Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ikhtiar Perekonomian Indonesia, Tiga Tahun Usai dan Kelak dalam Norma Baru Global

30 Oktober 2017   01:13 Diperbarui: 1 November 2017   10:36 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Exim Balance - koleksi Arnold M.

Perjalanan Tiga Tahun

Persis tiga tahun lalu, usai pembentukan Kabinet Kerja Pasangan Presiden & Wakil Presiden Jokowi - Jusuf Kalla, penulis mempublikasikan artikel dengan judul : "Pilihan Pengembangan Infrastruktur Interkoneksi". Dalam artikel diberikan 3 (tiga) skenario pertumbuhan ekonomi dan tema infrastruktur yang menekankan pentingnya masalah Interkoneksitas. (Kutipan dari artikel : Pengembangan infrastruktur merupakan prasyarat utama dan patut menjadi prioritas dalam menggapai sasaran sebagaimana diberikan pada Model Tatapan Ke Depan Negeri Indonesia).

Pada Mei 2016 dipublikasikan artikel yang berkaitan dengan perjalanan pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan judul : "Potret Perekonomian China, India dan Indonesia" serta menggunakan metafora Panda (China), Gajah (India), dan Garuda (Indonesia) yang membandingkan kinerja antara 3(tiga) negara tersebut. Hampir setahun kemudian, pada April 2017 dipublikasikan artikel dengan judul : "Memang Presiden Punya Mau" yang membahas seputar infrastruktur Indonesia.

Infrastruktur Yang Pertama dan Utama - koleksi Arnold - sumber : https://www.kompasiana.com/arnold.otp/memang-presiden-punya-mau_58e4b2bfe7afbd4b163f87b9
Infrastruktur Yang Pertama dan Utama - koleksi Arnold - sumber : https://www.kompasiana.com/arnold.otp/memang-presiden-punya-mau_58e4b2bfe7afbd4b163f87b9
Sudah banyak tulisan, kajian, dan opini yang mengulas kinerja pasangan  Jokowi - JK selama 3(tiga) tahun dalam berbagai perspektif serta sudut  pandang serta bias pro-kontra. Artikel ini merupakan bagian pertama dari  3 (tiga) tulisan; yang akan mengutamakan langkah 3 (tiga) tahun mendatang  dalam "Menatap Satu Abad NKRI 2045" dengan "milestone" penting pada 2030.

Norma Baru Global

Pasca Krisis Finansial 2008, gejolak perekonomian global terus berlanjut dengan Norma Baru yang seakan merubah tatanan perekonomian. 

Peraga-1 : Norma Baru Perekonomian Global.

Norma Baru Perekonomian Global - koleksi Arnold M.
Norma Baru Perekonomian Global - koleksi Arnold M.
Pertumbuhan ekonomi global pasca Krisis Finansial 2008 masih dalam tekanan dan secara rerata berada pada kisaran di antara 3.0%-3.5%; perekonomian negara maju masih sulit mencapai pertumbuhan di atas 3%. 

Fenomena Spiral Deflasi Komoditas masih berlangsung seperti diberikan pada peraga di bawah ini.

Peraga-2 : Tren Indeks Harga Komoditas

All Commodities Price Index - koleksi Arnold M.
All Commodities Price Index - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : IMF Primary Commodity Prices

Dengan harga komoditas yang hampir sama dengan kondisi pada 2005, negara yang mengandalkan penerimaan dari komoditas akan berada dalam tekanan yang berdampak pada defisit anggaran dan menyebabkan peningkatan utang. Situasi ini memberi efek pada negara maju dan produsen (industrial - manufacturing) yang terimbas tekanan pertumbuhan.

Kebijakan stimulus moneter Bank Sentral yang dilakukan negara maju seperti US, European Union, Jepang; tidak mampu mengangkat inflasi dan mendorong pertumbuhan perekonomian. Situasi ini merupakan gambaran Liquidity Trap dan berdampak pada dunia usaha atau korporasi yang mengalami masalah Resesi Neraca (Balance Sheet Recession).

Pada negara yang mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA), limpahan kekayaan SDA justru menghadirkan "Paradoks Kemakmuran" (Prosperity Paradox) dengan timbulnya internal konflik serta kemudian menimbulkan kemiskinan, kelaparan, dan ketidaksetaraan.

Semangat globalisasi yang menjanjikan peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh; pada akhir-akhir ini justru menghadirkan situasi sebaliknya dengan kebijakan proteksionistis dalam perdagangan. Hal yang serupa terjadi pada aliran modal, dengan penurunan aliran investasi dari negara maju kepada negara sedang berkembang atau yang membutuhkan investasi (Laporan riset McKinsey Global Institute 2017 : The new dynamics of financial globalization). 

Sedangkan yang berkaitan dengan standarisasi atau bakuan nilai tukar global, strategi IMF (International Monetary Fund) membentuk basket nilai tukar SDR (Special Drawing Right) yang mencakup 5 (lima) mata uang utama yaitu USD (Dolar Amerika - USA), Euro (European Union - Euro Area), GBP (Pound Sterling - United Kingdom), JPY (Yen - Jepang), dan CNY (Renminbi - China) masih jauh dari harapan dan nilai tukar antar lima mata uang tersebut masih berfluktuasi. 

Peraga-3 : Indeks REER Mata Uang Utama

Major Currencies Fluctuation - koleksi Arnold M.
Major Currencies Fluctuation - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : Bank for International Settlement (BIS - REER)

Dalam masa 36 (tiga puluh enam) bukan terakhir dari Peraga-3, indeks nilai tukar berdasarkan REER (Real Effective Exchange Rate) yang diterbitkan BIS (Bank for International Setllement), USD mengalami apresiasi 9.8% dan CNY sebesar 1.7%; GBP mengalami depresiasi 11.5%, Euro sebesar 1.2%, sedangkan JPY mengalami depresiasi yang tidak berarti. Dengan kondisi tersebut, mata uang lainnya secara bilateral atau multilateral melakukan kesepakatan yang menyangkut perdagangan dan penggunaan rujukan nilai tukar dalam transaksi.

Kinerja Indonesia Dalam Gejolak Global

Agar dapat memberikan  gambaran kinerja Indonesia terhadap global, berikut ini diberikan  gambaran kinerja ekspor, impor, dan neraca perdagangan pasca Krisis  Keuangan 2008 

Peraga-4 : Tren Perdagangan Global Indonesia 2010 - 2017 (estimasi)

Indonesia Exim Balance - koleksi Arnold M.
Indonesia Exim Balance - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : World Trade Organization (dengan pengolahan)

Setelah mengalami defisit pada 2012 - 2014, perdagangan global Indonesia mengalami surplus sejak 2015 dan diproyeksikan pada 2017 akan mencapai kisaran USD 13 Miliar.

Sementara gambaran trend inflasi (year on year), indeks nilai tukar mata uang Rupiah, dan cadangan devisa diberikan pada peraga di bawah ini.

Peraga-5 : Tren Inflasi, Indeks REER, Cadangan Devisa

Inflation REER Index Forex Reserve - koleksi Arnold M.
Inflation REER Index Forex Reserve - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : Inflasi & Cadangan Devisa : Bank Indonesia; Indeks REER : Bank for International Settlement.

Peraga-5 menunjukkan bahwa tren inflasi turun dan tren indeks REER naik berkaitan dengan apresiasi mta uang Rupiah (IDR). Dengan kondisi surplus perdagangan seperti diberikan pada Peraga-4 dan aliran masuk dana investasi portofolio (FPI : Foreign Portfolio Investment), wajar cadangan devisa meningkat dari USD 111 Miliar pada akhir September 2014 menjadi USD 129 Miliar pada akhir September 2017.

Pada awal 2017 sering disebut 3 (tiga) faktor global yang akan berefek pada perekonomian Indonesia masing-masing Efek Trump, Rebalancing China, dan Brexit. Dalam artikel : "Brexit, Efek Trump, "Rebalancing" Tiongkok Berdampak Negatif?" tiga hal tersebut telah dikaji dan tidak akan berpengaruh banyak bagi perekonomian Indonesia; dan kemudian terbukti dengan peningkatan surplus perdagangan. 

Dibalik angka surplus ini ada indikasi bahwa belum terjadi aliran impor barang modal untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri. Dengan demikian dapat diprakirakan aliran masuk dana investasi dari luar belum banyak mengalir; demikian juga investasi dari domestik sehingga akan mengancam pertumbuhan ekonomi terutama pertumbuhan lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan.

Usai tiga tahun dengan Norma Baru Global ternyata menghasilkan kinerja yang baik dalam perdagangan yang memberikan surplus, kenaikan indeks nilai tukar berdasarkan Real Effective Exchange Rate, serta peningkatan cadangan devisa. Tetapi belum tentu kinerja demikian akan berlanjut pada tiga tahun kelak.

Arnold Mamesah - Akhir Oktober 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun