Sergio Romero /Copa America 2016.
Penjaga gawang berusia 29 tahun ini boleh jadi cadangan “abadi” David de Gea di Manchester United. Namun performa Sergio Romero di Copa America kali ini bisa diacungi jempol.
Bukti bahwa Argentina hanya kebobolan 2 gol sejak fase grup hingga menjejak final tentu saja bukan kontribusi mutlak seorang Sergio Romero semata, namun tidak dapat dipungkiri bahwa peran Sergio Romero menahan gempuran sengit Alexis Sanchez Cs di fase grup dan menahan tendangan 12 pas pemain Venezuela di perempat final seakan menegaskan bahwa Sergio memang menjadi tembok kokoh Argentina di bawah mistar gawang Argentina.
Artinya jika di final nanti Chile kembali menantang duel di babak adu penalti melawan Argentina, Sergio 2016 yang ini sudah akan sangat siap mungkin sesiap Sergio 1993.
2. Pemain bernomer punggung 9 dan 10 yang berasal dari Liga yang sama.
Gabriel Batistuta (Fiorentina/Italia) dan Diego Simeone (Sevilla/Spanyol)/ Copa America 1993
Batistuta dan Simeone menjadi tulang punggung Argentina pada Copa America 1993. Dari “hanya” 3 gol yang dicetak di fase grup, Batigol dan Simeone mencetak 2 gol, 1 gol dicetak bek tengah mereka Oscar Ruggeri.
Setelah nihil mencetak gol di babak perempat final dan semifinal, duet ini menjadi aktor penting di partai final. Dukungan penuh Simeone dari lini tengah membuat Batistuta mencetak 2 gol kemenangan Argentina atas Mexico.
Pada saat itu, Batigol memang sudah moncer di Fiorentina, Batigol menghabiskan musim dengan menjadi pemuncak Marcatori di klub dengan 16 gol. Di lain pihak, Simeone yang pada waktu itu berusia 23 tahun sudah menjadi tulang punggung di Sevilla. Bersama Davor Suker dan Diego Maradona yang sedang berada di penghujung karirnya, Sevilla berhasil dibawa Simeone dkk meraih peringkat ke-7 di akhir musim.