Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kiat Kemitraan dalam Hadapi Tantangan Global: Pangan Energi Air

13 April 2024   13:15 Diperbarui: 16 April 2024   10:00 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peraga-4: Proyeksi Bauran Energi Indonesia Arnold M

Hadapi Tantangan Global Melalui Kemitraan

Realitas pertambahan jumlah penduduk dan seiring dengan perubahan iklim serta cuaca dengan fenomena EL Nino dan La Nina serta meningkatnya emisi karbon, dunia kini menghadapi tantangan besar pada tiga hal utama yaitu Pangan -- Energi -- Air (PEA atau Food -- Energy -- Water (FEW)) dan PBB telah menginisiasi kewaspadaan untuk penguatan ketahanan PEA dengan kemitraan global mengantisipasi dan mengatasi tantangan ini dengan secara bersamaan menggerakan langkah bersama global yang dikenal sebagai : 17 - Sustainable Development Goals.

Kemitraan bilateral atau kerja sama Government to Government (G2G) akan menjadi pilihan dalam menjawab tantangan dalam mengatasi tantangan Pangan -- Energi -- Air yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi inisiatif besar secara global.

Fokus dalam kemitraan selayaknya mencakup antara lain :

  • rencana dan tahapan serta Langkah jangka panjang berdasarkan skenario;
  • integrasi dan transformasi model penyelenggaraan dan penyediaan Pangan - Energi Air yang berketahanan dan berkelanjutan
  • transformasi pola konsumsi serta peningkatan efisiensi pada Pangan -- Energi - Air
  • strategi pembangunan kota dan rural yang secara wilayah berwawasan rendah karbon
  • mengusung humanity centric yang mengutamakan kesetaraan dan inklusivitas 

Berkaitan dengan Pangan-Energi-Air ini diusung tema Hijau (Green Theme) yang dikaitkan dengan bingkai ESG (Environment -- Social Economy -- Governance); khusus dalam hal energi, maka energi hijau menjadi utama sebagai energi terbarukan yang melibatkan energi matahari (solar energy) dan energi bayu (wind energy); walaupun tersedia beberapa pilihan lain yang layak dieksplorasi dan dieksploitasi untuk mendapatkan manfaatnya. Lingkup tulisan ini akan memberikan perspektif pada lingkup energi dan kemitraan.

Transisi Energi : Energi Terbarukan dan Ketahanan Energi sebagai Faktor Kunci

Langkah kemitraan dalam melakukan transformasi atau transisi energi layak dilakukan dengan mitra yang dapat memberikan nilai tambah dan manfaat. Sebagai negara kepulauan layak untuk memilih Denmark yang juga negara kepulauan sebagai mitra.

Gambaran dan komparasi bauran energi Denmark (Peraga-1) dan Indonesia (Peraga-2) diberikan ini.

Peraga-1: Denmark Energy Mix - Our world in Data
Peraga-1: Denmark Energy Mix - Our world in Data

Peraga-2: Indonesia Energy Mix - Our world in Data
Peraga-2: Indonesia Energy Mix - Our world in Data
Sebagai ringkasan dapat dilihat pada Peraga-3 berikut ini.

Peraga-3: Share of Energy Mix - Arnold M
Peraga-3: Share of Energy Mix - Arnold M
Dengan menggunakan pendekatan Perencanaan Skenario Proyeksi Sumber Energi Indonesia menuju tahun 2045 dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Peraga-4), dan porsi non fosil perlu mencapai 50%.

Peraga-4: Proyeksi Bauran Energi Indonesia Arnold M
Peraga-4: Proyeksi Bauran Energi Indonesia Arnold M
Berdasarkan grafik pada 2045 selayaknya pangsa energi non fosil sudah mencapai 50% sehingga menjadi tantangan besar untuk meningkatkan pangsa dari 10% menjadi 50% dalam waktu 20 tahun. Sementara merujuk data historis sebelumnya bahwa dalam 2 dekade pencapaiannya hanya 10%.

Demi penurunan pangsa energi fosil maka layak lakukan inovasi dengan melihat alternatif yang ada pada Energi Terbarukan (Renewable Energy) seperti pada peraga berikut ini (Peraga-5); sumber atau pilihan Renewable Energy.

Peraga-5: Sumber Energi Terbarukan - https://www.greenesa.com/news/renewable-energy-sources-types
Peraga-5: Sumber Energi Terbarukan - https://www.greenesa.com/news/renewable-energy-sources-types

Memperhatikan pilihan yang ada maka eksploitasi energi laut menjadi pilihan dengan mengingat 70% wilayah Indonesia adalah lautan dan inovasi padaTidal (Pasang-Surut) serta Wave (Gelombang) layak diutamakan serta membuka alternatif Farming atau menggelar Panel Surya serta Turbin Angin di lautan demi mengurangi penggunaan ruang di daratan untuk serapan panas.

Perkotaan dan Kelayakan Hidup

Dikutip dari Bank Dunia terkait Pembangunan Perkotaan bahwa Saat ini, sekitar 56% populasi dunia -- 4,4 miliar jiwa -- tinggal di perkotaan. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, dengan jumlah populasi perkotaan yang meningkat dua kali lipat dari jumlah saat ini pada tahun 2050, yang berarti hampir 7 dari 10 orang akan tinggal di perkotaan.

Dengan mengetahui hal tersebut maka jelas perkotaan akan menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan 2 dari 3 orang akan tinggal di perkotaan. Terkait dengan emisi karbon, perkotaan menyumbang lebih dari 70% emisi CO2 global sehingga berinvestasi pada pembangunan perkotaan yang rendah karbon dan berketahanan akan menjadi kunci untuk mengurangi emisi. (Laporan WEF -- 2022).

Jika kita ambil contoh wilayah Jabodetabek (Metropolitan Jakarta dengan kota-kota disekitarnya) yang jumlah penduduknya per tahun 2023 telah mencapai kurang lebih 42 juta jiwa (disebut Aglomerasi terbesar di Dunia) maka tantangannya bisa mengacu pada Efek Malthus seperti terlihat pada Peraga-6 di bawah ini.

Peraga-6: Malthusian Effect - Arnold M
Peraga-6: Malthusian Effect - Arnold M
Mengingat kenyataan di atas maka perkotaan dan perkotaan perlu mendapat perhatian terutama dalam membangun dan menjamin lingkungan yang sehat dan bersih serta penyediaan pelayanan publik. Dalam hal ini INDODEPP dapat menjadi kesempatan untuk mempelajari juga bagaimana Denmark mengelola kota-kotanya sebagaimana fakta menyatakan bahwa kelayakan hidup di Kopenhagen berada di Peringkat #2 Kota Paling Layak Huni di Dunia (lihat Peraga-7 di bawah).

Peraga-7 Most Liveable Cities - EU Intelligence
Peraga-7 Most Liveable Cities - EU Intelligence

Pengelolaan perkotaan tidak hanya menangani urbanisasi tetapi juga pembangunan ekonominya dengan ruang yang terbatas sementara mobilitas yang terus meningkat menyebabkan emisi karbon semakin meningkat.

Jalan ke Depan

Meskipun INDODEPP hanya fokus pada Energi khususnya Energi Hijau namun tantangan perkotaan serta Efek Malthus juga harus diperhitungkan. Dalam hal ini, Indonesia dapat mengadopsi Prinsip dan Praktik yang terkait dengan Pembangunan Infrastruktur secara luas atau khusus dalam bidang Energi dan perkotaan.

Inovasi Energi Terbarukan selain Energi Surya dan Angin akan menjadi peluang besar untuk ditemukan seperti Energi Laut yang mungkin melibatkan gelaran panel surya dan turbin angin di lautan untuk meminimalkan masalah tata ruang daratan atau mengeksplorasi energi pasang surut atau gelombang seperti Indonesia memiliki lautan yang begitu luas di wilayahnya.

Melalui kemitraan banyak hal dan topik yang untuk dikaji bersama dan disolusikan demi dapatkan manfaat bagi kemitraan dan dapat diperluas secara global. Perspektif ini sebagai pemicu demi masa depan energi dan perkotaan yang lebih baik.

Ditulis : S. Arnold Mamesah 

13 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun