[caption id="" align="aligncenter" width="670" caption="Fahry Hamzah blunder bela Prabowo soal Soeharto (Sbrgbr:merdeka)"][/caption]
1 jam yang lalu saya menonton prime time news Metro Tv dengan tema yang tertulis di bagian bawah pesawat televisi : Menjual Soeharto di kampanye pilpres, ya tentu saja membahas tentang janji Capres Prabowo Subianto untuk menjadikan Soeharto sebagai pahlawan Nasional.
Dialog ini menyajikan 3 narasumber, Adian Napitapulu dari Timses Jokowi – Jk dan Fachry HAmzah dari Timses Prabowo, serta Sejarawan Bpk. Awi, Adian Napitupulu merespons janji Prabowo ini dengan mereview kembali perjalanan Soeharto sebagai presiden dan bagaimana Soeharto harus dijatuhkan sebagai presiden oleh rakyat, “apabila Soeharto dianggap sebagai Pahlawan, maka jelas saya dan Fahry adalah penjahat”.
Fahry Hamzah awalnya menanggapi dengan tenang, “ini kan sebuah proses, dulu Soekarno saja juga didemo sekarang juga menjadi pahlawan nasional”, nah sampai disini diskusi bertambah panas karena Adian memotong pembicaraan Fahry mengenai ketidaksetujuannya membandingkan Soekarno dan Soeharto, bagi Adian Soekarno dengan segala kelemahannya adalah seorang proklamator, presiden boleh berganti namun Proklamator tetap satu, sedangkan fahry mengatakan janganlah terlalu mentuhankan Soekarno.
Soal janji, Fahry mengatakan bahwa pihak Prabowo memahami dengan jelas proses menjadikan seseorang menjadi pahlawan itu melalui berbagai tahap dan bagi dirinya jikalau Prabowo menjanjikan sesuatu itu sah – sah saja, Adian yang sekali lagi memotong dengan menatakan bahwa artinya Prabowo tidak memahami tahap – tahap itu ditanggapi dengan mengatakan bahwa Prabowo sah – sah saja berjani sebagai capres, daripada Mega yang jadi presiden tidak ngapa – ngapain, “ini sudah emosional ini” sambung Adian.
Fahry terus tertekan karena mengatakan pada awal bahwa pernyataan Prabowo ini tidak berbau politis, namun sejarawan mengatakan bahwa kontroversi pengusulan dan penolakan itu pasti politis, sedangkan Adian mengatakan “saya bingung berbahasa Indonesia seperti apa untuk mengatakan bahwa ini jelas – jelas politis”.
Fahry menandaskan dan diamini oleh sejarawan bahwa akan ada rekonsiliasi sebelum proses pengusulan dan penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional, rekonsiliasi menjadi babak akhir dari perdebatan ini, sampai disini Fahry dipaksa untuk diam karena jelas sekali, sejarawan mengatakan bahwa dalam masa SBY rekonsiliasi ini seperti dipendam dalam – dalam, Adian mengatakan “ untuk beberapa hal bisa dikompromi namun soal Soeharto tidak bisa dikompromi, akan berkumpul sekitar 1000 aktivis 98 untuk membahas khusus hal ini”.
Akhir perdebatan seperti itu, namun kalau melihat keseruan perdebatan ini maka Adian kali ini kelihatan lebih sabar dan kelihatan lebih berhemat amunisi, Fahry sendiri sebagai sesame aktivis juga lihai menggunakan kekuatan emosinya dan tarikan nada tingginya untuk menetralisir Adian yang terkenal memiliki gaya yang sama, mungkin sesame aktivis 98 harus saling menghormati..hehehe.
Mengenai poin perdebatan, jelas ini adalah sebuah jualan dari Prabowo – Hatta saja, apakah ini jelas akan mengundang simpati pemilih, saya pikir iya, namun jumlah antipati terhadap pernyataan ini jumlahnya sepertinya berkali lipat banyaknya, sekali lagi blunder…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H