Atas kondisi kelebihan persediaan ini produsen akan menurunkan harga tetapi yang lantas berulang lagi. Demikianlah siklus dan rantai spiral deflasi yang membuat perekonomi tertekan serta menjadi suram.
Ekspansi Kredit
Faktor penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian adalah ekspansi kredit yang mencakup kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Berdasarkan hasil kajian yang dipublikasikan Bank Indonesia (lihat : Pertumbuhan Kredit Optimal Dan kebijakan Makroprudensial Untuk Pengendalian Kredit), ekspansi kredit perbankan dengan memperhatikan "historical trend" (kecenderungan masa sebelumnya) dalam kondisi normal moderate dapat mencapai 17.39%.\
Sementara dalam kondisi serupa dengan memperhatikan rentang waktu pendek serta faktor NPL (Non Performing Loan) serta posisi DPK (Dana Pihak Ketiga), ekspansi kredit dapat mencapai 22.15%.
Merujuk pada statistik perbankan yang diterbitkan OJK untuk masa hingga Juli 2018 (lihat di sini), pertumbuhan kredit perbankan umum hingga Juli 2018 (year on year) besarnya 11.6% dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hanya pada kisaran 7% (year on year).
Jika ditelusuri lebih lanjut, kisaran pertumbuhan kredit investasi pada 10.6%, kredit modal kerja pada 11.6%, kredit konsumsi pada 11.5%. Pencapaian tingkat pertumbuhan kredit masih jauh di bawah 17.39% seperti hasil kajian; dengan demikian dorongan kredit terhadap pertumbuhan perekonomian tidak optimal.
Dalam kondisi suku bunga acuan Bank Indonesia berada pada tingkat 5.75% (lihat di sini), Net Interest Margin perbankan pada rentang 5% - 6% serta faktor resiko bisnis akan membuat suku bunga kredit berada pada kisaran di atas 12% yang selanjutnya menurunkan minat berinvestasi.
Inflasi dan Investasi
Berdasarkan gambaran di atas, inflasi diperlukan agar dunia usaha mendapatkan imbalan yang layak sehingga mendorong minat untuk berinvestasi dengan dukungan kredit perbankan.
Tetapi dengan kondisi faktor suku bunga yang tinggi akan menghambat minat dunia usaha. Dalam kondisi seperti ini intervensi pemerintah diperlukan melalui kebijakan stimulus fiskal atau anggaran; dan sesungguhnya intervensi ini telah berlangsung sejak tahun anggaran 2015 melalui investasi dalam infrastruktur.
Pada sisi lain, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tidak dapat sepenuhnya mendukung dengan kebijakan stimulus akibat gejolak tekanan nilai tukar mata uang Rupiah yang mengalami depresiasi.