Tapi tidak masalah, kata mereka kan mati satu tumbuh seribu. Masih banyak kok sasaran pelarianku, mereka yang juga lari dari kenyataan duniawi yang katanya begitu kejam. Aku jadikan mereka pelarian, begitu pun mereka jadikan aku pelarian. Tapi ujung-ujungnya siapa yang mengemis cinta padaku? Ya tentu saja mereka. Hahaha.
Tidak tahukah mereka? Di hisapan pertama jiwa paru-paru sudah mulai meringis. Hisapan-hisapan berikutnya mereka mulai menjerit-jerit ingin memberontak, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Ya jelaslah, jiwaku kan jauh lebih hebat dari jiwa si paru-paru. Si paru-paru mulai tergerogoti seiring si manusia semakin mencintai aku.
Tidak tahukah manusia bahwa si paru-paru lebih tulus mencintai mereka dibandingkan aku? Paru-paru memberikan mereka nafas kehidupan tanpa perlu balasan cinta, sedangkan aku hanya ingin membunuh mereka. Hahaha. Begitu memukaunya pesonaku. Tiap hisapan mereka menunjukkan bukti cintanya kepadaku, layaknya cinta Adam terhadap Hawa sehingga ia memakan apel terlarang itu. Malah ada pula yang galau karena aku. Ingin melepas tapi belum bisa. Hahaha. Semempesona itukah aku sampai-sampai bisa digalauin?
Kalau diibaratkan lagu seperti “Cinta ini Membunuhku” nya D’Massiv. Semakin mencintaiku, semakin tergerogoti hidup mereka. Tapi kawan, anak-anak reggaelah yang benar-benar aku cinta. Bagaimana tidak? Mereka selalu mengkonsumsiku bersama sahabatku si jiwa kopi hitam di setiap alunan reggaenya. Ya, aku begitu mencintai mereka, bahkan ada lagu “Marijuana” khusus untukku. Aku begitu dibuat terbang melayang oleh mereka. Aku tidak bisa menyebut mereka bodoh kawan, karena aku benar-benar mencintai gaya hidup mereka. Santai menjalani hidup dan perdamaian di muka bumi. Ah begitu indahnya. Layaknya Slankers yang selalu mengucapkan “Peace!”.
Baiklah kawan, kalau kau penasaran kau dapat mencoba nasib denganku. Aku akan setia menunggumu di sini. Hahaha.
The last word from Rekke: “Manusia rela mati demi cinta palsunya, aku Rekke Si Rokok dan asapku”.
Penulis termasuk tipe orang yang galau karena rokok, tapi setuju bila perusahaan rokok ditutup. Memang sih bakal ada banyak pengangguran (terutama di Kudus), tapi biarlah para politisi yang memikirkannya. Penulis hanya bisa sedikit membantu dengan mencoba mengekspresikan dirinya. Hahaha.
*”komen” lebih berarti dibandingkan “like”. Hehe. Terima kasih dan GBU ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H