Kagum juga dengan Fadli Zon, tokoh muda Gerindra yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Gerindra ini mulai bermanuver politik dengan menggunakan kemahirannya berpuisi, setelah sebelumnya meluncurkan air mata buaya yang bicara tentang penjualan aset Negara kali ini Fadli Zon merilis puisi terbarunya berjudul “Sajak Seekor Ikan”, saya lebih menyukai Judulnya dengan “ikan Merah Kerempeng”, lebih menohok pikirku, Jangan heran kalau Fadli Zon fasih dalam bidang ini, rekam jejaknya sebagai mahasiswa Sastra UI, membuat dia tidak terkenal saja sebagai Intelektual,penulis, politikus tapi juga budayawan, tanpa berlama – lama lagi, saya akan mencoba mengartikan puisi Fadly Zon ini (sbr:detik.com) tentu dengan versi lurus alias orang awam (harap maklum) :
Sajak Seekor Ikan
Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah
Kerempeng dan lincah
Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja
Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai
bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas
Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera
Seekor ikan di akuarium, akuarium ini bukan habitat asli, tapi tentu sempit, ini merujuk ke kota Solo,
Tetangga sebelah lebih mengarah ke PDIP/Gerindra?, Merah pasti PDIP, kerempeng dan lincah mengarah ke fisik Jokowi, Berenang menari menyusuri taman indah dan asri menyindir kebiasaan Jokowi blusukan?, Menggoda dari balik kaca menarik perhatian siapa saja ini mengarah ke pencitraan, Seekor ikan di akuarium mengarah ke Jokowi lagi,? melompat ke sungai bergumul di air deras terbawa ke laut lepas artinya Jokowi yang sekarang menjadi Capres, Bertemu ikan hiu, paus dan gurita berarti bertemu capres partai lain yang lebih kaya dan "sangar", menjadi santapan ringan penguasa samudera berarti mengarah ke kekalahan.
Puisi ini berbentuk satire, Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang.[1]Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.(Wikipedia), kebetulan waktu SD saya kelihatannya tidak pernah diajar membuat puisi jenis ini, paling banyak tentang alam,hehehe.
Ssecara singkat puisi ini memang menyindir Jokowi dari asal usul sampai situasinya sekarang ,namun tentu terlihat juga beberapa hal yang menyindir PDI – P dalam urusan jual beli dan tetangga, Fadli mungkin berharap agar Jokowi tahu diri, bukan dari asalnya saja tapi dari kemampuan dia untuk bersaing dengan Capres lain nanti, akhirnya walaupun "menggelikan" juga membaca puisi ini,saya akui Fadly Zon politisi kreatif..tapi rasa – rasanya tidak akan ada gunanya menahan laju Jokowi sebagai presiden nanti. (enaknya menikmati makan siang sambil menyusun puisi tandingan..gagal melulu..hehhehe)...Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H