Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Belajar Mencintai Kembali Walaupun Berbeda dari Amerika Serikat dan Kuba

20 Juli 2015   20:16 Diperbarui: 20 Juli 2015   21:06 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="As-Kuba kembali saling mencintai (sbrgbr:pel)"][/caption]

Setelah akhir tahun lalu tanda-tanda rujuk terlihat dengan menghangatnya perang dingin dengan kesepakatan untuk mengakhiri maka pada hari ini kedua Negara sudah kembali saling “mencintai” dengan berani masuk ke rumah masing-masing dengan dibukanya kedutaan besar di ibukota Negara masing-masing, Havana dan Washington.

Proses normalisasi ini bisa dibilang cepat walaupun tidaklah mudah. Langkah-langkah penting diambil termasuk dengan dihapusnya Kuba dari daftar Negara penyokong teroris yang dibuat oleh Amerika Serikat. Dengan demikian maka setelah 54 tahun atau tepatnya sejak 1961 kedua Negara akhirnya berdamai kembali.

Tentu ini angin segar bagi dunia internasional, di tengah dunia yang dipenuhi dengan pertikaian yang mengancam kehidupan kemanusiaan maka langkah ini adalah langkah berani dan tegas yang diambil oleh kedua negara mengingat telah sekian lama mengakarnya kebencian antara kedua Negara.

Ada beberapa catatan penting yang bisa diambil yang bisa kita pelajari menjadi faktor berdamainya kedua Negara. Pertama, kemauan untuk duduk bersama dan berdialog. Amerika dan Kuba melakukan dialog dengan saling mengunjungi di akhir tahun lalu, Amerika berkunjung terlebih dahulu ke Havana dan sesudah itu pemerintah Kuba ke Washington.

Kedua, kemauan untuk melupakan hal-hal yang telah terjadi di masa lampau. Amerika Serikat bersedia untuk menghapus Kuba dari daftar negara penyokong teroris. Kuba malahan diperhadapkan kepada hal yang lebih berat dengan berusaha melupakan Amerika Serikat yang menyokong 1.200 orang asli Kuba untuk menyerang negaranya sendiri di tahun 1961, yang dikenal dengan invasi teluk Babi.

Ketiga, kemauan untuk melihat dan melangkah ke depan. Kuba melihat bahwa kesepakatan ini baik bagi kemanusiaan dan bagi kemajuan bangsa mereka. Kerjasama dengan Amerika akan menggerakan perekonomian mereka yang tentunya akan berdampak kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia mereka. Amerika Serikat sendiri menyadari bahwa kebijakannya terhadap Kuba selama ini tidak memberikan perubahan apa-apa.

Catatan yang tak kalah penting adalah bagaiman sistim kenegaraann mereka yang berbeda. Tidak ada kesepakatan tentang akan bergeraknya Kuba dari Sosialis, Kuba juga menyatakan bahwa tidak aka nada intervensi besar terhadap pattern kebijaksanaan politik mereka.

Kuba dan Amerika ingin menunjukkan kepada dunia bahwa perdamaian baca: mencintai) itu dapat terjadi walaupun berbeda.

Saya pikir beberapa poin dari contoh ini yang harus terus digalakkan di kehidupan kerjasama internasional dan tentu saja dapat dipraktekkan dalak kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Apa aplikasinya bisa kita pikirkan dan lakukan dalam kehidupan kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun