“Negaraku tidak mengirim aku sejauh 5000 mil ke Mexico City untuk memulai perlombaan. Mereka mengirimkan aku untuk menyelesaikannya”. John Stephen Akhwari.
Kutipan di atas adalah kutipan dari sebuah kisah inspiratif yang terjadi di Olimpiade 1968 di Mexico City. Pelari berkebangsaan Tanzania bernama John Akhwari mengegerkan seisi stadion. Atlit Marathon ini berlari memasuki Stadion ketika perlombaan sudah berakhir lebih dari satu jam.
Walaupun hanya menjadi pelari terakhir yang sanggup menyelesaikan perlombaan Marathon berjarak 42 Km. Catatan waktu itu, 11 pelari memilih untuk berhenti daripada berjuang menyelesaikannya. (sumber : John Akhwari Wiki).
Walaupun tertatih-tatih, Akhwari berhasil mencapai garis finish. Ketika diwawancarai wartawan mengapa terus berlari, Akhwari mengatakan “Negaraku tidak mengirim aku sejauh 5000 mil ke Mexico City untuk memulai perlombaan. Mereka mengirimkan aku untuk menyelesaikannya”.
Semangat seperti inilah yang seharusnya menjadi tekad dari semua atlit olahraga jikalau mau berhasil. Jiwa patriotisme yang begitu tinggi membuat seorang atlit sanggup mati untuk negaranya.
Copa America 2016 menganugerahi Alexis Sanchez sebagai pemain terbaik. Sukacita akan gelar ini seperti tertutup awan kelam kekalahan Argentina dan mundurnya Lionel Messi dari pertandingan Internasional yang melibatkan Argentina.
Penghargaan ini terasa formal jika acuannya adalah statistik yang ditorehan oleh Sanchez di Copa America 2016. Dengan mencetak dua gol dan tiga assist , memang Sanchez menjadi tulang punggung keberhasilan Chile meraih gelar Copa America 2016.
Tetapi jika dilihat dari perjuangannya di partai final dan apa yang dia bagikan melalui twitter sesudah gelaran final, maka kita memang patut mengapresiasi lebih pemain asal klub Inggris, Arsenal ini.
Ketika pertandingan final berlangsung, baru genap 5 menit, Sanchez sudah terkapar. Pendukung Argentina bergumam mengira Sanchez berpura-pura. Tetapi yang pernah menonton Sanchez bermain, pemain ini bukan tipe peminta-minta penalty dari kepura-puraan, dia seorang pekerja keras.
Sesudah pulih, Sanchez sanggup melanjutkan pertandingan. Terus menahan rasa sakit, akhirnya Sanchez mampu menyelesaikan 90 menit. Tetapi di perpanjangan waktu, Sanchez sudah tidak kuat.
Apa yang dialami Sanchez? Dari akun twitternya, Sanchez membagi foto dari cederanya. Ternyata, salah satu pergelangan kakinya patah. Ini semakin memburuk karena waktu pertandingan final kemarin, Sanchez memaksakan meneruskan pertandingan walaupun dia sadar bahwa itu akan berakibat buruk. Luar biasa kan?
Pesan Sanchez sebenarnya sederhana, tetapi berarti besar untuk menjadi inspirasi hidup. Seperti Akwari, Sanchez seperti ingin mengatakan bahwa dia dikirim oleh negaranya ke Copa America untuk menyelesaikan hingga selesai bukan gampang untuk menangis atau mundur. Jangan pernah mudah untuk menyerah.
Jika kita ingat dari tayangan Kompas TV kemarin, sebelum menerima penghargaan, Sanchez terlihat kurang ceria. Sanchez sedang menahan sakitnya.
Alexis Sanchez memang pantas mendapat gelar pemain terbaik. Cepat sembuh Sanchez. Salut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H