Kejadian Luar Biasa (Kahar) Berulang
Kejadian luar biasa selalu menimbulkan krisis dan secara historis terjadi pada tiap dekade alias sepuluhtahunan. Sebagai rujukan dapat dilihat pada Peraga-1.
Pandemi COVID-19 merupakan kahar terakhir pada dekade lalu yang menggoncang dunia serta berdampak besar terhadap perekonomian global yang hingga kini pemulihan kinerja kembali seperti sebelum Pandemi belum tercapai. Sebelumnya pada dekade terakhir abad XX dikenal Krisis Asia yang di Indonesia disebut Krismon 1998 dan pada dekade pertama XXI krisis yang dikenal sebagai Great Recession 2008.Â
Krisis Asis dan Great Recession berdampak parah pada keuangan global dan berimplikasi pada perekonomian global. Pembelajaran dari rangkaian krisis yang telah terjadi seharusnya membangun kewaspadaan dan surveillance system sehingga tindakan pre-emptive atau preventive beserta protokol krisis dapat mengantisipasi dan meredakan agar dampaknya minimal.
Investasi dan Pengangguran
Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi pada faktor investasi baik dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) atau Domestic Direct Investment (DDI). Secara global pasca pandemi tren aliran investasi menurun. Laporan OECD menunjukkan aliran masuk (Inflow) FDI seperti pada Peraga-2.
Tren aliran masuk ke negara-negara G20 menurun termasuk ke Indonesia demikian juga negara-negara European Union sehingga dapat dipastikan pertumbuhan pada masa mendatang tanpa bangkitan dan secara rerata pertumbuhan ekonomi akan flat (datar) atau bahkan menurun. Kondisi ini akan berimplikasi pada lapangan kerja karena lapangan kerja baru akan menyusut sehingga pengangguran akan naik yang berimplikasi pada sisi permintaan terutama barang konsumsi.Â
Berharap pada Investasi Domestik juga sulit dalam kondisi suku bunga pinjaman tinggi akibat kebijakan Bank Sentral (Bank Indonesia) yang memilih Tight Money Policy (Kebijakan Uang Ketat) sebagai respon terhadap gejolak inflasi yang tidak terkendalikan. Penjelasan ini memberikan gambaran terhadap tekanan pada lapangan kerja, seperti juga yang diprakirakan ILO (International Labour Organization) akan terjadi kenaikan Unemployment Global. Fenomena ini rawan dan akan berimplikasi pada keresahan sosial. Penurunan investasi yang berimplikasi pada lapangan kerja atau peningkatan pengangguran serta penurunan konsumsi akan berdampak pada tekanan  perdagangan baik domestik maupun global. Jika kondisi ini berlanjut akan merupakan pemicu Downward Spiral pertumbuhan perekonomian domestik serta global.
Perdagangan Global - Transisi Energi - Krisis Super Global
Transisi energi telah menghadirkan Conundrum (Teka Teki) yang tidak pernah ditelisik secara utuh. Dalam Perdagangan Global pangsa energi fossil pada kisaran 17% pada 2019 dan naik menjadi 21% pada 2022 saat total nilai perdaganan mencapai USD 31 Trilyun. Gambarannya diberikan pada Peraga-3
Dalam lingkungan global yang mengusung transisi energi muncul paradoks seperti pada Peraga-3. Saat nilai perdagangan naik share fuel & mining (exploitatation) justru meningkat pesat. Hal ini selaras dengan gambaran konsumsi sumber energi seperti pada Peraga-3 yang menggambarkan dominasi Coal - Fuel - Gas.
Dari Peraga-4 di atas, ditengah dominasi fossil energy, share Energi Terbarukan (Renewable Energy) tidak menunjukkan peningkatan; hal yang tidak sejalan dengan berbagai kesepakatan internasional sejak Paris 2015 hingga COP-28 di Dubai pada 2023.Â
Sementara dari sisi perdagangan global, dengan share 21% ekspor, misalnya 80% untuk impor atau sekitar 16% dari total perdagangan global berarti mengeliminasi fossil fuel akan berdampak pada penyusutan sekitar 36% nilai perdaganan global - bandingkan dengan saat pandemi lalu perdagangan global susut 10% dan hingga kini belum pulih. Kondisi susut 36% dari nilai perdagangan global bak super disaster global economic ditambah lanjutannya berupa masalah sosial seperti kelaparan dan kemelut pada negara pengekspor fossil seperti South & Latin America, Africa, North Africa, Rusia, Middle East dan beberapa negara di South & Central Asia.
Dari indikasi peningkatan share ini maka akan timbul pertanyaan : Seriuskah masyarakat dunia menangani dan mengantisipasi Perubahan Iklim Global yang menghadirkan ketidakpasti dan dengan fenomena El Nino serta La Nina yang menimbulkan berbagai bencana Kekeringan dan Banjir serta beimplikasi kepada Krisis Pangan, Air, dan Energi. Atau sesungguhnya energi fossil bukan sumber atau penyebab perubahan iklim dan cuaca panas yang meningkat. Demikianlah Conundrum alias Teka-Teki yang muncul dari Transisi Energi.
Berdasarkan laporan UNCTAD tentang Perdagangan Global gambarannya diberikan pada Peraga-5
Dengan fakta penurunan perdagangan global berarti akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi dan secara menyeluruh atau agregat akan berdampak pada permintaan atau konsumsi. Jika fenomena ini berlanjut maka dampak Downward Spiral tidak dapat dihindarkan dan akan terus berlanjut.
Pertumbuhan Ekonomi dan Ekonomi DigitalÂ
Pasca Great Recession 2008, fenomena digital sarat merebak dan muncul dengan berbagai bentuk platform yang diharapkan akan menjadi pelengkap platform pasar yang konvensional. Memang berbagai kreativitas dan inovasi muncul yang mendorong peningkatan transaksi termasuk perdagangan barang konsumsi, hiburan, finansial. Tetapi pada sisi lain tren pertumbuhan global tidak terangkat seperti yang diberikan pada Peraga-6
Pada Advanced Countries dan Emerging Market & Developing Economy tidak ada bangkitan bahkan pada 2020 kembali mengalami kejadian luar biasa yaitu Pandemi COVID-19. Tiga tahun pasca pandemi, belum terjadi pemulihan penuh setidaknya pada keadaan pra-pemdemi bahkan yang dominan justru gelombang inflasi. Jika kejadian ini berlanjut, ekonomi digital dengan varian start up justru akan menjadi virus menular yang menyengat perekonomian dan berdampak kahar.Â
Dengan tidak hadirnya dongkrakan atau bangkitan pada perekonomian global dan domestik maka yang akan muncul justru Downward Spiral Pertumbuhan Ekonomi Global
Pandemi dan Politik
Mengapa pandemi disandingkan dengan politik ? Karena keduanya dapat muncul tanpa diketahui penyebab gejolaknya dan dalam era protocoless social media informasi antah berantah disebut sebagai Hoax. Politik akan selalu berkaitan dengan Kekuasaan khususnya dalam satu negara dan dalam hal Negara Kesatuan Republik Indonesia maka Pemilu merupakan sarana dalam ranah politik untuk memilih dan menetapkan Sang Pemegang Kekuasaan. Sementara pandemi muncul yang terakhir karena Virus Corona yang terus bermutasi dan menghadirkan endemi atau pandemi. Dengan demikian Pandemi Disease-X yang baru akan kembali muncul dalam dekade ini yang dapat saja meluas dengan cepat.
Pemilu Presiden dan Legislatif baru saja usai berlangsung di Indonesia pada 14 Februari 2024 dan berbagai janji yang dikaitkan dengan perekonomian, kesejahteraan, dan kemakmuran serta masalah sosial muncul dan didendangkan para Calon Presiden dan Wakil Presiden demi mendapatkan simpati dan dukungan publik atau masyarakat. Sulit berpraduga terhadap perekonomian Indonesia pasca Pilres ini. Namun jika kemudian yang terjadi justru seperti sebelumnya yaitu pertumbuhan yang medioker maka impian Bebas Perangkap Pendapatan Menengah tetaplah mimpi tetapi berharap bangkit tentunya akan menjadi tantangan. Bagaimana pertumbuhan perekonmian Indonesia selanjutnya ? Apakah meningkat pesat atau justru down ward spiral atau medioker yang tidak lebih baik dari yang terdahulu seperti diberikan pada Peraga-7.Â
Berharap strategi pembangunan infrastruktur akan berlanjut seperti yang sudah disampaikan pada artikel : Mengarusutamakan Pembangunan Infrastruktur dan Kawasan Perkotaan Indonesia Pasca Jokowi tetapi tentunya Sang Pemenang Pemilu sudah memiliki partitur sendiri dalam orkestrasi pembangunan Indonesia yang menghadirkan bangkitan atau justru Downward Spiral.
Downward Spiral
Diksi Downward Spiral secara sederhana dapat dipahami sebagai kondisi atau situasi menurun dan berkelanjutan seperti pada Peraga-8. Yang menjadi masalah hal tersebut dipicu oleh fenomena yang dikenal sebagai Butterfly Effect dan dalam perekonomian global yang sudah erat terkoneksi dengan bumbu efek tularan atau Contagion Effect seperti virus yang berubah dari disease menjadi endemi lalu pandemi serta Efek Domino yang jadi pemicu dan berdampak besar.
Krisis dalam dekade bukanlah hal klenik atau mistis tetapi realitas berdasarkan hal yang sudah pernah terjadi dengan indikasi pendahulu yang sebenarnya sudah dapat diprakirakan tetapi abai atau ignorance sering kali muncul dan dominan dalam menghadapinya. Semoga tidak terjadi hal demikian namun waspada.
This article is dedicated for my beloved daughter Floretta on her birthday today !
S. Arnold Mamesah
16 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H