Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bias atau Realitas "One Trillion Dollar Club"

8 Juni 2018   19:01 Diperbarui: 8 Juni 2018   19:13 2499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bias atau Realitas - OTDC by Arnold M.

Produk Domestik Bruto Global dan Pertumbuhan

One Trillion Dollar Club hanyalah sekedar sebutan yang menunjuk pada besaran perekonomian negara diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB atau GDP - nominal dalam Dolar Amerika - USD).

Gambaran PDB global 2017 untuk 20 (dua puluh) negara dan mewakili 80% PDB dunia diberikan pada Peraga-1.

Peraga-1 : Top-20 PDB 2017

Top 20 GDP 2017 - by Arnold M
Top 20 GDP 2017 - by Arnold M

Sumber informasi : IMF

Dari Peraga-1, PDB Indonesia 2017 telah mencapai USD 1.015 Miliar atau lebih dari Satu Trilun USD dan berada pada Peringkat 16.

Untuk pendalaman pemahaman, layak dilihat pertumbuhannya dalam 3(tiga) tahun terakhir dalam masa 2014-2017 seperti pada Peraga-2.

Peraga-2 : Rerata Pertumbuhan Top-20 PDB 2017

Top-20 GDP Annual Growth Rate - by Arnold
Top-20 GDP Annual Growth Rate - by Arnold

Dari peringkat pertumbuhan PDB 20 negara, hanya 6 (enam) yang bertumbuh positif; dan berdasarkan peringkat : India (8.6%), Indonesia (4.5%), China (4.5%), USA (3.6%), S. Korea (2.9%), dan Jepang (0.1%)

Tentunya capaian yang telah melebihi USD 1 Triliun dengan rerata tingkat pertumbuhan berada pada peringkat-2 bukan sekedar informasi bias tetapi realitas yang merupakan angin segar untuk kelanjutan pertumbuhan pada masa mendatang.

Indonesia dan Sistem Terbuka

Tatanan perekonomian Indonesia menganut sistem terbuka (Open System) dalam perdagangan juga aliran dana. Dengan demikian perubahan pada tingkat global akan berpengaruh pada perekonomian domestik. Salah satu indikator yang digunakan sebagai memantau adalah Currency Effective Exchange Rate Index (EER) yang diterbitkan secara bulanan oleh Bank for International Settlement (BIS). Pergerakan indeks mewakili gambaran inflasi domestik, aliran dana yang mencakup dana masuk (inflow) dan dana keluar (outflow) pada FDI (Foreign Direct Investment), FPI (Foreign Portfolio Investment), serta Pinjaman, arus perdagangan global (ekspor dan impor). Gambaran pergerakan indeks EER pada negara negara yang bertumbuh positif (China, India, Indonesia, Jepang, S. Korea, US) diberikan pada Peraga-3.

Peraga-3 :Currency Effective Exchange Rate Index 2015 - 2017

6 countries Effective Exchange Rate Index - by Arnold M
6 countries Effective Exchange Rate Index - by Arnold M
Sumber informasi : Bank for International Settlement (BIS)

Dari Peraga-3 dalam masa Desember 2014 hingga Desember 2017, tren indeks 5 (lima) mata uang (India, Indonesia, Jepang, S. Korea, dan US) naik; sedangkan tren mata uang China turun. Indeks Indonesia (Rupiah) stabil dengan pergerakan dalam rentang +/- 3%sehingga dapat dianggap stabil.

Perdagangan Global dan Investasi Infrastruktur

Apakah perdagangan global dapat diandalkan untuk mendongkrak pertumbuhan domestik ? Untuk menjawab hal ini perlu dilihat secara utuh tren pertumbuhannya sebelum dan sesudah Global Recession 2008 seperti digambarkan pada Peraga-4.

Peraga-4 : Perdagangan Global Pre & Post Great Recession 2008

Global Trade Pre and Post Great Recession 2008 - by Arnold M.
Global Trade Pre and Post Great Recession 2008 - by Arnold M.
Sumber informasi : WTO

Rerata pertumbuhan perdagangan global berdasarkan nilai ekspor masa sebelum Great Recession sebesar 11.7%; sedangkan pasca Great Recession 2008 hanya 2.1%. Sementara rerata pertumbuhan ekonomi PDB global paruh kedua dalam dekade kedua yaitu 2016 - 2020 diharapkan berada pada rentang 3.0% - 3.5%.  Dengan demikian, perdagangan global tidak dapat diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan perekonomian. 

Dalam komposisi PDB Indonesia yang terdiri dari kompenen (1). Konsumsi Masyarakat, (2). Belanja Pemerintah, (3). Investasi & Pembentukan Modal Tetap Bruto, dan (4). Perdagangan Global; komponen (2) hanya sekitar 1/6 atau kisaran 16%. Sehingga mengandalkan stimulus anggaran pemerintah semata akan sulit memberikan dongkrakan pada pertumbuhan PDB. 

Pertumbuhan perdagangan yang masih rendah juga sulit diandalkan; sementara konsumsi masyarakat sangat bergantung pada komponen Investasi. Dengan demikian untuk keberlanjutan pertumbuhan  PDB, masih harus mengandalkan investasi, terutama pada Infrastruktur Fisik yang memfasilitasi pergerakan ekonomi dan Infrastruktur Sosial yang mencakup sektor pendidikan, kesehatan, serta perumahan; dengan partisipasi juga peran dari non pemerintah (swasta domestik dan non domestik).

Arnold Mamesah - 8 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun