Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wilfrida Soik, dan Sikap Kita tentang Fenomena Pembantu “Bangun Lari” dari Rumah

23 Januari 2014   13:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di sebuah sudut tempat perteduhan dari hujan yang sedang asyik – asyiknya mengguyur kota kupang, saya terlibat obrolan singkat dengan seorang bapak yang lagi asyik membaca berita tentang “mungkin” terselamatkannya Wilfrida Soik dari tiang gantungan (sp,21 jan 2014), ini komentar sang bapak tentang berita tersebut “ seumur hidup?, sama saja katanya, “ kasian, anak kecil dari kampung, su(dah) dibawa ke luar negeri, bekerja dengan tekanan yang tinggi,pasti sonde (tidak) tahan” katanya, tambahnya lagi “ katong (kita) pung (punya) pembantu yang su (dah) kasi manja setengah mati sa(ja), bangun lari (minggat) ju(ga)”.

Kisah dari perbincangan singkat ini sebenarnya mungkin dialami oleh rumah tangga di kupang yang pernah menggunakan jasa pembantu orang dari “kampung”, awal – awalnya rajin, kelihatan baik dan penurut, tetapi setelah dibelikan HP, waktu disuruh ke pasar, tukar nomor HP dengan ojek lalu sonde kerja malahan sms melulu”, sedihnya beberapa ibu rumah tangga takut untuk memarahi mereka ketika mereka asyik – asyiknya main HP, “wee…kalo dong (mereka) lari, karmana su?”,kadang – kadang juga kalau dimarahin, dimarahin balik, itu kisah beberapa ibu rumah tangga, yang kebetulan adalah sanak saudara.

Memang jadi Persoalan,dan  kadang – kadang kisah mereka mau kerja di Malaysia atau “luar negeri”,menjadi fakta berulang kali alasan mereka untuk berhenti, walaupun sebelumnya dibungkus dengan alasan ada peristiwa kematian saudara mereka di kampung, “pergi dan tak kembali” tambah seorang ibu muda.

Keberhasilan para calo untuk memprovokasi keluarga mereka di kampung itu merupakan suatu keberhasilan besar bagi penyalur tenaga kerja illegal,yang katanya perkepala bisa mencapai lebih dari 5 juta rupiah,cukup besar bagi masyarakat di daerah kampung tentunya, walaupun mungkin pihak keluarga hanya mendapatkan janji muluk, atau ratusan ribu rupiah untuk ucapan terimakasih.

Apa asa dari tulisan ini, mungkin kita, sebagai pengguna tenaga kerja dari kampung yang berada di kota kupang, sedikit kurang melalui waktu kita yang mungkin akan “terbatas” dengan mereka, bisa sedikit merubah mind set mereka sambil memperlakukan mereka dengan lebih baik,kalau pun mereka harus pergi, paling tidak kita pernah mengingatkan mereka tentang bahaya yang mungkin mereka alami, bahwa tidak selalu tawaran bekerja di luar negeri itu baik adanya, dan ada orang – orang yang mengeruk keuntungan dari penderitaan/kepolosan mereka.

Pilihan tetap di tangan mereka, namun perlu disadari bahwa mereka (para PRT) ini mungkin tidak mengenal Wilfrida,mungkin juga mereka tidak tahu berita tentang Wilfrida tetapi mereka bisa jadi Wilfrida berikutnya, mungkin itu lebih mudah (preventif) menyelamatkan "mereka" daripada mempengaruhi majelis hakim di Malaysia.  Salam….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun