Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bingkai Politik - Ekonomi - Sosial - Teknologi Bukan Sekadar Legacy atau Mimpi

24 April 2024   14:51 Diperbarui: 25 April 2024   11:04 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peraga-3 : Tren Inflasi di US - sumber : FRED US

Peraga-4 : Nilai Tukar Mata Uang USD terhadap Mata Uang lain - source : FRED
Peraga-4 : Nilai Tukar Mata Uang USD terhadap Mata Uang lain - source : FRED

Sumber informasi : FRED US

Kenaikan inflasi pasca Pandemi 2020 direspon Bank Sentral US (FED) dengan menaikkan suku bunga acuan (FED Fund Effective Rate) yang saat ini berada pada angka 5,33%.

Dengan demikian dana akan mengalir kembali ke US yang memberikan return yang bagus dengan risiko minimum atau bahkan tanpa risiko karena tidak terdampak depresiasi.

Efek tersebut berakibat pada investasi porto folio di Indonesia yang umumnya dalam bentuk Surat Utang Negara dengan imbalan sekitar 6,3% namun berisiko depresiasi.

Kondisi ini ditambah dengan ekspektasi ke depan terhadap perekonomian Indonesia membuat investasi porto folio kabur atau dikenal sebagai fenomena Capital Flight; dikonversikan ke mata uang USD sehingga terjadi permintaan yang besar dan dengan cadangan yang tersedia mengakibatkan nilai tukar IDR terhadap USD mengalami depresiasi alias penurunan. Sesungguhnya sulit menghentikan fenomena Capital Flight ini karena berkaitan dengan kepercayaan terhadap pemerintah. 

Sering disebut bahwa depresiasi akan menguntungkan bagi ekspor tetapi pada sisi lain berimplikasi pada barang impor yang antara lain menyangkut BBM, komoditas seperti beras, gula, terigu, kedelai, serta intermediary goods yang merupakan material pada barang produk manufacturing Indonesia. Dengan demikian secara net maka keuntungan pada ekspor tersebut akan terserap pada impor.

Kondisi global yang juga berpengaruh sebagai dampak konflik regional yang terjadi di Eropa (Rusia vs Ukraina) dan Timur Tengah dengan konflik Israel vs Palestina juga yang terakhir saling serang antara Israel dan Iran.

Situasi geopolitik dan konflik berdampak pada perdagangan global yang sempat naik pasca Pandemi. Dampak pada perdagangan global akan berpengaruh terhadap perdagangan Indonesia terurama ekspor yang masih dominan bergantung pada ekspor minerba dan Crude Palm Oil.

Kondisi global juga berpengaruh pada kondisi regional terutama wilayah Asia yang masih didominasi China dengan berbagai produk yang mendominasi perdagangan.

Sementara pada lingkup negara-negara ASEAN khususnya ASEAN-5 (Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam) Indonesia harus bersaing dengan Vietnam juga Malaysia dan Thailand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun