Kegelisahan muncul. Pikiran yang dirombak semakin terombang-ambingkan.
Adakah makna di balik semua ini? Ataukah memang proses merupakan makna?
Mereka menempuh pendidikan untuk ijazah (bukan ilmu?). Namun bukan ijazahlah yang dituju.
Ijazah dipakai untuk mencari pekerjaan bergengsi. Namun bukan pekerjaanlah yang dituju.
Pekerjaan digunakan untuk mendapatkan uang. Namun bukan uanglah yang dituju.
Uang itu terpakai untuk membeli makanan. Namun semua tetap saja tidak berhenti pada makanan.
Makanan digunakan untuk hidup. Namun apa arti hidup itu bila pada ujungnya kematianlah yang menanti?
Apakah kematian merupakan tujuan hidup akhir Sang Penjaring Angin?
Seperti biji yang harus mati dahulu baru menghasilkan buah yang berlimpah. Begitu pun di balik kematian ada harapan akan kehidupan.
Mungkinkah ada kehidupan abadi yang bahagia setelah kematian? Ataukah itu hanya dongeng penenang bagi Sang Penjaring Angin yang tak berdaya di depan Sang Kebenaran?
Satu hal saja yang disyukuri dan diimani Sang Penjaring Angin.