak follow. Maksudnya ikut menempel kemana karyawan yang sah itu membawa. Beruntung saya bawa KTP, tetapi tenang saja kalo perlu dompetpun saya rela titipkan asal bisa ke ruangan Kompasiana lho.Hihii..

tabloid-bola-gede-57b88d4c3b7b6129233e3e2b.jpg
tabloid-bola-gede-57b88d4c3b7b6129233e3e2b.jpg
Nah ruangan Kompasiana itu terletak di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat Lantai 6. Nah, saya aja udah takjub ketika masuk di lantai 1. Di situ ada jejeran foto Edisi Tabloid Bola dan Foto-foto terpilih karya Fotografer Bola. Dulu semasa SMA saya rajin sekali mengoleksi Tabloid ini, eh..sekarang saya masuk ke tempat lahirnya. Senang sekali. “Mas Boy, tolong dong..dijepret...” mohon saya. “Oh..boleh..”jawab mas Boy ramah. 5 sampai dengan 6 jepretan sudah cukup untuk memuaskan saya di lantai 1.

Sesudah itu kami beranjak naik ke lantai 6 dengan menggunakan lift. Tetapi sebelumnya harus menunggu sebentar karena Lift masih dibersihkan. Kami sih katanya diarahkan untuk naik lewat tangga. Tetapi berhubung satu dan lain hal, kita memilih untuk sabar menunggu sampai selesai. Apa pasal, walaupun lantai satu ke lantai enam itu sebenarnya tidak jauh, tapi saya pikir itu “amat Jauhh...”. Hmm..

Sampailah kami ke lantai 6. “Sebenarnya Kompasianer tidak boleh masuk ke dalam mas” kata mas Boy merujuk kepada ruangan berwarni warni dengan tulisan Show Your True Color di pintunya itu.  “Tetapi jika mau berkenalan dengan admin yang lain, sekedar tegur sapa, boleh..” lanjut mas Boy. Senyum saya kembali terurai mendengar kalimat yang kedua. 

Ruangan dimana Kompasiana berada (sbr gbr : Arnold)
Ruangan dimana Kompasiana berada (sbr gbr : Arnold)
Nah, kitapun masuk ke dalam. Dengan senyuman merekah dan ketulusan memberikan jemari untuk berjabat menjadi modal saya untuk masuk ke dalam. “Saya Imaz dan Saya Yudha..” begitu perkenalan singkat saya dengan admin Kompasiana lainya yang sedang bertugas. Lalu mereka kembali duduk untuk melanjutkan pekerjaan.

“Nah ini, tempat duduknya mas Nurul” kata mas Boy merujuk kepada meja numero uno di barisan paling depan.  “Nah, tolong difoto dong saya dengan meja penggagas Kopdar pertama Kompasianer Kupang ini” kata saya antusias. Hal ini akan menjadi salah satu bukti sahih bahwa saya telah masuk ruang dimana Kompasiana berada.Haha

Ruangan dimana setiap tulisan Kompasianer itu diterima, diterawang dan dipilah pilih itu berukuran cukup luas. Puluhan kursi berjejer rapi di dua sisi lengkap dengan meja dan partisi pembatasnya. Warna oranye, hijau, pink dan biru membuat ruangan itu terasa lebih “hidup”. Beberapa kata motivasi tertulis dengan rapi di beberapa sisi dinding. Menarik.

Show your True Color (Sbr gbr : Arnold)
Show your True Color (Sbr gbr : Arnold)
Sesudah itu, sebelum keluar  ruangan  tersebut saya diperlihatkan sebuah ruangan tunggal. “Ini ruangan kang Pepih...” kata mas Boy.”Saya boleh berfoto di depannya?” kata saya. “Hmm...kelihatannya tidak boleh” kata mas Boy cepat. Haha. Saya paham kok.

Saya tidak langsung pulang, saya masih diajak berbincang cukup panjang dengan mas Boy mengenai  Flores (pengalamannya meliput acara Kemaritiman di Larantuka). Ngobrol kami di ruangan lobi lantai 6 itu diakhiri dengan berfoto bersama mba imaz dan mas Yudha sebelum berpamitan pulang. “Kapan-kapan kesini lagi mas” pesan mas Yudha ramah mengiringi saya beranjak pulang .

Data ruangan yang menempati lantai 6 (sbr gbr :Arnold)
Data ruangan yang menempati lantai 6 (sbr gbr :Arnold)
Selain ruangan dimana Kompasiana berada, ada beberapa ruangan  lain di luar. Ada beberapa ruang rapat di luar dan juga ruang diskusi. Penamaan ruangan di berikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan internet dan komputer. Pentium, Symbian, bandwith dan Firefox menjadi nama yang diberikan untuk beberapa ruang rapat. Mungkin harapannya agar kualitas rapat setara dengan kualitas teknologi dan kecepatan rapat juga jangan terlalu lama. Hihi.

Nah di sisi lain, ada juga ruangan yang bisa digunakan untuk kegiatan komunitas. Gratis. "Pak Tjipta adalah salah satu yang menggunakan ruangan ini untuk kegiatan mas" info dari mas Boy. "Jadi, kalau Komunitas Flobamora mau buat kegiatan di Jakarta, udah ada ruangannya" pikir saya dalam hati. Mimpi kali yee..Haha.

Firefox Room di Kompas (Sbr gbr : arnold)
Firefox Room di Kompas (Sbr gbr : arnold)
Sesudah merasa cukup berfoto dan berbincang, akhirnya saya diantar mas Boy keluar ruangan, dan diantar ke lantai dasar.  Selesai sudah tur singkat Kompasianer Kupang ini ke Kompasiana. Berkesan.

Dalam perjalanan pulang ke penginapan dengan Gojek, saya melamunkan pandang setinggi gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Menemukan diri berpijak di tempat dimana saya tidak pernah membayangkannya, ini akan menjadi cerita dan pengalaman tersendiri yang tidak akan terlupakan, orang Kupang yang berkunjung di Jakarta ke Kompasiana pula.

“Enjoy Jakarta..” begitu kata mas Nurul ketika saya kabari sedang berada di Jakarta minggu lalu. Walaupun sibuk karena menunaikan tugas negara dengan mengikuti pelatihan di Jakarta, namun maksud mas Nurul mengatakan  “Menikmati Jakarta”  memang akhirnya kesampaian dan terasa nikmat karena adanya “rasa” Kompasiana di dalamnya.

Pengalaman diajak Ngebuzzer (Siaran Pers Jazz Gunung  Bromo 2016), lalu diundang Nangkring BPNB hingga dijamu di “markas besar” Kompasiana membuat kunjungan kali ini menjadi terspesial selama hidup saya.

Menengok ke belakang, saya pikir, jika bukan karena Kompasiana maka semua ini tidak mungkin akan terjadi. Hal ini semakin memotivasi saya untuk lebih rajin dan produktif menulis di media warga ini, apalagi (sedikit sombong..haha) dengan status Kompasianer Flobamora pertama yang pernah berkunjung ke Kompasiana maka memang saya seharusnya lebih konsisten dan produktif untuk menulis. Hahaha.

“Jikalau mau datang lagi, kabarilah jauh hari..biar kita bisa keliling lebih lama di Kompas Gramedia dan juga ngopi bareng ” begitu bunyi WA mas Nurul bersahabat seperti biasanya. “Siap mas” balas saya.

Akhirnya terimakasih Mas Nurul Cs, terimakasih Kompasiana yang telah membuat kunjungan dari Kupang ke Jakarta kali ini kental dengan “rasa” Kompasiana.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun