Saat berbicara dalam pembukaan rapat kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu 31 Januari 2018, Presiden Jokowi mengekspresikan kekesalannya terhadap kinerja perdagangan global Indonesia yang kalah dibandingkan dengan nilai ekspor dari negara-negara tetangga. Mengutip pernyataan Presiden Jokowi : ""Ini fakta, dan angka itu ada. Dengan Thailand, Vietnam, Malaysia. Kalau kita terus begini bisa kalah dengan Kamboja dan Laos". Bagaimana selayaknya memahami kinerja dibalik angka perdagangan tersebut ?
Pada Peraga-1 diberikan gambaran nilai ekspor Indonesia pasca "commodity boom" 2012.
Dibalik angka ekspor, impor, dan surplus tersebut dapat dilihat indikator kinerja seperti pada Peraga-2.
Sebagai pembanding, Peraga-3 memberikan gambaran kondisi Vietnam.
Dengan melihat rasio surplus terhadap nilai ekspor dan perbandingannya antara Indonesia dan Vietnam, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai dalam proses produksi barang ekspor Indonesia yang lebih baik daripada Vietnam.
Salah satu mitra utama perdagangan Indonesia adalah Amerika Serikat (USA); gambaran surplus perdagangan Indonesia terhadap USA diberikan pada Peraga-4.
Berdasarkan nilai surplus perdagangan terhadap US selama 2016, Indonesia pada peringkat-15. Gambaran Top-20 negara yang mengalami surplus terhadap US diberikan pada Peraga-4.
Jika dicermati, surplus sejak 2015 hingga 2017 disebabkan penurunan impor yang lebih besar daripada penurunan ekspor. Sementara sejalan dengan ekspansi investasi infrastruktur, selayaknya terjadi peningkatan impor barang modal selaras dengan pertumbuhan investasi baik asing maupun domestik yang justru akan mengakibatkan defisit dalam perdagangan.Â
Peningkatan impor barang modal diperlukan demi pengembangan industri yang kelak mendukung peningkatan pertumbuhan perekonomian pada masa mendatang. Memperhatikan tren perdagangan global yang pertumbuhan tahunannya lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi global berdasarkan PDB (Produk Domestik Bruto), sulit berharap untuk peningkatan ekspor dalam jumlah besar; sementara Kementerian Perdagangan menetapkan target peningkatan ekspor 2018 sebesar 11% yang berimplikasi menambah surplus.Â
Dengan wawasan jangka pendek, mendapatkan surplus merupakan target; tetapi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan langgeng defisit perdagangan merupakan kondisi yang tidak dapat dielakkan. Inilah dilematika perdagangan.
Arnold Mamesah - 1 Februari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H