Jika model Tiongkok akan diadopsi, hingga saat ini di Indonesia baru teridentifikasi  sekitar 9 (sembilan) kawasan perkotaan (urban) yang populasinya lebih dari 2 juta seperti kawasan perkotaan jabodetabek Punjur yang mencakup Kota Tangsel, Cekungan Bandung, Kedungsepur Semarang, Gerbangkertasusila Surabaya, Mebidangro Medan, Sarbagita Denpasar, Mamminasata Makassar, Bimindo Manado. Dengan demikian demi peningkatan pertumbuhan ekonomi maka pengembangan kota menjadi metropolitan merupakan tantangan utama.Â
Sebagai penyelarasan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 layak perhatikan trend global yang diadopsi dalam RPJPN tersebut. Mengutip dari dokumen, Megatren global yang penting dalam 20 tahun ke depan meliputi perubahan iklim, perubahan teknologi terutama digitalisasi, pergeseran demografi, serta perubahan geopolitik dan geoekonomi akan merubah paradigma pembangunan global, mendorong kebijakan pro-lingkungan, adaptasi teknologi, mendorong pembangunan infrastruktur konektivitas kawasan yang lebih hijau, serta meningkatnya penggunaan sistem keuangan digital. Dari sisi geopolitik dan geoekonomi meliputi eskalasi persaingan antar negara dan kemunculan kekuatan seperti kenaikan nilai output negara berkembang yang mencapai 71 persen.Â
Selain itu, demografi global juga akan bergeser yang ditandai dengan jumlah penduduk dunia menjadi 9,45 miliar dan porsi lansia meningkat, terutama di kawasan Asia yang mencapai 55 persen. Disrupsi teknologi semakin menguat dan akan menggantikan 40 persen pekerjaan saat ini. Peran perdagangan internasional akan tumbuh 3,4 persen per tahun. Fenomena urbanisasi dunia didorong penduduk perkotaan mencapai 65 persen yang berperan terhadap 70 persen PDB.Â
Perkembangan bidang luar angkasa mendorong sektor ekonomi, kelestarian, dan keamanan antariksa. Keuangan internasional akan mengalami pergeseran dari Dollar AS menjadi multi currencies. Selanjutnya, perubahan iklim semakin menantang ditandai dengan peningkatan suhu global disertai cuaca ekstrem dan bencana. Sementara itu, meningkatnya peran ekonomi Asia dan jumlah penduduk Afrika mendorong persaingan memperebutkan sumber daya alam. Jumlah penduduk kelas menengah yang terus tumbuh mencapai lebih dari 90 persen atau 8,8 miliar jumlah penduduk dunia.
Tinjauan tatapan masa depan dari perspektif penulis layak memperhatikan aspek STEMPEL (Sosial – Teknologi – Ekonomi – Metropolitan/Mobilitas/Middle Class – Politik – Ekologi / Lingkungan Hidup – Legal) dengan pemahaman seperti pada berikut ini.
1. Sosial. Fenomena menguatnya Civil Society dan komunitas juga tuntutan berpartisipasi dalam kebijakan publik serta berkembangnya peradaban serta budaya digital dengan sebagian besar populasi terhubung (connected world); informasi mengalir cepat. Aspek Value for Money, kelayakhidupan (Liveability), Kearifan lokal, serta Kelas Menangah tampil sebagai penggerak. Dengan andil populasi 65%-70% berada pada kawasan perkotaan atau urban, tidak dapat dihindari urban akan menjadi sentra pertumbuhan ekonomi dan perlu selalu dicermati aspek perilaku masyarakat terutama pada kebijakan dan pelayanan publik.
2. Teknologi. Berkaitan dengan Teknologi Telekomunikasi dan Informasi termasuk internet, IoT/IoE, Artificial Intelligence dan perluasannya (ChatGPT), Virtual / Augmented Reality, Big Data & Analytic, dan berbagai inovasi berbasis Teknologi Digital yang menghadirkan Peradaban Digital dan berbagai inovasi dan kreativitas yang berkaitan dengan engineering dan tata laksana dan kendali pekerjaan demi mencapai efisiensi dan produktivitas.
3. Ekonomi. Berkembangnya non mainstream seperti ekonomi digital, ekonomi berbagai, ekonomi sirkular dan peningkatan partisipasi non pemerintah pada penyelenggaran layanan; sementara arus ekonomi sisi supply (Supply Push) akan menjadi pilihan daripada sisi permintaan (Demand Pull).
4. Metropolitan - Mobilitas - Middle Class. Tiga faktor ini menjadi satu kesatuan karena pertambahan populasi pada metropolitan akan meningkatkan mobilitas dan pada sisi lain akan meningkatkan kemakmuran yang berimplikasi pada pertumbuhan Middle Class; memahami hal ini maka tata kelola menjadi hal penting dan akan memerlukan banyak kreativitas. Middle class akan menjadi kontributor utama dalam penerimaan atau pendapatan. Pada sisi lain mobilitas (Lihat Peraga-5) akan berimplikasi pada sektor wisata dan juga pergerakan yang tidak hanya lintas wilayah tetapi lintas negara (mancanegara) yang menghadirkan global society.
5. Politik. Kehadiran tuntutan partisipasi dan perluasan otonomi menuju sementara harapan akan perubahan dan perbaikan termasuk dalam hal kesetaraan dan fairness tanpa segregasi akan menjadi tuntutan. Kondisi demikian akan menimbulkan kerawanan dan ketidakstabilan.